Hari ini, genap dua bulan seorang gadis berusia 18 tahun yang bernama Dwi menjadi seorang guru di salah satu sekolah TK di desanya. Selama dua bulan ini, pahit dan manisnya momen di setiap harinya saat menjadi guru sudah cukup ia rasakan. Karakter disiplin, bertanggung jawab, dan bijaksananya seorang guru pun mulai tampak timbul di dalam dirinya.
“Baiklah, cukup sampai sini pelajaran kita ya. Waktunya kita pulang dan hati-hati di jalan semuanya,” kata Dwi mengakhiri kegiatan belajar mengajarnya.
“Baik, Umi.”
Anak-anak itu langsung berlari keluar kelas ketika bel pulang sekolah telah berbunyi. Langkah mereka diikuti oleh Dwi yang juga berjalan keluar kelas. Baru beberapa langkah terbentuk, Dwi dihadang oleh seorang guru senior yang cukup ditakuti di sekolah itu.
“Dwi, saya lihat pelajaran yang kamu kasih ke anak-anak tidak kunjung berubah ya. Kenapa masih itu-itu saja yang dipelajari?” tanya guru senior yang kerap disapa Bu Ije.
“Muridnya hanya sedikit, Bu. Kata Bu Rina jika murid sedikit, cukup berikan saja latihan. Jadi, saya mengikuti arahan dari Bu Rina, Bu,” sahut Dwi.
“Hei Dwi, mana bisa kaya begitu. Memang dasar kamu saja yang pemalas. Saya liat guru lain tidak begitu kok. Contohnya si Lia. Dia sama mudanya kaya kamu, tapi gak sepemalas kamu loh.”
Dwi hanya terdiam menunduk sembari mengontrol kesedihannya. Ini memang bukan kali pertama ia mendapat perlakuan seperti itu dari Bu Ije. Bahkan, dibanding-bandingkan dengan guru lain yang sebaya dengannya adalah makanan sehari-harinya ketika berada di sekolah. Walaupun begitu, Dwi selalu saja mengalah dan tidak pernah berkata kasar kepada Bu Ije.
“Maaf, Bu. Kepala sekolah tidak dapat hadir untuk rapat. Apakah rapat kita akan tetap dilaksanakan, Bu?” Perkataan guru lain yang tiba-tiba datang memecahkan ketegangan di antara mereka.
Bu Ije tersenyum ramah, “Iya tentu. Kumpulkan semua guru ya, Lia. Terima kasih.”
Dwi melihat perbedaan sikap Bu Ije kepada Lia. Rasanya cukup menyesakkan dada dan membuat air matanya hampir menetes. Namun sebelum itu terjadi, ia segera melangkah pergi meninggalkan Bu Ije dan langsung mengarah ke kantor.