Mohon tunggu...
Adinda Dwi Nuraini
Adinda Dwi Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030020

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perjuangan Mencari Rezeki di Kota Orang: Perjalanan di Balik Sepotong Cilok

23 Juni 2024   15:59 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rezeki sudah diatur oleh Tuhan, begitu kata orang-orang untuk menenangkan keresahannya sendiri dalam berlomba-lomba mendapatkan cuan. Meskipun sudah diatur oleh Tuhan, rezeki harus dijemput oleh siapa yang ingin mendapatkannya. Di samping usaha itu elok nya diiringi dengan ikhtiar dan do'a-do'a.

Seorang penjual atau pedagang cilok yang berjualan di depan Indomaret Jl. Monjali mengaku nekat mencari nafkah dengan modal seadanya. Kebutuhan yang mendesaknya untuk mengadu nasib di kota orang dengan bekal seadanya dan keberanian sebesar-besarnya. Penjual ini dengan semangat berkobar nya memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta meski dengan modal sekecil-kecilnya.

Penjual ini datang dari Ciamis. Sebuah kabupaten di Jawa Barat yang ekonominya didominasi oleh sektor pertanian dan industri kecil. Ciamis mempunyai sektor utama yaitu pertanian, dengan komoditas utamanya yaitu padi, kopi, tebu, serta sayuran. Selain bertani, masyarakat Ciamis juga berekonomi sebagai pedagang. Ciamis memiliki pasar tradisional yang aktif. Selain itu ada juga hal yang menarik di Ciamis, yaitu pengembangan sumber daya manusia. Dimana Pemerintah daerah Ciamis terus mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan pasar tenaga kerja dalam sektor pertanian, industri, dan pariwisata. 

Lalu apa yang membuat penjual ini memilih merantau ke Kota orang? atau ke Yogyakarta?

Secara keseluruhan, ekonomi Ciamis masih sangat bergantung pada sektor pertanian dan industri kecil, meskipun upaya terus dilakukan oleh pemerintah agar ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat secara menyeluruh. Namun, perataan tersebut belum dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Ciamis. 

Meski mengetahui UMR di Jogja tidak telalu tinggi, penjual ini tetap nekat memutuskan untuk merantau mencari uang di Jogja. Dengan alasan meskipun UMR Jogja kecil namun mencari lapangan pekerjaan di Jogja tergolong cukup mudah. 

Cilok Indomaret, begitulah orang-orang di sekitar Jl. Monjali menyebutnya. Letak jualannya yang di depan Indomaret ini membuat setiap orang yang melewati jalan itu hafal dengan keberadaannya. Penjual ini berjualan setiap hari dimulai dari menjelang siang hari, lebih sering sekitar pukul 11.30 siang, atau bahkan tak jarang kurang dari jam tersebut. Penjual berangkat ke depan Indomaret dengan berjalan kaki dari kontrakannya yang terletak di daerah Karangjati, atau kurang lebih 1,2 km dari Indomaret Monjali tersebut. 

"Dokumen Pribadi"

Berjalan sejauh 1,2 Km membuatnya harus mengumpulkan tenaga yang cukup besar ketika berangkat jualan. Penjual ini pun pasrah dengan berapa hasil yang ia dapatkan di hari itu. Sebagai penjual dia memahami bagaimana resiko berjualan. Nyatanya, Cilok yang merupakan makanan tradisional terbuat dari tepung kanji yang direbus dan disajikan dengan bumbu saos ini, memiliki pasar yang cukup baik di tengah-tengah kepadatan kota pelajar ini.

Seperti perjalanan hidup pada umumnya, perjalanan penjual ini tidak setiap hari mudah. Meskipun jualan ciloknya terbilang laris, hari-hari di mana penjual ini harus bertahan dengan kenyataan sepi pembeli. Seperti halnya Cuaca yang tidak menentu, kadang panas kadang juga hujan, bahkan sampai deras, begitu juga dengan berjaualan, ada kalanya sepi ada kalanya ramai, ujar penjual ini (5/6/2024). Namun, dia terus tegar menjalani rutinitasnya, karena tiap biji cilok yang terjual tetap dia syukuri sebagai rezekinya.

Berjualan dari siang hari pun, tidak setiap hari cilok yang ia jual laku habis. Jika cilok tidak sempat habis, penjual biasanya menghangatkan kembali cilok tersebut untuk dijual keesokan harinya. Cilok direbus kembali untuk mengjilangkan bau. Cilok yang tidak terjual di hari itu bisa direbus dan dijual kembali hingga maksimal tiga hari. Namun fenomena tersebut sangatlah jarang. Karena titik penjualannya yang berada di samping jalan raya itu membuat ciloknya laku habis hampir setiap hari.

Dalam usahanya menjual cilok, penjual ini tidak bekerja sendiri. Cilok yang dia jual tersebut merupakan milik bos nya, penjual ini sudah bisa menjual cilok yang sudah disediakan oleh bosnya sebanyak 600 biji cilok perharinya. Bos cilok ini juga menyediakan perlengkapan kerja bagi karyawannya, dan mencukupi kebutuhan kontrakan atau kos bagi karyawannya. Setiap biji yang dijual 500 rupiah ini karyawan atau penjual mendapatkan untung 150 rupiah per biji ciloknya.

"Dokumen Pribadi"

Penjual hanya mengeluarkan modal untuk membeli kresek plastik dan tusuk cilok saja. Meski penjual hanya mengeluarkan modal sedikit, perjuangan penjual sah menjadi karyawan dan menjualkan cilok ini juga terdapat proses penyeleksian, bahkan ada sesi wawancara dan tak semua yang melamar kerja mendapatkan pekerjaan menjualkan cilok. Perkejaan yang kelihatannya sepele ini tetap ada proses seleksinya, ujar penjual ini (5/6/2024).

Penjualan ini bekerja sudah 4 tahun sebagai Penjual cilok. Dimuali semenjak sebelum datangnya pandemi. Karena gentingnya pamdemi covid 19 kala itu, penjual ini terpaksa harus pulang ke rumah untuk menunggu keadaan membaik dan kondusif. Kurang lebih setahun menunggu keadaan membaik, setelah kondusif akhirnya penjual ini kembali lagi berjualan di Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta pun penjual ini tak langsung berjualan, melainkan harus mengikuti prosedur yang ada waktu itu, yaitu menjalani isolasi terlebih dahulu selama kurang empat belas hari atau lebih dua minggu.

Selama perjalanan merantau yang dijalani penjual ini, hari dimana dia pulang bertemu keluarganya sangat jarang sekali. Karena Pulang ke Ciamis bukanlah hal yang mudah bagi penjual ini. Ongkos perjalanan yang semakin mahal dan persiapan yang harus matang membuatnya harus mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk pulang. Belum lagi ketika pulang dia harus membawakan sedikit banyak oleh oleh untuk keluarganya. Namun, di tengah keinginannya untuk bertemu dengan keluarga, rasa rindu dan kebutuhan untuk bersama-sama membuatnya harus menghadapi tantangan ekonomi yang nyata.

"Dokumen Pribadi"

Dalam penjualan cilok ini juga ada tahu sebagai selingannya. Bumbu yang menguatkan cita rasa cilok ini juga bermacam-macam, ada kecap, saos, garam, bubuk asin, dan bumbu bubuk pedas. Bumbu yersebut diberikan sesuai dengan keinginan pelanggannya. 

Pengakuan dari warga sekitar, pelanggan sekitar khususnya pelanggan dari pesantren yang ada didekat lokasi berjualan ini yaitu cilok Indomaret ini memiliki cita rasa yang enak, dan rasanya pun tak berubah-ubah. Sebagian besar pelanggan cilok merupakan penghuni pesantren yang ada di dekat lokasi, sebagian tersebut juga mengaku cilok Indomaret ini selain enak namun juga bisa untuk mengganjal perut saat lapar melanda.

Penjual ini mengungkapkan bahwa hidup bukanlah tentang sepotong cilok atau sebuah gerobak di pinggir jalan, hidup Ini tentang perjuangan untuk tetap tegar di tengah badai kehidupan, tentang bagaimana menghadapi tantangan dan menghargai setiap kesempatan yang datang, dengan begitu maka setiap orang akan berpikir tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Bahwa setiap orang, apa pun profesi dan latar belakangnya, Tetap memiliki suatu hal berharga yang patut dihargai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun