Mohon tunggu...
adindariskarp
adindariskarp Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HIV/AIDS: Melawan Stigma untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

9 Desember 2024   17:33 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:34 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

HIV/AIDS masih menjadi salah satu masalah kesehatan global yang siginifikan, termasuk di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan estimasi Orang dengan HIV (ODHIV) tertinggi ke-14 di dunia, dengan jumlah ODHIV berkisar 570.000 jiwa. Meskipun upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan, angka tersebut mencerminkan bahwa masalah ini masih sangat serius dan perlu ditangani. Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah adanya stigma yang menyebabkan diskriminasi terhadap ODHIV. Hal ini dapat memperburuk kualitas hidup ODHIV dan menghambat upaya pengendalian penyakit HIV/AIDS.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel CD4 atau sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi. Jika tidak segera ditangani, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom), yaitu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan infeksi. Penularan HIV/AIDS ini sangat terbatas, yaitu melalui :

  • Hubungan seksual dengan ODHIV tanpa alat pelindung
  • Penggunan jarum suntik secara bergantian
  • Transfusi darah yang terkontaminasi
  • Penularan ibu ke bayi melalui proses mengandung atau menyusui

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2023, sebanyak 57.299 kasus HIV dan 16.410 kasus AIDS tercatat pada tahun tersebut. Jumlah kasus HIV/AIDS pada laki-laki lebih tinggi sebanyak hampir tiga kali lipat dibandingkan pada kelompok perempuan, dan sebagian besar terjadi pada kelompok usia produktif yaitu usia 20 -- 49 tahun. Hal ini disebabkan oleh rentang usia produktif lebih rentan terhadap perilaku berisiko seperti perilaku seks yang tidak aman dan penggunaan NAPZA suntik.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi isu HIV/AIDS mulai dari pencegahan sampai pengobatan. Namun, tantangan besar dalam pengendalian HIV/AIDS di Indonesia tetap ada, terutama terkait dengan stigma sosial yang mengarah pada diskriminasi terhadap ODHIV. Stigma terhadap ODHIV seringkali muncul akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan HIV. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa penularan HIV hanya dapat terjadi akibat perilaku negatif ODHIV sebelum terinfeksi. Stigma ini memicu diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan ODHIV seperti di tempat kerja, lingkungan sosial, bahkan dalam keluarga mereka sendiri.

Dampak dari stigma ini sangat besar, salah satunya adalah menghambat ODHIV dalam mengakses perawatan medis yang diperlukan. Mereka seringkali merasa enggan untuk mengungkapkan status HIV mereka karena takut akan diisolasi atau dijauhi oleh orang lain. Akibatnya, banyak ODHIV yang tidak memulai pengobatan ARV (Antiretroviral) sejak dini, padahal pengobatan tersebut sangat penting untuk mengendalikan virus HIV dan mencegah perkembangan menuju AIDS. Hal ini dapat menurunkan kualitas hidup ODHIV dan meningkatkan risiko penularan kepada orang lain.

Untuk mengatasi hal ini, perlu ada upaya lebih besar dalam meningkatkan kesadaran publik tentang HIV/AIDS. Edukasi yang lebih luas mengenai cara penularan dan pencegahan HIV dapat membantu mengurangi ketakutan atau prasangka negatif terhadap ODHIV. Kampanye kesehatan yang menekankan bahwa HIV tidak menular melaui kontak biasa, seperti bersalaman, perlu ditingkatkan. Selain itu, penting untuk menegaskan bahwa meskipun HIV belum dapat disembuhkan, penyakit ini dapat dikendalikan dengan pengobatan yang tepat.

Perlu adanya kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua kalangan, terutama ODHIV. Pemberdayaan masyarakat juga harus dilakukan agar mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang HIV dan bagaimana cara mencegah penularannya. Selain itu, peran keluarga juga sangat penting untuk memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan oleh ODHIV. Dengan adanya kolaborasi tersebut, diharapkan dapat terciptanya lingkungan yang lebih inklusif dan suportif bagi ODHIV. Ini akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHIV dan mencapai pengendalian yang lebih baik terhadap penyebaran kasus HIV di Indonesia.

Kesimpulan

Mengatasi HIV/AIDS di Indonesia tidak hanya memerlukan langkah medis, tetapi juga perubahan pola pikir masyarakat untuk menghapus stigma yang ada. Dukungan dari berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif bagi ODHIV. Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai cara penularan dan pencegahan HIV harus terus ditingkatkan, agar diskriminasi yang selama ini menghambat pengobatan dan akses perawatan dapat berkurang. Dengan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, Indonesia dapat mengurangi angka prevalensi HIV/AIDS dan memberikan harapan lebih besar bagi ODHIV untuk hidup dengan kualitas yang lebih baik.

 

Daftar Pustkaka :

Frisnoiry, S., Lestari, J. A., Andini, C. R., & Tarigan, P. B. (2024). Analisis Peningkatan Kasus HIV/AIDS Di Kota Medan: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Implikasi Untuk Pencegahan Dan Edukasi. Bilangan: Jurnal Ilmiah Matematika, Kebumian dan Angkasa, 2(2), 17-22.

Hari AIDS Sedunia 2024. (2024). Diambil kembali dari Kemenkes Sekretariat Jenderal: https://setjen.kemkes.go.id/

Pamukhti, B. B. D., Ardika, N. A., & Soleman, S. R. (2023). Intervensi Sosial Support dalam Menurunkan Stigma pada Pasien Hiv/Aids: Scoping Review. Zaitun (Jurnal Ilmu Kesehatan), 11(2), 7-11.

Profil Kesehatan Indonesia 2023. (2024). Diambil kembali dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: https://www.kemkes.go.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun