Peminat karya sastra dengan penggunaan bahasa kiasan di dalamnya mungkin masih tergolong sedikit, ada sekitar 60% masyarakat berharap agar karya sastra yang hadir hanya menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang mengharapkan karya sastra untuk fokus pada pesan-pesan yang akan disampaikan, terlepas dari penggunaan gaya bahasanya. Karena gaya bahasa apapun yang digunakan di dalam karya sastra, memiliki nilai tersendiri di masyarakat. Lagi dan lagi semuanya kembali kepada "selera" masyarakat.
Karya sastra yang menggunakan bahasa kiasan, diharapkan untuk dijadikan bahan belajar bagi penerus bangsa. Bukan hanya untuk para penerus yang berniat untuk mempelajari sastra, tetapi juga untuk masyarakat luas, dan kaum milenial. Karena, bahasa kiasan mampu memberikan pembelajaran dan melatih keterampilan berbahasa.Â
Bagaimana dengan pendapatmu?Â
Sumber:
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Keraf, G. (2009). Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, R.D. (2010). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Adinda.D.A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H