Mohon tunggu...
Adinda Rizki Rahmawati
Adinda Rizki Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum UPN "Veteran" Jakarta

Memiliki hobi mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengurai Syiqaq: Pengertian dan Dampak Hukumnya dalam Pernikahan

16 Mei 2024   16:42 Diperbarui: 16 Mei 2024   16:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut firman Allah tersebut, jika terjadi kasus syiqaq antara suami istri, maka diutus seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab musabab terjadi syiqaq dimaksud serta berusaha mendamaikannya, atau mengambil prakarsa putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang sebaik-baiknya.  

Ayat 35 Surat An-Nisa merupakan kelanjutan dari ayat 34 yang menerangkan cara-cara memberi pelajaran kepada istrinya yang melalaikan kewajibannya. Apabila yang diterangkan ayat 34 telah dilakukan, namun perselisihan terus memuncak, maka suami hendaknya tidak tergesa-gesa menjatuhkan talak, melainkan mengangkat dua orang hakam yang hendak bertindak sebagai juru damai

  1. Dampak Syiqaq dalam Pernikahan

Terjadinya Syiqaq dalam suatu perkawinan, yaitu pertengkaran atau konflik yang serius antara suami dan istri, dapat menimbulkan berbagai dampak serius secara emosional, sosial dan hukum. Dari sudut pandang emosional dan psikologis, Syiqaq dapat menyebabkan tingkat stres dan depresi yang tinggi  pada kedua belah pihak. Ketika kepercayaan dirusak oleh konflik yang sedang berlangsung, hal ini juga dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional seperti frustasi, kecemasan, dan perasaan tidak berdaya. Dampak ini juga terjadi pada anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan tingkat konflik tinggi, yang dapat mengalami trauma psikologis, prestasi akademis yang buruk, dan perilaku negatif  akibat  stres yang mereka alami. Secara sosial, seek-aque mungkin mempersempit lingkaran sosial pasangannya karena rasa malu atau keinginan untuk menghindari konflik. Dukungan sosial dari keluarga dan teman juga seringkali berkurang sehingga meningkatkan perasaan kesepian. Dari sudut pandang ekonomi, perselisihan yang berlarut-larut dapat mengakibatkan beban keuangan seperti konseling, biaya hukum, dan biaya perceraian, serta stres dan ketegangan yang dapat menurunkan produktivitas kerja pasangan. Konsekuensi hukum dari Shiqaq sering kali melibatkan proses perceraian  dan  perebutan hak asuh  yang memakan waktu dan mahal, yang dapat mengakibatkan pertarungan hukum yang menyakitkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun