Mohon tunggu...
Adinda Herliyanti
Adinda Herliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa jurusan Pendidikan Biologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Primata Bermata Bulan yang Memiliki Racun

1 Januari 2024   22:26 Diperbarui: 1 Januari 2024   22:50 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Primata yang lucu dan menggemaskan, yaitu kukang. Nama lainnya adalah Malu-malu. Ciri khas makhluk ini antara lain matanya yang lebar dan besar. Ukuran tubuhnya yang hanya sebesar kelinci kecil membuat matanya terlihat tidak proporsional. Namun justru hal itulah yang membuatnya menarik, karena banyak orang yang memeliharanya untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Kukang tersebar di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Rahayu, 2009).

Akibat populasi kukang yang semakin berkurang, Indonesia telah menetapkan Kukang sebagai satwa yang dilindungi. Dengan matanya yang besar berwarna coklat, bulu berwarna abu-abu yang lembut dan halus, serta perawakannya yang kecil sehingga menarik perhatian banyak orang, kukang memang menggemaskan (Agustina, 2023). Panjang badan ukuran 19-30 cm. 

Beratnya kurang dari 2 kg. Mata kukang dikelilingi lingkaran seperti cincin berwarna gelap. Dia memiliki hidung putih. Jari kaki besar dengan kuku kaki yang juga besar. Pada kukang, bulunya bisa berwarna coklat tua, abu-abu dan terkadang putih, ada pula yang coklat muda dan hitam. Pada punggungnya terdapat garis cokelat melintang dari belakang hingga dahi lalu bercabang ke dasar telinga dan mata (Rahayu, 2009).

Spesies yang hidup di hutan tropis, seperti hutan hujan (terutama di beberapa daerah tropis), rumpun bambu, dan hutan bakau semuanya merupakan rumah bagi kukang. Mereka mengonsumsi beragam makanan, termasuk serangga, cacing, pucuk bunga, dan getah pohon. Kukang mahir memanjat dan bergerak perlahan sambil memanjat pohon. Karena ukurannya yang kecil, jari kedua kukang ini mampu mencengkeram dahan pohon hingga berjam-jam. Hal ini memungkinkan untuk digunakan dengan sangat hati-hati. Jarang sekali mereka melompat. Pohon menjadi tempat tinggal mereka (Agustina, 2023). 

Mayoritas hidupnya dihabiskan di pepohonan seperti kukang yang merupakan hewan arboreal. Mengapa? Meski habitat aslinya berada di hutan hujan, kukang cenderung bergerak lambat dan sering berpindah ke dahan pohon. Berbekal cakar yang kuat dan kaki belakang yang fleksibel, Kukang menggunakan keseimbangannya untuk tetap berada di tanah saat bergerak di antara pepohonan (Rudiyant, 2023).

Malam hari adalah saat mereka paling aktif. Tidur dengan bergelantungan terbalik dan memutar badan seperti bola di dahan pohon tua adalah perilaku mereka di siang hari. Lingkaran hitam dan bola mata besar merupakan ciri khas kukang, matanya hanya terlihat sesekali, dan muncul garis putih di antara mata dan dahi. Kemampuan bola mata dalam memantulkan cahaya obor di malam hari secara akurat sebanding dengan kemampuan mata kucing (Agustina, 2023).

Kukang merupakan prosimian yang termasuk dalam subkelompok Prosomii yang merupakan primata primitif dibandingkan primata lainnya. Hal ini dikarenakan, ciri-ciri anatomi terdapat pada mamalia tapi tidak pada primata. Tapetum retina yang merupakan ciri hewan nokturnal bergerak sebagai respons terhadap paparan cahaya. Ciri ini terdapat pada kucing, anjing, dan mamalia nokturnal lainnya (Supriatna & Ramadhan, 2016). 

Supriatna & Ramakrishnan (2016) menjelaskan struktur reproduksi kukang sebanding dengan primata lainnya. Misalnya, terdapat permukaan rahim (bicornuate) dan plasenta (jaringan epitel). Meskipun prosimia hanya memiliki satu keturunan saat lahir, beberapa spesies memiliki 4 puting susu. Lamanya siklus birahi adalah 37 - 54 hari. Masa kehamilan bervariasi dari sekitar 190-195 hari tergantung spesiesnya. Anaknya baru lahir satu dan dirawat selama 6-9 bulan. Penangkaran dapat menyebabkan harapan hidup hingga 12-14 tahun. Satu-satunya primata dengan gigi depan, atau "tooth comb" yang menghasilkan air liur dengan sedikit racun adalah kukang. 

Kukang bertubuh kecil, namun ia menggunakan cakarnya yang beracun untuk melindungi dirinya dari predator. Selain itu, induk Kukang menggunakan racun ini untuk melindungi anak-anaknya dengan menjilati rambut mereka. Kukang menghasilkan racun dari kelenjar yang terletak di siku lengan dalam kukang, yang kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan bercampur liur. Liur beracun kukang inilah yang bisa masuk ke tubuh lawan melalui tancapan giginya (Agustina, 2023). 

Kukang merupakan hewan yang dikenal dengan kecepatan geraknya yang sangat lambat. Mereka dianggap sebagai salah satu hewan terlambat di dunia. Kecepatan berjalan rata-rata kukang bervariasi menurut spesiesnya, berkisar 0,24 km/jam. Kecepatan gerak yang lambat ini merupakan adaptasi penting bagi kukang. Pergerakan lambat kukang membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan di pohon, dimana makanan seperti dedaunan dan buah-buahan banyak. Saat memanjat pohon, kukang meraih dahan dengan cengkeraman kuat pada cakarnya. Mereka bergerak perlahan dan menggunakan otot-otot mereka yang kuat untuk menjaga keseimbangan dan meluncur dari satu cabang ke cabang lainnya. Kecepatan gerak yang lambat juga membantu kukang bersembunyi dari predator karena menyerupai lumut dan alga yang tumbuh di bulunya (Rudiyant, 2023).

Lorisidae, khususnya famili kukang atau yang sering disebut Malu-malu, terdiri dari 8 genera (genus) dan terbagi lagi menjadi 19 spesies. Penyebarannya sangat luas, mulai dari Afrika sebelah selatan Gurun Sahara, India, Sri Lanka, Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara (Supriatna & Ramadhan, 2016).

Supriatna & Ramadhan (2016) mengungkapkan dari 8 marga (genus) yang ada, di Indonesia hanya ditemukan 1 marga, yaitu Nycticebus. Indonesia memiliki lima spesies Nycticebus, yaitu :

1. Nycticebus caucang, tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.

2. Nycticebus javanicus, merupakan spesies endemik yang mendiami Pulau Jawa.

3. Nycticebus menagensis, tersebar di Pulau Kalimantan hingga selatan Filipina.

4. Nycticebus bancanus, tersebar di Pulau Bangka dan Kalimantan.

5. Nycticebus kayan, tersebar dari wilayah selatan hingga tengah Kalimantan.


Referensi :

Agustina, F. (2023). Asyiknya Mengenal Hewan. Jakarta : Anak Hebat Indonesia.

Rahayu, W. (2009). Ensiklopedia Fauna Khas Indonesia. Jakarta : PT. Mediantara Semesta.

Rudiyant. (2023). Ensiklopedia Kukang. Jakarta: Lembar Langit Indonesia.

Supriatna, J. & Ramadhan, R. (2016). Pariwisata Primata Indonesia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun