Mohon tunggu...
Adinda Amalia Sholichah
Adinda Amalia Sholichah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Prajabatan tahun 2023 Gel.2, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengurangi Perundungan di Sekolah Melalui Pendidikan Karakter

24 Januari 2024   10:06 Diperbarui: 24 Januari 2024   10:12 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terencana dan sadar oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku individu maupun kelompok untuk mendewasakan individu tersebut melalui proses pengajaran dan pendidikan. Maka dari itu pengajaran dan pendidikan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam bukunya, Ki Hadjar Dewantara membedakan pengajaran dan pendidikan dalam konteks arti dan tujuan pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran adalah proses pendidikan dalam mentransfer ilmu untuk memenuhi kecakapan hidup secara lahir dan batin.

Pada pendidikan memiliki arti memberi tuntunan terhadap kekuatan kodrat yang dimiliki setiap anak agar mampu mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu faktor terpenting dalam mencetak manusia Indonesia yang beradab adalah pendidikan. Nilai-nilai kemanusiaan dapat dilatih dan ditumbuhkan dalam pendidikan, dan nilai-nilai tersebut kemudian dapat diwariskan atau diturunkan. Tujuan pengajaran dan pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan adalah membebaskan masyarakat untuk hidup sebagai satu kesatuan yang utuh (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang bersandar atas kekuatan sendiri dan hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain. Melalui pendidikan, peserta didik dapat berkembang secara holistik, sehingga mampu menjadi mandiri (kemandirian lahiriah) dan mampu memuliakan orang lain dan dirinya sendiri (kemandirian batin). Kodrat (kekuatan diri) yang dimiliki, mampu menjadikan peserta didik cakap dalam mengatur hidupnya sendiri tanpa diperintah oleh orang lain. 

Namun sangat disayangkan, pada zaman sekarang ini masih banyak terjadi perundungan dalam dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolah. Tentu hal ini bertolak belakang dengan tujuan dari pendidikan yang sesuai konsep Ki Hadjar Dewantara. Perundungan merupakan salah satu bentuk kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. Perundungan biasanya dilakukan oleh teman sebaya yang menganggap teman lain lebih "rendah" atau bisa juga dilakukan oleh senior kepada junior di sekolah untuk mendapat kepuasan atau keuntungan tertentu.

Perundungan di sekolah biasanya terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu yang pertama karena korban perundungan dianggap "berbeda", misalnya memiliki ciri fisik yang berbeda dengan teman-temannya, kondisi ekonomi yang berbeda, tingkah laku yang berbeda, dan masih banyak lainnya. Faktor kedua juga biasanya disebabkan oleh korban yang kurang memiliki rasa kurang percaya diri, sehingga pelaku perundungan merasa senang apabila korban tersakiti dengan tingkah laku maupun perkataannya. Faktor selanjutnya biasanya disebabkan karena korban perundungan dianggap "lemah", sehingga pelaku perundungan dengan mudah melakukan aksinya.

Apapun faktor yang melatarbelakangi adanya perundungan di sekolah, hal ini tentu tidak baik apabila dibiarkan terus-menerus tanpa ada solusi yang tepat. Dalam menghadapi situasi seperti ini, sudah selayaknya pendidik bekerja sama dengan pihak sekolah mengambil sebuah langkah untuk menghentikan perundungan yang masih sering terjadi di lingkungan sekolah. Salah satu langkah yang dapat diambil dalam mengatasi perundungan di lingkungan sekolah yaitu dengan adanya pendidikan karakter kepada peserta didik. 

Pendidikan karakter merupakan suatu kerangka untuk menerapkan nilai-nilai yang harus dipelajari peserta didik agar menjadi manusia yang bermoral. Nilai-nilai tersebut meliputi unsur pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa, orang lain, lingkungan hidup, dan negara. Seluruh komponen pendidikan karakter di sekolah harus dilibatkan, termasuk komponen pendidikan itu sendiri, seperti kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, administrasi sekolah, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas pemberdayaan , sarana prasarana, pendanaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perundungan di sekolah melalui pendidikan karakter yaitu: 1) membiasakan budaya meminta maaf dan memberi maaf; 2) menerapkan prinsip anti kekerasan; 3) melakukan pengawasan dan memberikan tindakan tegas kepada pelaku perundungan; 4) menerapkan budaya toleransi antar warga sekolah; 5) memberikan pengetahuan kepada peserta didik terkait pentingnya menjaga perdamaian; 6) pendidik bekerja sama dengan wali murid dalam mendidik karakter peserta didik, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Karena pada dasarnya lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap karakter peserta didik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun