Mohon tunggu...
Adinda Maulana Diningrat
Adinda Maulana Diningrat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Be your self

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dagang antara Amerika dan China terhadap Sistem Moneter Global

11 Juli 2024   02:59 Diperbarui: 11 Juli 2024   03:06 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain itu Trump juga mengeluarkan kebijakan kebijakan penaikan tarif impor produk China. Pemerintah Amerika Serikat akan memberlakukan bea masuk 20 persen untuk impor, bea masuk akan turun menjadi masing-masing 16 persen dan 50 persen pada tahun ketiga. Impor sel-sel surya dan modul dikenakan bea masuk sebesar 30 persen untuk tahun pertama, yang akan turun menjadi 15 persen pada tahun keempat. Solar sel berkapasitas 2,5 gigawatts yang belum dirakit, bebas bea impor setiap tahunnya. Bea masuk yang ditetapkan untuk mesin cuci impor melebihi batas rekomendasi paling keras dari anggota International Trade Commission /ITC, sedangkan bea masuk untuk panel surya lebih rendah dari yang diharapkan oleh para produsen domestik. Di tengah kekhawatiran langkah itu akan memicu perang dagang, Trump menyatakan dumping baja dan aluminium di Amerika sebagai "serangan terhadap negara kita" dan mengisyaratkan agar produsen asing memindah fasilitas mereka ke Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyebut AS dan negaranya sepatutnya menjadi mitra, bukan musuh dalam perdagangan. Perang dagang yang muncul akibat kebijakan Trump ini, menurut Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Foundation/IMF), Christine Lagarde, tidak akan menguntungkan pihak manapun.20 Lagarde berkata, perang dagang itu justru berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global. Trump mengklaim kebijakan ini untuk melindungi pekerja dalam negerinya.  

Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut tentu sangat memberikan dampak buruk bagi China. Karena pemasukan terbesar China adalah melalui kegiatan ekspor impor. Dimana kebijakan yang dikeluarkan Trump tersebut membuat terjadinya ketimpangan pemasukan devisa China. Presiden China, Xi Jinping pun tidak diam. Presiden Xi melakukan aksi balasan atau counter attack terhadap China. Presiden Xi merasa terganggu dengan adanya kebijakan China tersebut. China langsung melontarkan balasan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemarin menekankan memorandum pengenaan tarif pada produk China bernilai US$ 60 miliar.

Pemerintah China juga mengatakan akan mengadukan AS ke World Trade Organization (WTO). Negeri Tirai Bambu ini berencana mernapkan tarif impor daging babi dari AS sebesar 25%, dan tarif 15% atas produk pipa baja, buah, dan anggur. Pemerintah China telah merespon kebijakan pengenaan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Kementerian perdagangan China mengajukan daftar 128 barang yang berpotensi untuk dikenakan tarif pula. Meskipun demikian, kementerian perdagangan China tidak memberikan rincian mengenai pengenaan tarif impor tersebut. Produk pertanian AS, khususnya kacang kedelai, dinilai akan menjadi yang paling terdampak dalam kebijakan balasan China tersebut.  
Dampak yang terjadi akibat perang dagang ini sangat signifikan terhadap beberapa sistem seperti sistem moneter global yaitu :

Ketidakpastian dan Volatilitas Pasar Keuangan : Perang dagang telah meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas di pasar keuangan global. Investor menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil risiko, yang menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang berisiko dan peningkatan permintaan untuk aset safe haven seperti emas dan yen Jepang, dan juga ketidakpastian ini juga telah berdampak negatif pada investasi dan perdagangan global.

Pelemahan Pertumbuhan Ekonomi Global : Hal ini disebabkan oleh terganggunya rantai pasokan global, menurunnya permintaan konsumen dan bisnis, dan berkurangnya investasi. Pelemahan ini telah berdampak pada negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia

Penurunan Permintaan Dolar AS : Dolar AS telah mengalami pelemahan terhadap beberapa mata uang utama lainnya sejak dimulainya perang dagang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk: Penurunan pertumbuhan ekonomi AS,Meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, Diversifikasi cadangan mata uang oleh bank sentral global dari dolar AS ke mata uang lainnya.

Meningkatnya Risiko Fragmentasi Sistem Moneter Global : Hal ini dapat terjadi jika negara-negara mulai membentuk blok mata uang mereka sendiri atau menggunakan mata uang alternatif untuk perdagangan dan investasi. Fragmentasi dapat menyebabkan sistem moneter global menjadi lebih kompleks dan mahal, dan dapat menghambat perdagangan dan investasi global.

Dampak yang terjadi di Indonesia sendiri antara lain yaitu :Pelemahan ekonomi global dan terganggunya rantai pasokan global telah berdampak negatif pada ekspor Indonesia, terutama produk elektronik dan tekstil, Nilai tukar Rupiah juga mengalami tekanan akibat pelemahan dolar AS. Adanya beberapa dampak tersebut membuat Pemerintah Indonesia  mengambil beberapa langkah untuk memitigasi dampak perang dagang seperti meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, memperkuat daya saing produk dalam negeri dan mendorong investasi domestik.

Kesimpulannya dengan adanya perang dagang antara kedua negara tentunya merugikan kedua belah pihak tersebut. Selain itu juga memberikan dampak negatif yang sangat signifikan terhadap sistem moneter global. Dampak positif tentunya dapat dirasakan oleh beberapa negara yang tidak terlibat langsung dalam konflik , meskipun demikian dampak positif tersebut tidak dapat menjamin terjadi bahkan tergantung oleh beberapa faktor.Oleh : Adinda Maulana Diningrat

China pada tahun 2001 secara resmi telah menjadi anggota dari salah satu WTO hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan Amerika Serikat sehingga mampu membuat pertumbuhan Ekonomi China yang  berkembang sangat cepat. Dengan masuknya China dalam organisasi besar didunia membuat pintu perdagangan China semakin luas. Hal ini membuat pemerintah China berharap akan meluasnya investasi asing dari sesama anggota WTO dan nilai ekspor yang meningkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun