Untuk mengisi hari-harinya, ia menulis buku. Menulis adalah caranya selalu produktif, mengingat ia tidak kembali bekerja di kantor setelah divonis bipolar. Salah satu buku yang telah dihasilkannya adalah Apakah Aku Bipolar?.
Menurutnya, buku itu sumbangannya sebagai penyandang bipolar. Buku ini didukung Bipolar Care Indonesia, salah satu komunitas penderita bipolar di Indonesia. Dee juga merupakan salah satu anggota yang aktif dalam komunitas tersebut.
Buku tersebut berisi 100 tanya jawab dengan psikiater mengenai bipolar. Dee berharap buku itu dapat membantu penderita bipolar atau yang merasa memiliki gejala penyakit tersebut.
Harapannya, lewat buku tersebut, masyarakat luas lebih mengenal apa itu bipolar. Stigma masyarakat terhadap penyakit gangguan jiwa akan selalu bermuara kepada pikiran, “Ah dasar orang gila.”
Penyandang bipolar membutuhkan rangkulan, bukan malah dijauhi. Penyandang bipolar tidak membutuhkan tudingan miring. Mereka hanya butuh dukungan. Dee dengan komunitas Bipolar Care Indonesia berusaha merangkul penyandang bipolar lain agar bersemangat menjalani hidup.
Catatan:
- Tulisan ini diunggah kembali dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober.
- Tulisan ini pernah dimuat di Harian Sinar Harapan, 28 Agustus 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H