Mohon tunggu...
Adinda Kharisma Putri
Adinda Kharisma Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Barang Publik sebagai Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat

11 Mei 2024   03:12 Diperbarui: 11 Mei 2024   03:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Barang publik yaitu barang yang dapat dinikmati kegunaannya tanpa adanya batasan karena jika dikonsumsi atau digunakan suatu individu tidak akan mengurangi konsumsi individu lain akan barang tersebut. Sifat non-eksklusif dan non-rival dari barang publik membuatnya dapat dinikmati oleh semua individu tanpa mengurangi ketersediaannya bagi yang lain. Ini berarti bahwa konsumsi atau penggunaan barang publik oleh satu individu tidak mengurangi ketersediaan barang tersebut bagi individu lain. 

Sebagai contoh, cahaya jalan umum atau siaran radio adalah contoh klasik dari barang publik. Sinar lampu jalan yang memberikan penerangan bagi satu orang tidak mengurangi penerangan bagi orang lain yang berada di sekitarnya. . Selain itu juga terdapat taman kota yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan. 

Demikian pula, siaran radio yang disiarkan secara bebas dapat dinikmati oleh banyak orang secara bersamaan tanpa mempengaruhi kemampuan orang lain untuk mendengarnya. Dengan demikian, keberadaan dan konsumsi barang publik dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa menimbulkan persaingan atau kelangkaan dalam penggunaannya.

Barang privat merupakan kebalikan dari barang publik. Barang privat adalah barang yang dimiliki dan dikonsumsi secara individual, berbeda dengan barang publik yang dinikmati bersama. Karakteristik utama barang privat adalah eksklusivitas dan rivalitas. Eksklusivitas berarti pemilik memiliki hak penuh untuk menggunakan dan membatasi akses orang lain. Contohnya, ketika seseorang memakai baju, orang lain tidak bisa memakai baju yang sama secara bersamaan. 

Seseorang  memiliki hak untuk mengecualikan orang lain dari penggunaan baju mereka. Rivalitas berarti konsumsi oleh satu orang mengurangi ketersediaan barang untuk orang lain. Contohnya, ketika seseorang makan sepotong roti, roti itu tidak bisa dimakan orang lain secara bersamaan. Konsumsi orang tersebut telah mengurangi jumlah roti yang tersedia. 

Sifat eksklusif dan rivalitas ini membuat barang privat diperjualbelikan di pasar. Harganya ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran. Semakin banyak orang menginginkan barang tersebut, dan semakin sedikit barang yang tersedia, maka harganya akan semakin tinggi.

Barang publik yang digunakan oleh banyak orang seharusnya tetap dijaga kebersihan dan kelayakannya. Setiap individu yang menggunakannya seharusnya sadar jika barang publik itu barang milik bersama, sehingga tidak bisa sembarang digunakan sesuai kemauan tiap individu. Dengan kesadaran tersebut, barang publik masih bisa dimanfaatkan kegunaannya dengan baik oleh banyak orang. Namun, kenyataannya, kesadaran masyarakat akan penjagaan barang publik masih kurang. Salah satunya adalah kotornya taman kota akibat kurang kesadaran akan menjaga kelayakan barang publik.

Taman kota adalah salah satu contoh utama dari barang publik yang memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat di sebuah kota. Sebagai ruang terbuka yang dapat diakses oleh semua orang tanpa diskriminasi, taman kota menawarkan tempat untuk rekreasi, olahraga, dan relaksasi bagi penduduk lokal serta pengunjung. Di samping itu, taman kota juga berperan penting dalam memperbaiki kualitas lingkungan perkotaan dengan menyediakan area hijau yang dapat mengurangi polusi udara, menyediakan habitat bagi satwa liar, serta mengurangi efek urbanisasi yang tidak sehat.

Selain itu, taman kota memiliki peran sosial yang penting dalam memperkuat komunitas lokal. Mereka sering menjadi tempat untuk berbagai acara sosial, seperti konser musik, festival seni, dan pesta kecil komunitas. Hal ini memungkinkan warga untuk berinteraksi dan membentuk hubungan yang lebih erat, mengurangi isolasi sosial, dan memperkuat rasa solidaritas di antara mereka. Dengan demikian, taman kota tidak hanya menjadi tempat untuk bersantai, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kehidupan sosial yang aktif dalam sebuah kota.

Pada beberapa waktu lalu, alun-alun Kabupaten Jember yang merupakan pusat taman kota di Jember mengalami pencemaran akibat sampah yang berserakan. Hal ini disebabkan oleh pedagang dan konsumen yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Kondisi fisik yang tidak menarik dari alun-alun Kabupaten Jember setelah tercemar oleh sampah dapat mengurangi nilai estetika dan daya tarik taman kota tersebut. Hal ini mencerminkan dampak langsung dari ketidakpedulian terhadap barang publik. Sebagai ruang publik yang diakses oleh semua orang, penampilan yang kurang menarik dapat mereduksi kepuasan penggunaan taman kota dan bahkan mengurangi kunjungan serta partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang diadakan di sana.

Ketika penampilan taman kota menurun, hal ini juga dapat berdampak negatif pada persepsi dan identitas komunitas setempat. Alun-alun Kabupaten Jember mungkin menjadi kurang dihargai sebagai simbol penting dari kehidupan kota dan ruang yang menghubungkan masyarakat. Dengan memperbaiki kondisi fisik taman kota, tidak hanya akan meningkatkan kepuasan pengguna dan partisipasi dalam kegiatan sosial di sana, tetapi juga membangun citra positif tentang komunitas yang peduli dan bertanggung jawab terhadap aset publik yang dimiliki bersama.

Pencemaran di alun-alun Kabupaten Jember adalah contoh yang menyoroti pentingnya menjaga barang publik. Kebersihan dan pemeliharaan alun-alun bukan hanya tanggung jawab pemerintah setempat, tetapi juga tanggung jawab bersama semua warga. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan merawat taman kota sebagai aset bersama yang memberikan manfaat bagi semua orang.

Upaya menjaga kebersihan alun-alun Kabupaten Jember juga merupakan bagian dari memperkuat ikatan sosial dan tanggung jawab kolektif terhadap barang publik. Melalui program-program partisipatif, seperti kampanye pembersihan bersama atau pembentukan kelompok relawan, masyarakat dapat merasa memiliki dan terlibat aktif dalam pemeliharaan taman kota. Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya menjaga barang publik tidak hanya memperbaiki kondisi fisik taman kota, tetapi juga memperkuat hubungan antarwarga dan meningkatkan kualitas hidup bersama di komunitas lokal.

Dengan demikian, menjaga barang publik seperti taman kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau kelompok tertentu, tetapi merupakan kewajiban bersama seluruh masyarakat. Kebersihan, keindahan, dan fungsionalitas taman kota mencerminkan tingkat kesadaran dan tanggung jawab kolektif kita terhadap lingkungan tempat kita tinggal. Melalui upaya bersama dalam menjaga dan memelihara barang publik, kita tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan indah untuk dinikmati, tetapi juga membangun ikatan sosial yang lebih erat dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan di komunitas kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun