Lantaran aku mengingat seorang penjual gorengan yang beralaskan karung seadanya terus menggoreng adonan tempe dan tahu padahal tidak seorang pun makhluk hidup melirik daganganya atau di saat penjual buku yang kurus lagi kering terus membolak balikkan buku berpindah dari satu buku ke buku lain sesekali dia memandangi sekitar berharap pembeli datang dengan terus memegangi perutnya. Di hadapanya sendiri terdapat buku-buku yang sudah berdebu (barangkali tubuhnya sudah tidak mampu lagi untuk membersihkan).
Atau saat anak-anak muda berkata dengan nada melotot kepadaku tentang unta yang bersorban mereka menyebutnya dengan sebutan yang buruk padahal sebaliknya. Begitu juga seorang anak yang dengan lantang menuliskan pancasila itu hina padahal ulama susah payah merangkainya atau seorang yang menghina TNI padahal setiap hari nyawa mereka bagaikan daun yang berguguran di musim semi, penjaga hutan mereka katakan monyet karena menghalangi dari mereka kekuasaan yang rakus, guru mereka sebut tidak berguna dan penjaga hukum yang malamnya setengah gila karena menghafal ribuan kasus kalian tak anggap.
Adapula mereka yang terus menerus menyalahkan pemerintah sulit mendeskripsikan ini semua namun yang pasti teruslah belajar andai kamu tahu sisa umurmu dan teruslah berbuat baik. Jangan buang sampah sembarangan, jangan memusuhi tetanggamu, jangan benci pemerintahan cobalah untuk memberikan solusi sesuai perintah agama sesuai nalurimu dan sesuai patah kata orang tuamu.
Dan yang terpenting jangan hianati tubuh pahlawan yang terkoyak berikanlah kehormatan tertinggi dan hormatilah merah putih sebagai warisan paling berharga.
Pengarang : Ado nureksa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H