Mohon tunggu...
Adinda Tri Oktaviani
Adinda Tri Oktaviani Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UINSU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Sosial Penyebab Anak Malas Belajar

20 Desember 2019   19:49 Diperbarui: 20 Desember 2019   19:58 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Zaman sekarang, keberadaan media sosial tidak bisa dipungkiri lagi. Media sosial merupakan sebuah alat komunikasi yang digunakan khalayak ramai untuk dapat mempermudah mereka berinteraksi, berbagi, serta mendapatkan informasi dengan cepat, tanpa harus dibatasi oleh usia dan jarak. 

Kini pengguna media sosial tak hanya orang dewasa saja , ini juga merasuki anak-anak yang masih berusia 7 tahun ke atas. Apalagi di zaman sekarang ini, anak-anak tak mau kalah dengan perkembangan teknologi, bahkan mereka meminta orang tuanya untuk membeli sebuah gadget sebuah telepon pintar yang dapat mempermudah mereka dalam bermain media sosial.

Contoh media sosial yang banyak sekali digunakan anak-anak hingga saat ini adalah  Facebook. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, mereka dapat mencari dan memiliki teman dari berbagai daerah, bahkan juga luar negeri. 

Selain itu, Facebook dijadikan tempat untuk chatting dengan teman-teman yang dapat memudahkan mereka berinteraksi dengan teman sosial media nya itu yang biasa disebut teman online. Di dalam aplikasi ini, mereka juga mengunggah foto serta membagikan cerita kesehariannya di sebuah status Facebook.

Facebook juga menyediakan fitur game. Banyak game yang telah disediakan, terutama yang paling banyak dimainkan adalah Poker, dan masih banyak lagi game yang bisa mereka mainkan. Game-game ini lah yang menjadi pemicu malasnya mereka belajar. Karena dampak suatu game adalah membuat para pemainnya kecanduan. Padahal banyak dampak dari malas belajar yaitu :

  • Nilai rendah

Belajar merupakan hal yang paling utama jika ingin mendapatkan nilai yang tinggi atau nilai diatas rata-rata, tanpa belajar anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Malas belajar biasanya menyebabkan diri menjadi malas mengerjakan tugas dan malas ke sekolah sehingga menyebabkan anda mendapatkan nilai rendah.

  • Mengecewakan orang banyak

Dampak malas belajar bagi orang lain tentu akan terlihat jelas ketika anda malas belajar, yaitu kedua orang tua yang sudah banting tulang menyekolahkan anda namun yang mereka dapatkan hanyalah kekecewaan. Selain orang tua, guru anda disekolah juga akan merasa kecewa dengan sifat pemalas anda dan akan merasa bahwa beliau belum berhasil dalam mendidik anda selama ini.

  • Kurangnya ilmu

Ketika dalam menempuh pendidikan ada banyak harus yang dipelajari sehingga mewajibkan anda untuk rajin membaca. Lalu apa saja kerugian jika kita malas membaca?. Orang yang malas membaca tentu akan cenderung memiliki wawasan yang rendah, mudah ketinggalan informasi, dan parahnya dapat memicu kebodohan.

  • Menjadi bodoh

Ketika anda memutuskan untuk bermalas-malasan maka anda harus menerima konsekuensi kalau tidak belajar yaitu kebodohan dan sudah pasti penyebab utamanya adalah malas belajar. 

Selain itu seseorang yang bodoh suka menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka sendiri, sering merasa paling benar dan ingin selalu benar, menjadi lebih agresif ketika menghadapi masalah ataupun konflik, cenderung mengabaikan orang lain dan egois, merasa paling baik dan benar dari orang lain, dan semua itu disebabkan dari sifat malas.

Mereka bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk aktif di dalam media sosial, karena dalam istilah anak gaul sekarang kalau tidak bermain media sosial dikatakan tidak hits. 

Sehingga, aktif di media sosial menjadi keharusan setiap harinya bagi mereka, dan melupakan status nya sebagai pelajar yang tugasnya sehari-hari adalah belajar.

Seharusnya, mereka bisa membuat batasan antara media sosial dan belajar dengan mengurangi penggunaan media sosial dan lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar. Karena bagi mereka, belajar merupakan hal yang membosankan dan lebih termotivasi untuk menjadi anak gaul bukan menjadi pelajar yang pitar. 

Penggunaan media sosial seharusnya lebih dimanfaatkan sebaik mungkin. Bukan berarti tidak boleh aktif di media sosial, namun mereka juga harus ingat kewajiban utamanya sebagai seorang pelajar yaitu belajar.

 Maka, jadikanlah media sosial hanya sebagai selingan di waktu senggang dan ketika merasa bosan, bukan menjadi prioritas utama. Sehingga pendidikan dan media sosial dapat berjalan dengan seimbang. Hadirnya sosial media dapat dijadikan sarana untuk menampung kreativitas, dan sebagainya yang dapat memberikan manfaat positif serta memberi informasi yang bermanfaat bagi orang banyak.

Namun siapa yang patut disalahkan? Apakah orangtua atau anak?

Tidak ada yang patut disalahkan baik orang tua maupun anak. Hanya saja butuh pengawasan yang lebih terhadap anak bukan dalam arti mengekang anak tapi memberikan pemahaman, pengetahuan yang secara perlahan, memperkenalkan anak dengan hal-hal yang bermanfaat serta perhatian dari orang tua itu sendiri. Nah, untuk menanggulangi dampak negatif media sosial bagi psikologi anak orang tua haru melakukan beberapa hal.

Komunikasi Efektif

Orang tua juga harus menjadi pendengar bagi anak-anaknya, tidak hanya bicara saja, mendengar kritik dan saran dari anak-anak mengenal kelemahan orang tua. Kalau komunikasi efektif apa pun juga bisa dilawan, apakah gadget, apakah Smartphone , apakah narkoba, apakah pergaulan bebas, atau bullying, dan sebagainya.

Mengubah Lingkungan

Mengubah lingkungan maksudnya ada saatnya waktu untuk memegang gadget, ada saatnya waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan semua gadget ditinggal. Dengan adanya kultur seperti ini sejak dini, membuat anak terbiasa dengan hal tersebut.

Koreksi Diri Orangtua

Orangtua harus berani mengubah dirinya sendiri, jika selama ini ada yang salah. Jika selama ini egois, selama ini mau menang sendiri terhadap anak, otoriter, itu harus berani diubah untuk kepentingan bersama.

Jadi, ada saat nya orang tua menjadikan anak sebagai satu titik fokus terpenting untuk perkembangan dan masa depan anak itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun