Mohon tunggu...
Adinda Nadine
Adinda Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate from Psychology

Terlambat untuk tenar di koran, terlalu cepat untuk tenar di internet, tepat waktu untuk mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah Membuat Resolusi Tahun Baru Itu Buang-Buang Waktu?

8 Februari 2024   07:30 Diperbarui: 1 April 2024   16:22 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by our-team on Freepik

Tentu saja, tidak. Membuat resolusi tahun baru itu mudah, menyelesaikannya itu yang agak sulit. Karena sulit tidak jarang kita memutuskan untuk berhenti atau mencobanya lagi di tahun depan. Sekarang sudah masuk bulan Februari, bagaimana kabar dari resolusi-resolusi yang sudah kamu tulis? 

Untuk kamu-kamu yang kesulitan menyelesaikan resolusimu, ayo kita coba gali kenapa ya rasanya sulit menyelesaikan resolusi yang sudah dibuat? Setelah itu kita bisa cari tahu bagaimana caranya untuk bisa menghadapi tantangan-tantangan ini untuk bisa mencapai new year, new me!

Kenapa sih resolusi tahun baru susah dicapai?

Tidak berhasil menyelesaikan resolusi tahun baru adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh orang-orang. Bahkan, hanya 10% yang bisa mempertahankan resolusinya, itupun dalam rentang waktu beberapa bulan saja. Apa yang membuat 90% nya tidak berhasil?

1. Panas di awal, dingin di akhir

Ketika jadi mahasiswa baru, biasanya maba akan lebih rajin belajar karena mau lulus cum laude. Kemudian ketika jadi mahasiswa semester akhir, biasanya mahasiswa akan mengerjakan skripsi dengan pikiran ‘nggak peduli cum laude atau nggak, yang penting lulus!’. Perubahan komitmen ini juga terjadi ke orang-orang dengan resolusi tahun barunya. Menurut penelitian, di minggu pertama 77% orang masih menjaga komitmen mereka ke resolusi tahun barunya. Saat 1 bulan berlalu, turun menjadi 55%. Kemudian 6 bulan berlalu, turun lagi menjadi 40%. Pada akhirnya, hanya 19% orang-orang yang berhasil menjaga komitmennya secara full. 

2. Tujuan yang dibuat terlalu…

Ada beberapa jenis ‘terlalu’ yang membuat sebuah tujuan susah dicapai. Terlalu banyak tujuan yang kamu buat akan membuat kamu kewalahan. Tujuan yang terlalu ambigu juga sulit dicapai karena tidak jelas, misalnya dengan tujuan ‘ingin sehat’. Ini tidak jelas artinya karena definisi ‘sehat’ itu luas sekali. Tujuan yang terlalu sulit dan tidak realistis juga jangan dimasukkan, misalnya ingin jadi juara 1 di lomba maraton, padahal tidak punya pengalaman. Terakhir, tujuan-tujuan yang di set terlalu jauh di masa depan juga tidak efektif. 

3. ‘Kenapa? Supaya kelihatan keren aja.’

Fun fact, resolusi yang paling umum dibuat adalah ingin turun berat badan, ingin berhenti merokok, dan ingin mulai lebih sering olahraga. Ini semua adalah resolusi yang bagus, tapi kalau resolusi ini muncul karena tekanan dari orang lain dan bukan karena keinginan diri sendiri, kemungkinan suksesnya akan semakin kecil. Selain itu, resolusi yang dibuat karena orang lain (disuruh, ingin menyenangkan orang lain, dan sejenisnya) juga membuat kita lebih rentan mengalami konflik intrapersonal, yaitu saat keinginan kita yang ‘tidak mau’ bertabrakan dengan resolusi dari orang lain. Akibatnya? Kita jadi sering merasa tidak nyaman dan gelisah.

4. Strategi untuk mencapai tujuan tidak ada

Ketika sebuah klub olahraga punya tujuan untuk menang, tidak ada klub yang kemudian diam menunggu hari pertandingan menunggu takdir. Mereka punya coach yang menyusun jadwal latihan dan membuat strategi agar timnya bisa mencapai tujuan itu. Ini juga berlaku ketika kita membuat resolusi tahun baru, tanpa strategi dan rencana yang jelas tentang bagaimana kita akan memulai dan menghadapi tantangan yang muncul, kemungkinan kesuksesan akan mengecil.

Bagaimana caranya menghadapi tantangan-tantangan ini?

Jangan khawatir karena hal-hal yang kita bahas tadi bisa dihadapi, ini adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapinya.

1. You can and you will!

Jangan sampai banyaknya tantangan yang harus dilalui malah membuat komitmenmu jatuh, have faith in yourself! Lebih percaya diri dengan kemampuanmu sendiri. Saat seseorang percaya akan kemampuannya, dia akan menjadi lebih tahan banting ketika menghadapi kesulitan dan tentunya kemungkinan menyelesaikan resolusi tahun barunya juga akan jadi lebih besar. Kamu tipe orang yang minderan? Kamu bisa coba memberi semangat diri sendiri secara verbal, jaga mood mu (mood baik membuat kamu jadi lebih mudah untuk jadi percaya diri), dan terpenting adalah cari pengalaman sebanyak mungkin. Kita jadi percaya diri ketika diri sudah terbiasa. 

2. Buat tujuan yang terstruktur

Salah satu cara membuat resolusi yang baik adalah dengan menggunakan teknik SMART. Teknik SMART bilang tujuan itu harus Spesific, Measureable (dapat diukur), Achievable (bisa diraih), Realistic, dan Time-bound (punya batas waktu). Contohnya, kamu ingin lebih banyak membaca buku di tahun ini jadi resolusimu adalah ‘Membaca 1 buku per bulan’. Ini adalah resolusi yang SMART karena spesifik ke upayamu untuk membaca buku, dapat diukur yaitu 1 buku, achievable dan realistis karena waktu 30 hari adalah waktu yang lama dan cukup untuk menyelesaikan 1 buku, dan punya batas waktu yaitu 1 bulan.

3. Ini resolusimu, bukan resolusi orang lain

Seseorang akan lebih mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang ia punya dan mengeluarkan usaha dalam jangka panjang ketika tujuan yang dia buat itu atas kemauannya sendiri. Namun, ini bukan berarti bantuan dari orang lain tidak akan membantu. Sebaliknya, social support bisa membantu meningkatkan kemungkinan kesuksesanmu menyelesaikan resolusi tahun baru!

4. Buat strategi

Ketika tujuannya sudah ada, saatnya membuat strategi untuk mencapai tujuan itu. Strategi berperan penting untuk menyelesaikan resolusi tahun baru karena ia membantu mu untuk jadi lebih tahan banting ketika menghadapi tantangan atau kegagalan. Kamu bisa membuat strategi dengan cara memecah resolusimu menjadi resolusi yang lebih kecil (contoh: resolusi besarnya adalah turun berat badan, maka resolusi kecilnya bisa ‘research tentang diet di internet’) atau bisa juga dengan cara mencatat kemajuanmu sejauh apa, supaya kamu tetap on-track.

Apa aku berhenti aja bikin resolusi tahun baru? Kecapai juga nggak…

Jangan! Jangan patah semangat saat resolusi tahun baru mu ada yang gagal, karena perilaku membuat resolusi itu sendiri sudah memberikan perubahan yang positif untuk kamu. Perubahan seperti apa? Dengan membuat resolusi tahun baru, tanpa disadari kamu sudah mendorong diri sendiri untuk menjadi lebih sejahtera dan melakukan perubahan diri yang positif bahkan ketika resolusinya tidak tercapai. Selain itu, semakin sering kita membuat resolusi dan berusaha menyelesaikannya, semakin besar pula kekuatan kita untuk bisa merubah diri menjadi lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang punya keinginan untuk berubah tapi tidak membuat resolusi. Artinya walaupun resolusi tahun barumu gagal, kamu sudah melatih kemampuanmu untuk berubah dan menjadi lebih baik! 

Jadi jangan menyerah dan terus kejar resolusimu, mau berhasil ataupun gagal itu tidak apa-apa karena kamu akan mendapatkan benefit dari mempunyai tujuan. Di masa depan kita semua akan berhasil mencapai new year, new me kita masing-masing, di tahun kapanpun itu :)

-------

Referensi:

Dickson, J. M., Moberly, N. J., Preece, D., Dodd, A., & Huntley, C. D. (2021). Self-regulatory goal motivational processes in sustained New Year resolution pursuit and mental wellbeing. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(6), 3084. https://doi.org/10.3390/ijerph18063084

Griffiths, M. (2016). The Psychology of New Year’s resolutions. IFLScience. https://www.iflscience.com/psychology-new-year-s-resolutions-32946?utm_source=32946&utm_medium=pdf&utm_campaign=pdf_lead_conversion

Koestner, R., Lekes, N., Powers, T. A., & Chicoine, E. (2002). Attaining personal goals: Self-concordance plus implementation intentions equals success. Journal of Personality and Social Psychology, 83(1), 231–244. https://doi.org/10.1037//0022-3514.83.1.231

Norcross, J. C., Mrykalo, M. S., & Blagys, M. D. (2002). auld lang syne: Success predictors, change processes, and self‐reported outcomes of New Year’s resolvers and nonresolvers. Journal of Clinical Psychology, 58(4), 397–405. https://doi.org/10.1002/jclp.1151 

Roberts, D. L. (2024). Resolving to succeed: Psychological insights into New Year’s resolutions: Dr. Donna L. Roberts. NewsBreak Original. https://original.newsbreak.com/@dr-donna-l-roberts-561947/3282856895508-resolving-to-succeed-psychological-insights-into-new-year-s-resolutions 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun