Mohon tunggu...
Julianto
Julianto Mohon Tunggu... -

Lulusan STAN yang bermimpi dan berharap Indonesia Maju dan Sejahtera seperti Afrika Selatan yang berhasil menyelenggarakan Piala Dunia 2010 walaupun di tahun 90-an masih bergelut dengan politik Apartheid-nya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pajak, Idola Kita Masa Kini

4 Maret 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat sosok selebritas yang sedang naik daun, Pajak menjadi sangat populer dan begitu “digandrungi” beberapa tahun terakhir, teristimewa di minggu-minggu terakhir ini. Kalau anda tidak percaya, coba saja googling di internet dan bandingkan lebih banyak mana hasil pencarian dengan keyword pajak atau dengan keyword selebritas lainnya yang sedang naik daun juga seperti Syahrini dan Ayu Tingting.

Fans Pajak

Sebagai idol tentunya pajak mempunyai banyak fans dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Kalau dari ukuran kesetiaan, yang menjadi penggemar utama Pajak adalah pemerintah yang sangat bergantung kepadanya, karena hanya Pajak sajalah yang sampai saat ini masih dipercaya menjadi tulang punggung penerimaan negara setelah berakhirnya era booming minyak pada tahun delapan puluhan. Pada APBN tahun 2012 ini saja, pajak ditargetkan untuk berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar 1.032.6 triliun atau 79 persen dari keseluruhan penerimaan negara.

Fans lainnya yang sangat berarti buat pajak adalah masyarakat.Dipelopori oleh sebagian masyarakat kita yang dengan sukarela mendaftarkan diri ke kantor pajak untuk mendapat NPWP ketika akan bepergian ke luar negeri. kemudian diikuti sebagian masyarakat pekerja kita yang belum ber –NPWP dengan kebesaran hati mendaftarkan diri langsung ke kantor pajak atau mendaftar melalui perusahaan tempat kerjanya, demi menyambut diberlakukannya Perubahan Undang- Undang Pajak Penghasilan yang terbaru pada tahun 2009. Hasilnya, NPWP terdaftar yang pada tahun 2008 masih berkutat di angka 10 Jutaan meningkat pesat menjadi 15 jutaan pada tahun 2009.

Kemudian ada fans lainnya yang tidak boleh dilupakan karena berkat merekalah, popularitas pajak melonjak tajam. Mereka adalah para wartawan dan presenter berita di media massa yang saking gandrungnya dengan pajak, tidak pernah capek dan bosan membicarakan dan menampilkan sisi gelap dari pajak secara masif dan berulang-ulang seolah-olah merekalah yang paling tahu tentang pajak dan melupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu bahwa mereka juga manusia biasa yang bisa saja mengalami atau tersangkut hal-hal kontroversial seperti http://ajijakarta.org/news/2011/07/22/36/kontroversi_makelar_kasus_di_tvone_narasumber_penipu_atau_pelanggaran_etik.html , dan http://www.yiela.com/view/1468357/-wartawan-metro-tv-tidak-memeras-meski-ada-isu-30-wartawan-beli-saham-ks.

Untungnya, masih ada penilaian positif dari lembaga independen yang masih dipercaya masyarakat  http://www.infogue.com/viewstory/2011/12/08/wow_ditjen_pajak_dapat_nilai_integritas_tinggi_dari_kpk/?url=http://finance.detik.com/read/2011/12/08/175343/1786484/4/wow-ditjen-pajak-dapat-nilai-integritas-tinggi-dari-kpk, tidak seperti institusi lain yang seharusnya lebih baik tetapi malah dinilai http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/11/28/lvddcc-survey-kpk-integritas-kemenag-paling-buruk.

Ada juga fans baru yang lagi mabuk kepayang yaitu lembaga penuntut kita yang sepertinya menjadi cinta buta terhadap pajak. Padahal dari sisi penampilan, Pajak ini sebenarnya kalah seksi dari http://www.komhukum.com/index.php/politikhukum/item/2959-ppatk-banyak-anggota-dpr-miliki-rekening-gendut dan dari http://berita.liputan6.com/read/379467/kejagung-janji-telusuri-rekening-quotgendutquot-jaksa yang kelihatan lebih padat dan berisi. Tetapi namanya sudah kadung jatuh cinta, bak berjalan dengan memakai kacamata kuda, tanpa melihat ke kiri dan ke kanan, tetap saja pajak yang diuber.

Secret Admirer

Disamping para fans tersebut, ada juga sebagian kecil dari masyarakat kita yang menjadi secret admirer. Ketika pajak berada di puncak ketenaran dan dibumbui dengan kontroversi tentang rekening gendut karyawannya, banyak masyarakat mengira bahwa di kantor pajak tersimpan banyak uang yang berasal dari setoran para wajib pajak. Dan dari situlah makanya muncul karyawan pajak dengan rekening gendut, karena telah menilep uang pajak tersebut. Akibatnya, terjadihttp://megapolitan.kompas.com/read/2012/02/13/08550042/Lumpuhkan.Satpam.Perampok.Acakacak.Kantor.Pajak.

Persembahan Dari Sang Idol

Tidak seperti para Idol lainnya yang kadang menjadi sombong ketika berada di puncak popularitas, Pajak tetap terbuka dan keep in touch dengan para fans-nya. Demi tetap bisa melayani para wajib pajaknya yang terus bertumbuh dan bertambah, pajak terus menambah jumlah kantor pelayanan bahkan di kota besar seperti Jakarta Kantor Pajak hadir sampai ke tingkat kelurahan. kualitas pelayanannya pun terus ditingkatkan agar bisa memenuhi harapan masyarakat seperti http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/03/22/pengalaman-menyampaikan-spt-tahunan-pribadi-ke-kantor-pajak/ dan berusaha sebisa mungkin mencegah dan menghindari kejadian seperti http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/07/pns-pelayanan-buruk-citra-makin-terpuruk/.

Tidak cukup itu saja, demi mempermudah bagi para wajib pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya, sejak 2008, setiap musim pelaporan SPT, pajak telah melakukan jemput bola ke tempat-tempat aktivitas wajib pajak dengan sistem drop box.Dan baru-baru ini bertepatan dengan masa penyampaian SPT Tahunan, pajak menyediakan sarana efilling bagi para wajib pajak untuk menyampaikan surat pemberitahuan (SPT Tahunan) melalui portalnya (www.pajak.go.id) dengan cara yang sangat mudah, praktis serta paperless.

[caption id="attachment_166598" align="aligncenter" width="500" caption="Drop Box SPT tahun 2009 di Aceh"]

1330869094442772276
1330869094442772276
[/caption] Akhirnya, semoga segala sarana dan kemudahan tersebut menjadikan pajak semakin populer dan semakin dekat dengan masyarakat sehingga tidak perlu lagi terjadi peristiwa seperti yang terjadi di kantor pajak Pancoran, karenatidak sebanding antara risiko merampoknya dengan jumlah uang yang didapat hanya dari dompet beberapa satpamnya, bukan dari brangkas kantor pajak yang ternyata kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun