Mohon tunggu...
Adinda Dwi Nuraini
Adinda Dwi Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030020

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sensasi Menyaksikan Film "Ipar Adalah Maut": Bikin Emosi!

19 Juni 2024   12:53 Diperbarui: 19 Juni 2024   12:58 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber: Instagram @manojpunjabimd"

Ipar adalah maut merupakan judul dari film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduksi oleh MD Pictures ini sudah dirilis 13 Juni lalu. Film yang berdurasi 2 jam 11 menit atau 131 menit ini merupakan sebuah kisah nyata yang dipopulerkan oleh akun @elizasifaa. 

Film Ipar Adalah Maut ini mempunyai 3 tokoh yang menjadi sorotan. Yang pertama ada Nissa yang merupakan seorang mahasiswi sosiologi yang kemudian menjadi wanita karir dengan bisnisnya yang sukses, memiliki paras cantik dan baik hati, tokoh kedua ada Mas Aris yang merupakan Dosen sosiologi keluarga di tempat Nissa menimba ilmu yang kemudian menjadi suami Nissa dan mendukung karir Nissa dalam menggeluti dunia bisnis kue. Tokoh ketiga ada Rani yang merupakan adik kandung Nissa. 

Tokoh Nissa diperankan oleh Michelle Ziudith, Mas Aris diperankan oleh Deva Mahenra, dan Rani diperankan oleh Davina Karamoy. Ketiganya sangat menghayati dan totalitas dalam memerankan perannya masing-masing. 

Film yang berlatar belakang Kota Semarang dan Salatiga ini berhasil membuat para penontonnya misuh-misuh atas alur cerita yang disajikan. Awal mulai pertemuan Nissa dan Mas Aris tersebut sangat romantis. Dimana sosok Mas Aris mempunyai latar belakang seperti lelaki idaman yang memiliki sisi tampan, pintar, taat agama, dan menghargai wanita bertemu dengan sosok Nissa yang cantik, pandai, sederhana, mempunyai semangat yang besar, pintar memasak dan memiliki pribadi yang selalu optimis. 

Selang beberapa tahun pernikahan Mas Aris dan Nissa, mereka dikaruniai anak perempuan. Kehidupan mereka berlangsung bahagia hingga tibalah saatnya si Rani memasuki dunia perkuliahan, Rani akan menempuh pendidikan di kampus Nissa yang dulu atau kampus tempat Mas Aris mengajar, salah satu kampus di Semarang. Ibu Nissa meminta saran bagaimana kalau Rani tinggal bersama keluarga Nissa karena ibu Nissa khawatir jika Rani hidup di kost. Awalnya Nissa ragu untuk menyetujui jika Rani harus hidup bersama keluarganya, namun atas dukungan Mas Aris akhirnya Nissa menyetujui membawa adiknya tinggal bersama keluarga kecilnya itu.

Kedatangan Rani di keluarga kecil Nissa lah awal dari semua kemelencengan yang dilakukan oleh Mas Aris dan Rani. Disaat Nissa sedang berjaya dengan bisnisnya, Nissa membuka cabang bisnisnya di Jogjakarta, Mas Aris malah melakukan hal-hal bejat dengan Rani, adik iparnya atau adik Nissa. Kelakuan Mas Aris dan Rani sudah sangat melewati batas, mereka bahkan tak sekali atau dua kali melakukan hal bejat tersebut.

Hingga suatu saat naluri wanita yang tak pernah bisa dibohongi dari Nissa pun muncul, Nissa mencari tahu bau bau kebohongan yang ada di rumah tangganya, namun Nissa tidak menemukan apa yang dia cari, hal tersebut karena kepintaran Mas Aris dan Rani menyembunyikan kebohongan mereka. Perlahan-lahan Nissa menjauhkan pikiran negatifnya tentang Mas Aris, namun karena kecerobohan Mas Aris, kebohongan yang selama ini disembunyikan akhirnya diketahui oleh Nissa. 

Pertunjukan totalitas akting dari para pemain utama, terutama Michelle Ziudith sebagai Nissa, berhasil membawa penonton merasakan gelombang emosi yang kuat. Dari kebahagiaan, kecurigaan, hingga kekecewaan yang mendalam, akting mereka mampu menyampaikan kompleksitas emosi karakter-karakter tersebut dengan mendalam. 

Pada hari pertama penayangannya, film ini berhasil menarik perhatian 153.557 orang, dan mencapai lebih dari 1 juta penonton pada hari kelima penayangannya. Angka ini mencerminkan seberapa besar dampak yang dimiliki cerita ini terhadap masyarakat yang penasaran dengan konflik rumah tangga yang dihadapi oleh karakter utamanya.

Keberhasilan film ini tidak hanya terletak pada akting para pemainnya, tetapi juga pada kemampuan sutradara dalam mengeksplorasi konflik psikologis yang kompleks. Hanung Bramantyo secara halus menggambarkan bagaimana sebuah keluarga yang tampak sempurna bisa hancur akibat keputusan dan tindakan yang tidak terduga.

Secara keseluruhan, "Ipar Adalah Maut" bukan hanya sekedar film drama biasa, tetapi juga cerminan dari kompleksitas kehidupan nyata. Dengan penggambaran yang tajam terhadap emosi dan konflik yang dialami karakter-karakternya, film ini berhasil menyentuh hati dan menyajikan hiburan yang mendalam bagi penontonnya.

Istilah Ipar adalah maut bukan hanya kalimat biasa, dari film ini bisa disimpulkan bahwa ipar adalah maut merupakan suatu mitos yang nyata. Bahkan Nabi Muhammad pernah mengatakan istilah tersebut. Pesan moral dari film ini juga sangat dalam, mengingatkan penonton tentang pentingnya komunikasi yang jujur dan kepercayaan dalam membangun hubungan. Meskipun dihadapkan pada godaan dan kesulitan, kisah ini menyampaikan bahwa kejujuran dan kesetiaan tetap menjadi pondasi yang kuat dalam menjaga harmoni sebuah keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun