Mohon tunggu...
dinda
dinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan isu sosial, budaya, dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Festival Budaya "Pagelaran Nuraga Swakarya" : Perhelatan Kolaborasi Seluruh Unsur dalam Desa Sukolilo

24 Agustus 2024   17:35 Diperbarui: 24 Agustus 2024   17:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi oleh Kelompok 11 FBD Jantra

DESA SUKOLILO, KECAMATAN WAJAK, KABUPATEN MALANG -- 3 Agustus 2024, Kelompok FISIP FIB Bakti Desa (FBD) Jantra UB Desa Sukolilo menggelar festival budaya yang dikemas menjadi Pagelaran Nuraga Swakarya yang dilaksanakan di Balai Desa Sukolilo. 

Festival budaya Desa Sukolilo merupakan persembahan penutupan dari FBD Jantra Desa Sukolilo yang mengkolaborasikan seluruh unsur yang ada di Desa Sukolilo. Acara ini dimulai dengan tarian pembuka yaitu Tari Candhik Ayu yang ditampilkan oleh siswi SDN 1 Sukolilo. Penampilan tari dari para siswi ini merupakan hasil dari pengajaran tari yang dilakukan oleh perwakilan 3 mahasiswa dari kelompok 11. Mahasiswa berkolaborasi dengan tim guru SDN 1 Sukolilo untuk menentukan tim tari dan melatih hingga para siswi dapat menari dengan mahir.

Sumber: Dokumentasi pribadi oleh Kelompok 11 FBD Jantra
Sumber: Dokumentasi pribadi oleh Kelompok 11 FBD Jantra

Pada malam hari terdapat penayangan film dokumenter hasil karya kelompok 11 yang berjudul "Wijining Sukolilo : Sumber Urip Lan Kahanan" yang berisi tentang kebudayaan yang menjadi kebanggaan Desa Sukolilo seperti rumput taman, gula merah, kerupuk samiler, dan kesenian bantengan. Di akhir acara dilaksanakan awarding Duta Sukolilo yang dikemas dengan sangat gemilang. Terpilih 2 pemenang dari 6 finalis Duta Sukolilo yang akan bertugas sebagai representasi dari Desa Sukolilo.

"Diadakannya pagelaran ataupun festival budaya ini diharapkan dapat menjadi satu ajang pengingat masyarakat Desa Sukolilo untuk dapat berbangga akan budaya desanya sendiri. Di dalam festival budaya ini pun mencakup banyak penampilan yang diinisiasi oleh masyarakat desa. Adanya pemutaran film mengenai jejak sejarah Sukolilo di dalam festival budaya ini juga untuk mengenalkan setiap unsur yang ada di Desa Sukolilo. Harapannya, melalui peresmian duta desa nantinya dapat menjadi ikon dan wajah dari Desa Sukolilo. Kami juga ingin menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat bahwa pembangunan pariwisata di Desa Sukolilo adalah prioritas utama kita bersama," ungkap wakil koordinator Kelompok 11, Rachel Ria Tambunan. 

Sumber: Dokumentasi pribadi oleh Kelompok 11 FBD Jantra
Sumber: Dokumentasi pribadi oleh Kelompok 11 FBD Jantra

Bersamaan dengan penampilan dari sore hingga malam hari, terdapat Sukolilo Creative Bazaar yang diikuti oleh UMKM dari Desa Sukolilo. Selain untuk menambah kemeriahan acara, bazaar ini diadakan untuk memberi wadah UMKM di Sukolilo untuk berkembang dan lebih dikenal oleh khalayak luas. Salah satu tenant pada bazaar yaitu Pia Harum Manis, yang merupakan hasil dari tim branding UMKM yang telah mendampingi untuk membantu re-branding, pengajaran packing, dan juga pelatihan digital marketing.

"Harapan saya sebagai koordinator desa, adanya festival budaya ini saya harap semoga seluruh masyarakat Desa Sukolilo dapat memunculkan rasa bangga dan rasa kepemilikan yang kuat terhadap wisata dalam desanya, UMKM dalam desanya, hingga kesenian budaya di Desa Sukolilo itu sendiri. Dan dari festival budaya ini sendiri harapan saya selanjutnya, seluruh elemen perangkat desa dapat mendukung serta membantu masyarakat desa untuk menimbulkan rasa kepemilikan mereka terhadap hal yang ada di Desa Sukolilo itu sendiri," ungkap koordinator desa Kelompok 11, Muhammad Ravi Adystia. 

Sebagai penutup acara, terdapat hiburan kesenian khas yaitu bantengan oleh kelompok kesenian bantengan Lembu Wisnu Kencono dan Lembu Putro Joyo yang asli dari Desa Sukolilo. Penampilan kesenian bantengan ini ditampilkan oleh anak-anak yang berada di Desa Sukolilo. Adanya kesenian bantengan ini dapat menjadi ajang untuk melestarikan budaya khas, agar tidak mudah tergerus oleh modernisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun