Pelaksanaan edukasi kesehatan tentang pencegahan self-harm kepada remaja oleh mahasiswi kebidanan . Adinda Candra , Ananda Afifah dan Silvi Ummrodatul (mahasiswa) .Â
Fenomena maraknya kasus self-harm di kalangan siswa SMP menjadi sorotan utama di kota Surabaya, pada bulan Oktober tahun 2018, tercatat ada 56 siswa SMP melakukan aksi sayat tangan yang terjadi di beberapa daerah di Kota Surabaya, perkembangan perilaku anak SMP yang terpengaruh oleh tayangan media sosial yang terus-menerus serta depresi yang terus-menerus.
DAMPAK :Â
Dampak self-harm tidak hanya bersifat fisik, melibatkan luka dan rasa sakit sementara, tetapi juga mencakup dampak psikologis yang kompleks. Setelah merasakan lega, individu sering mengalami perasaan bersalah, berdosa, dan malu. Hal ini dapat memicu isolasi sosial, konflik keluarga, dan meningkatkan tingkat kesepian.
Seiring dengan peningkatan penggunaan media sosial, perbandingan sosial menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku remaja. Atika mengakui bahwa media sosial menyajikan tantangan baru dalam pencarian identitas diri, yang dapat memicu perasaan tidak nyaman dan rendah diri.
Dalam konteks ini, fenomena self-harm di kalangan anak SMP tidak dapat dipisahkan dari dampak media sosial yang terus berkembang. Pemahaman mendalam terhadap kompleksitas perilaku ini menjadi kunci dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda.
Upaya Pencegahan :Â
1. Jauhi konten media sosial yang bersifat negatifÂ
2. Berbagi cerita ke orang terdekat
3. OlahragaÂ
4. Lakukan Self-Healing untuk menenangkan pikiranÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI