Mohon tunggu...
Adindaanjar Kusuma
Adindaanjar Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Bengkulu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dollar Terus Mengalami Kenaikan! Adakah Hubungan Depresiasi Dollar dengan Impor di Indonesia Saat Ini!

14 Mei 2024   12:10 Diperbarui: 14 Mei 2024   12:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda bahwa dolar AS saat ini berada di level Rp16.025/US$ di bulan April. Bagaimana nasib rupiah? Nilai rupiah terus terpuruk akibat apresiasi dolar yang terus berlanjut. Kenaikan dolar mencapai Rp.16.025 akan memberikan dampak yang  sangat besar terhadap aktivitas perekonomian negara, khususnya di Indonesia. Jika situasi ini terus berlanjut, rupiah akan tertekan. Lalu bagaimana nasib hubungan  ekspor dan impor?

Hal ini diperkirakan akan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah. Ketika Rupiah terdepresiasi, maka harga barang-barang untuk kegiatan impor akan naik sehingga menyebabkan harga yang dibayar masyarakat semakin tinggi dan menurunkan daya beli masyarakat. Di negara-negara yang sangat terkontrol, kenaikan biaya terjadi secara otomatis  di negara-negara yang harga impornya dikendalikan, dan di negara-negara bebas, jumlah dan harga impor  disesuaikan dengan kondisi permintaan dalam negeri

Berdasarkan data impor barang Badan Pusat Statistik tahun 2024, jumlah impor pada bulan Februari sebanyak 18.440.217.378.000 buah dengan nilai sebesar $26,760 juta. Sekitar 80% impor Indonesia berupa bahan baku. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi, maka nilai impor akan mengalami penurunan yang signifikan di kemudian hari.

Dampak devaluasi barang impor ini mempunyai dampak sebagai berikut :

Dampak negatif

1. Penurunan daya beli masyarakat
Kenaikan harga barang impor  menurunkan daya beli masyarakat khususnya kelompok berpendapatan rendah dan menengah terdapat kemungkinan .

2. Melemahnya sektor industri yang bergantung pada impor.
Sektor industri yang bergantung pada bahan baku dan mesin impor akan terkena dampak buruk dari kenaikan dolar. Hal ini karena biaya produksi dapat meningkat sehingga mengurangi keuntungan dan daya saing.

3. Penurunan aktivitas ekonomi
Secara keseluruhan, kenaikan nilai tukar dolar dapat menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi karena berkurangnya impor barang dan jasa. Hal ini dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan resesi.

Dampak Positif

1. Meningkatkan Daya Saing Ekspor
Depresiasi dolar juga dapat berdampak positif, dan kenaikan nilai tukar dolar dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia pasar internasional. Pasalnya, ekspor Indonesia lebih murah bagi pembeli di negara lain yang menggunakan dolar AS.

2. Pendapatan eksportir akan meningkat.
Pendapatan eksportir dalam Rupiah meningkat karena eksportir memperoleh lebih banyak Rupiah untuk setiap dolar AS yang diperoleh dari penjualan ekspor.
Bagi importir dalam negeri, devaluasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS  juga berdampak pada meningkatnya biaya produksi (cost-push Inflation) yang mengharuskan mereka mengimpor faktor-faktor produksi penting dari luar negeri, seperti bahan baku dan barang modal untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Meningkatnya biaya produksi akibat fluktuasi nilai tukar Rupiah pada akhirnya mempengaruhi harga barang yang diproduksi.

Jadi apa yang harus aku lakukan? Di satu sisi, devaluasi ini meningkatkan ekspor, menjadikan produk ekspor Indonesia  lebih murah dan meningkatkan keuntungan bagi eksportir karena hasil ekspor yang diterima dalam dolar AS  meningkat nilainya jika dikonversi ke Rupiah. Sayangnya, seperti dijelaskan di atas, sisi negatifnya adalah harga barang impor akan naik signifikan sehingga semakin membebani  konsumen dan berpotensi meningkatkan inflasi. Selain itu, produk impor juga tidak tersedia di Indonesia. Ini termasuk mesin dan peralatan mekanik yang mendukung sektor  manufaktur, bahan kimia yang melayani berbagai keperluan, termasuk industri, minyak dan gas, biji-bijian dan biji-bijian, makanan, dan barang lainnya.

Dengan mempertimbangkan dampak-dampak tersebut, importir dapat membantu memastikan bahwa Indonesia tidak  bergantung pada satu negara saja, meminimalkan risiko fluktuasi nilai tukar, menggunakan perjanjian perdagangan bebas untuk mengamankan bea masuk yang rendah, dan mencari pemasok dari negara lain untuk memastikan keuntungan. Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan. Para importir  yang tergabung dalam Gabungan Nasional Importir  Indonesia (Gapindo) ini dapat mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan pemasok lokal untuk mendapatkan bahan baku dan komponen yang lebih murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun