Sampah adalah masalah umum yang tidak hanya terjadi dalam lingkup negara, tetapi juga terjadi di lingkup universitas. Seperti yang saya temukan di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang masih banyak sampah yang berserakan dan sampah yang dibuang tapi bukan pada tempatnya, seperti dibuang di kolong meja dan disudut belakang kelas. Sampah tersebut dapat merusak estetika dan dapat mendatangkan penyakit.
   Untuk mengatasi permasalahan tentang sampah, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mencoba mengembangkan bank sampah. Bank sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang sudah dipilih berdasarkan jenisnya. Prinsip kerja dari bank sampah sama dengan bank pada umumnya yaitu terdapat nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya.
   Menjadi nasabah bank sampah merupakan hal yang mudah, kita hanya perlu datang dan mendaftarkan diri sebagai anggota bank sampah. Selanjutnya kita akan mendapatkan buku tabungan bank sampah yang akan digunakan saat kita menukarkan sampah. Cara menabung di bank sampah adalah dengan memilah sampah sesuai dengan jenisnya terlebih dahulu lalu datang ke bank sampah untuk menyetorkan sampah. Sampah tersebut diberi harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh bank sampah. Setelah sampah ditimbang, hasil tersebut dapat dicatat pada buku tabungan. Nasabah dapat mengambil uang pada buku tabungan dengan kurun waktu yang telah ditentukan.
  Dengan menjadi nasabah bank sampah, kita mendapatkan banyak manfaat seperti dapat menambah penghasilan dan dapat merubah perilaku mahasiswa dalam membuang sampah. Bank sampah juga memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa dan universitas, seperti menjadikan lingkungan yang lebih sehat, sampah dapat dijadikan produk yang bisa dijual dan dapat menambah penghasilan mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H