Mohon tunggu...
adinda oktavia kusuma dewi
adinda oktavia kusuma dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

artikel ini akan membahas seputar keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Profesionalisme Keperawatan Dalam Mengurangi Stigma Buruk Perawat di Indonesia

21 Desember 2023   20:17 Diperbarui: 21 Desember 2023   20:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan kembali marak di jejaring sosial tentang bagaimana citra perawat yang telah melekat di pandangan Masyarakat. Beberapa dari mereka memberi label pada perawat sebagai “perawat galak”. Hal tersebut tercipta karena beberapa pengalaman buruk yang di alami klien selama mendapatkan perawatan oleh perawat. Dilansir dari salah satu kanal berita menyebutkan bahwa, beberapa warga ciamis mengeluhkan pelayanan yang kurang pada rumah sakit tersebut karena adanya perlakuan perawat yang cenderung judes (Hermansyah, 2019).

            Label yang melekat pada perawat seharusnya tidak terjadi, jika setiap perawat benar benar menerapkan nilai nilai profesionalisme dalam keperawatan. Profesionalisme menjadi faktor yang penting dan sangat berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan perawat kepada klien. Hal ini dapat kita lihat melalui dedikasi setiap perawat terhadap pekerjaannya. Dedikasi tersebut juga yang mendorong perawat terus menjaga dan membangun nama baik profesinya di masyarakat (Banunaek et al., 2021). Nilai nilai keperawatan muncul melalui pengamatan serta mengalaman. Hal itu menyebabkan nilai nilai dalam keperawatan sangat bergantung pada lingkungan. Seperti yang kita tahu di Indonesia sendiri memiliki budaya yang beragam, hal itu juga turut menjadi faktor yang membangun nilai nilai keperawatan (Berman et al., 2021). Nilai nilai yang terbentuk itu akhirnya akan terbagi menjadi dua yaitu, Nilai pribadi dan profesional. Nilai pribadi yang dimaksud adalah internalisasi dari setiap nilai yang diperoleh di kelompok dan masyarakan. Sedangakn nilai professional merupakan nilai nilai professional perawat yang diperoleh selama menempuh pendidikan keperawatan maupun pengalaman penerapan kode etik dan lain sebagainya.

            Menurut The American Association of Collegers of Nursing (2008) Ada lima faktor penting dalam nilai profesionalisme dalam keperawatan. Lima faktor tersebut meliputi altruisme yang merupakan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Dalam hal ini altruism seharusnya dapat tercermin dari kegiatan sehari hari, dimana perawat dalam melakukan pekerjaannya memperlihatkan kepeduliaannya terhada kesejahteraan pasien, perawat lain, dan penyedia kesehatan. Berikutnya ada otonomi. Otonom merupakan hak untuk menentukan nasibnya sendiri, pada penerapannya perawat haruslah menghormati hak hak yang dimiliki klien dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka sendiri. Ketiga ada martabat manusia. Disini yang dimaksudkan martabat manusia adalah rasa hormat perawat terhadap segala nilai dan keunikan yang melekat pada setiap individu. Hal ini dapat diimplementasikan dengan menghormati semua klien serta kolega. Berikutnya ada integritas. Integritas merupakan tindakan sesuai kode etik yang berdasar pada standar praktik yang diterima. Dalam hal ini perawat diharapkan jujur dan memberika perawatan sesuai dengan kode etik yang berlaku. Terakhir ada keadilan sosial, dimana perawat harus bertindak sesuai dengan aturan tanpa memandang status ekonomi, ras, etnis, usia, kewarganegaraan, kecacatan, atau orientasi seksual. Semua klien/pasien yang datang haruslah diperlakukan sama satu dengan yang lain. (Berman et al., 2021)

              Setelah mengetahui nilai nilai profesionalisme dalam keperawatan akan muncul dasar pemikiran bahwa jika hal hal tersebut dilakukan maka stigma buruk perawat dapat hilang. Namun dibalik ketidak tercapaian nilai nilai profesionalime dalam keperawatan, ada hal hal yang mendasari. Seperti halnya dilemma etik. Tantangan yang dialami perawat secara emosional berkaitan dengan kewajiban yang dihadapu serta kemandirian, bahkan peraturan profesi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat. (Id et al., 2019). Dilema etik ini merupakan situasi yang timbul dan dapat mengubah sikap perawat contohnya, stress, control emosi yang buruk, konflik dengan keluarga pasien, komunikasi yang buruk dengan kolega dapat membuat kualitas pelayanan menjadi buruk (Banunaek et al., 2021). Situasi yang ditimbulkan karena diema etik ini yang akhirnya dapat memunculkan stigma buruk bagi perawat. Maka dari itu sebagai perawat, perlu mengerti cara mengantisipasi dilemma etik tersebut dengan cara mengupayahkan komunikasi yang baik dengan klien maupun kolega. Selanjutnya perawat juga perlu mengetahui mekanisme koping untuk mengatur stressor yang masuk. Perawat juga dinilai perlu menerapkan komunikasi terapeutik dalam hal berkomunikasi dengan klien maupun kolega sehingga komunikasi yang disampaikan boleh tersampaikan dengan baik.

            Sikap ramah terhadap klien juga diperlukan untuk menciptakan suasana komunikasi yang baik natara perawat dan pasien. Sikap ramah tersebut dapat dilakukan dengan senyuman dan tindakan yang menunjukkan perasaan positif dan kepedulian perawat terhadap klien. Dengan intensitas bertemu yang tinggi dengan klien, perawat seharusnya dapat lebih memberikan kenyamanan bagi klien, sehingga dapat meningkatkan motivasi klien untuk sembuh (Santoso, 2017). Upayah upayah tersebut pada dasarnya merujuk pada penerapan sikap caring yang seharusnya dilakukan oleh perawat. Perilaku caring dapat diartikan sebagai sikap yang diberikan perawat kepada klien dengan sepenuh hati dengan memperhatikan aspek aspek pendukung untuk menciptakan hubungan yang terapeutik (Gultom, 2014).

            Dampak nyatatelah terjadi di salah satu rumah sakit di jawa Tengah yang Tengah mengadakan hari pelanggan. Disana Nampak ada salah seorang klien Bernama Ngatino yang memberikesan positif atas tindakan tenaga kesehatan pada rumah sakit tersebut. Beliau mengaku mendapatkan pelayanan yang baik dan ramah, dan berharap hal tersebut dapat dipertahankan. (Nugroho, 2019). Berkaca pada kondisi rumah sakit tersebut dapat kita ketahui bahwa penerapan nilai nilai profesionalisme, caring, serta komunikasi yang baik dapat meningkatkan kepuasan klien dan perlahan namun pasti dapat menghapuskan stigma buruk dari perawat.

            Dari pemaparan tersebut dapat kita ketahui bahwa aspek aspek penting dalam membangun citra perawat yang lebih baik dan menghilangkan stigma buruk perawat adalah caring. Dapat kita lihat dari keseluruhan nilai nilai profesionalisme dalam keperawatan, serta sikap yang harus dimiliki perawat seluruhnya berdasarkan pada caring. Seperti yang kita ketahui bahwa caring merupakan fondasi utama dalam keperawatan. Jika caring dapat berhasil ditumbuhkan pada setiap perawat maka perawat akan mengetahui mana hal yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Karena dari caring kita akan belajar untuk lebih menghargai baik klien, kolega, maupun diri sendiri.   

 

KEPUSTAKAAN

Banunaek, C. D., Dewi, Y. E. P., & Andadari, R. K. (2021). Dilema Etik pada Profesionalisme Perawat terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 4(2), 110–120. https://doi.org/10.32584/jkmk.v4i2.1143

Berman, A., Frandsen, G., & Snyder, S. J. (2021). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concepts,Process, and Practice.(11th Global Edition). In The American Journal of Nursing (Vol. 82, Issue 6).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun