Mohon tunggu...
Sosbud Artikel Utama

Tak Bisa Buat Jamban, Kesehatan Pun Terancam

11 Desember 2017   19:19 Diperbarui: 13 Desember 2017   04:22 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Kependudukan adalah ilmu yang sangat erat keterkaitannya dengan kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Dalam kependudukan, pasti terdapat masalah beserta juga solusinya. 

Terutama Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk peringkat 4 terbanyak di dunia. Setiap daerah di Indonesia memiliki masalah kependudukan yang harus diselesaikan.

Kabupaten Pasuruan termasuk kabupaten dengan kepadatan penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Data dari Badan Pusat Satistik (BPS) menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.475.365 pada tahun 2009, 1.512.468 pada tahun 2010, 1.520.978 pada tahun 2011, dan 1.531.025 pada tahun 2012, kemudian bertambah menjadi 1.556.700 pada tahun 2013. 

Jumlah penduduk Kabupaten Pasuruan terus meningkat hingga mencapai 1.569.507 jiwa pada tahun 2014. Luas wilayah sekitar 1.474,01 km2, kepadatan penduduk di Kabupaten Pasuruan sebesar 1.065 jiwa per km2. 

Dilihat dari data diatas, kepadatan penduduk di Kabupaten Pasuruan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Yang berarti bahwa jumlah penduduk Kabupaten Pasuruan terus meningkat.

Namun, dengan jumlah kepadatan yang meningkat tersebut, pasti lebih tinggi juga potensi akan adanya permasalahan atau isu kependudukan. Salah satunya adalah masalah kemiskinan dan kualitas masyarakat. Angka kemiskinan di Kabupaten Pasuruan termasuk cukup tinggi. 

Kemiskinan yang tinggi ini menyebabkan warga menyepelekan hal yang cukup penting, yaitu masalah sanitasi. Kurang lebih 200 ribu dari total 420 ribu rumah di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur tidak ber-jamban. 

Karena itu, akhirnya warga pun memilih untuk buang air besar secara sembarangan di sungai, tambak, sawah, maupun tempat lain. Bahkan, ada beberapa warga yang BAB di sekitar pekarangan rumahnya. Buang air besar sembarangan seakan-akan sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh warga sekitar.

Menurut data dari wawancara, salah seorang warga mengatakan bahwa ia sebenarnya ingin memiliki jamban sendiri di rumahnya. Namun karena faktor biaya, keinginan tersebut sampai saat ini belum juga terwujud. Menurutnya, uang untuk membangun jamban akan lebih bermanfaat digunakan untuk hal-hal lain. Rumah-rumah di daerah ini juga dibangun berdempetan, mengakibatkan tidak cukupnya ruang untuk membangun jamban itu sendiri.  

Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar warga Kabupaten Pasuruan ternyata masih kurang sadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan. Selain itu, masyarakat masih kurang paham akan pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Menurut mereka, permasalahan air bersih dan sanitasi merupakan masalah ibu rumah tangga dan perempuan, bukan persoalan publik.

Buang air besar sembarangan sendiri dapat berdampak bagi kesehatan. Dampak yang paling sering terjadi adalah Escheria Coli, yaitu merupakan penyakit yang dapat memicu diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, dan karena kondisi tubuh yang sedang menurun akan membuat tubuh mudah terserang penyakit-penyakit lain. 

Balita juga akan mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara. BAB sembarangan dapat memperbesar resiko yang dapat menghambat pertumbuhan fisik anak-anak. Selain dampak bagi kesehatan, ada juga dampaknya terhadap lingkungan. 

Warga yang membuang kotoran manusia langsung ke sungai atau saluran drainase tanpa melalui septic tank dapat mengakibatkan tercemarnya lingkungan. Kualitas mutu air tanah akan terpengaruh air bersih pun dipastikan akan menjadi langka dan semakin sulit diakses. Sebelumnya, telah ada upaya dari pemerintah yaitu membangun WC umum untuk warga setempat, namun sekarang WC umum tersebut telat digusu untuk pembangunan perumahan.

Foto: Tribunnews.com
Foto: Tribunnews.com
Pemerintah Kota dan Kabupaten Pasuruan telah berusaha untuk membuat Pasuruan menjadi Kota dan Kabupaten yang sehat. Di tahun 2017, pemkab telah mengalokasikan dana sebesar 1,5 milyar untuk pembangunan jamban. Pemkot juga sudah memetakan mana-mana titik yang akan dibangun, seperti di wilayah utara yang sering kesulitan air bersih akan dibangun tandon air. 

Pemkot Pasuruan melalui PDAM menjalin kerjasama dengan IWINS-USAID untuk membangun septic tank komunal di 10 kelurahan dimana setiap kelurahan dibangun 4 unit dan pembangunan jaringan pipa air bersih melalui master meter di 4 kelurahan, yakni Kepel, Pekuncen, Negmplakrejo dan Kalirejo. 

Dengan kerjasama ini, 300 kepala keluarga yang selama ini mendapatkan air bersih dengan cara mengangkutnya dengan jiriken akan mendapat akses air bersih langsung dari pipa.

Namun, upaya dari pemerintah tersebut tidak akan mengurangi permasalahan apabila tidak didukung dengan kesadaran dari masyarakat sekitar untuk tidak buang air sembarangan. Penyadaran masyarakat memang harus dijadikan prioritas. Maka dari itu, sosialiasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan dengan tidak buang air sembarangan harus gencar dilakukan. 

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses air minum yang aman dan sanitasi yang lebih baik, juga mengurangi diare serta penyakit bawaan air lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun