Pada 7 Mei, sekitar pukul empat, aktivitas gunung meningkat. Awan debu menyebabkan sejumlah petir vulkanik di sekitar puncak, dan kawah berubah oranye kemerahan saat malam hari.
Getaran letusannya menimbulkan tsunami yang merenggut nyawa lebih dari 30 ribu orang.
Letusan gunung yang parah selanjutnya datang dari Gunung Huaynaputina di Peru.
Beberapa hari sebelum letusannya pada 1600, seseorang melaporkan suara ledakan dari gunung dan gas keluar dari kawah. Pada 15 Februari, aktivitasnya meningkat. Gempa mulai terasa; kemudian empat hari setelahnya pukul 5, gunung meletus hebat dan memuntahkan debu vulkanik ke atmosfer.
Para peneliti mendefiniskan kejadian tersebut sebagai "sebuah ledakan dahsyat yang seperti ledakan meriam".
Pada 19 Februari 1600, gunung ini meletus dan terus bergejolak selama dua minggu. Letusan mendapat skala 6 dalam Volcanic Explosivity Index dan merupakan letusan terbesar di Amerika Selatan. Gempa sebesar 8 SR yang mengawali letusan memisahkan sejumlah daratan di Peru.
Totalnya peristiwa ini membunuh lebih dari 1.500 orang dan 10 desa terkubur debu. Butuh waktu 150 tahun bagi ekonomi pertanian regional untuk kembali seperti semula.
Wah, sangat menyeramkan ya.. Semoga kejadian mega seperti ini tak terjadi lagi. Sekalipun terjadi, semoga kita dalam keadaan baik dan tetap aman!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H