Kemarin malam habis dengar ngaji filsafat dengan guru online spiritualku Fahrudin Faiz yang memang paling juara. Penyampaiannya yang luas, runtut dengan nada bicaranya yang khas, sayup-sayup lembut membuat nyaman dan mengundang keramahan di telinga. Tidak ada hentakan penekanan nada tinggi apalagi ngotot sambil ceramah, beliau menyampaikan pemaparannya dengan begitu halus, bahkan seperti tidak merasa sedang diajarkan tapi seolah-olah sedang diajak ngobrol dan diskusi bersama.
Pada malam itu bahasan yang dikaji ialah Six Thingking Hats/ Enam Topi Pemikiran. Â Dalam pemaparan kali ini beliau mendalami pembahasan tentang sebuah pemikiran.
Beliau menerangkan bahwa yang menjadikan manusia sebagai manusia ialah saat ia masih mampu berpikir.  Dan untuk mampu berpikir, pikiran pun pasti membutuhkan asupan dan nutrisi yang baik.  Nutrisi dan asupan yang baik untuk pemikiran adalah saat kita mampu menggunakan dan mengamalkannya.
Sejatinya, satu-satunya yang membedakan manusia dengan mahluk yang lain ialah manusia diberi akal untuk menghasilkan suatu pemikiran.
Berpikir itu sangat luas. Tidak terbatas secara formal melalui jenjang pendidikan yang ditempuh. Berpikir ini mencakup aspek kehidupan manusia. Berpikir bagaimana cara bertahan hidup, mencari rezeki, mendidik anak, mendewasakan diri dan lain sebagainya. Dan dalam kesempatan ini diperdalam bahasan six thingking hats/enam topi berfikir.
Pantas saja di sela-sela kajian beliau tadi malam menyinggung cara berpikir kreatif Edward De Bono yang sudah tidak asing lagi di telinga, nyatanya mengingatkan saya kembali dengan bacaan yang saya sudah saya selesaikan. Buku versi terjemahan bahasa Indonesia yang berjudul "How To Have A Beautiful Mind."
Teringat sekali alasan dulu saya membeli buku tersebut karena sungguh tertarik dengan pembahasannya yang mengulik bagaimana cara memiliki pemikiran yang menarik. Karena jujur saja, dalam bingkai pandangan saya, sekurang apapun seseorang, sejelek dan seburuk apapun penampilan orang tersebut, jika didasari dengan kebiasaan memiliki pemikiran yang menarik, otomatis kekurangan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Memiliki pikiran yang menarik tidak membutuhkan IQ yang tinggi, atau pengetahuan yang tak terbatas, atau kepribadian yang hebat. Semua yang diperlukan hanyalah kreativitas, imajinasi dan empati yang kesemua hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih oleh semua orang.
Pemikiran menarik adalah sebuah pelatihan yang diulang-ulang untuk memunculkan suatu hal yang baru. Dan manfaat paling besar bagi seseorang yang memiliki pemikiran menarik adalah dapat membawa dirinya tampil jauh, jauh, jauh lebih menarik.
Kita menghabiskan banyak uang untuk membeli pakaian, kosmetik, melakukan diet dan olah raga bahkan ada pula yang rela operasi dengan suges ingin menarik. Padahal, ada satu hal yang tidak membutuhkan biaya untuk bisa tampil dengan menarik : hal itu adalah pikiran yang menarik. Seberapa menawannya seseorang, jika memiliki pikiran yang membosankan, seseorang tersebut tidak akan pernah bisa menarik perhatian orang lain di situasi apapun.
Contoh sederhananya saja, kita akan merasa lebih nyaman saat komunikasi dengan seseorang yang enak diajak bicaranya. Maksud obrolan yang enak disini ialah orang tersebut memiliki pemikiran yang menarik, mampu mengaitkan pembahasan ke banyak hal, tidak kaku, berbaur juga apapun topiknya bisa mengajak orang tersebut sedang melakukan obrolan dengan senang.
Ada quotes yang baru saya dapat baru-baru ini, "what ever we say, we always talking about ourselves," by Alison Bechdel. Dikaitkan dengan qoutes ini, seseorang yang memiliki pemikiran menarik akan selalu menampilkan dirinya dengan baik, karena ia faham betul bahwa segala sesuatu yang ia ucapkan artinya sesuatu itu sedang membicarakan dirinya.
Tahun 1985 ada seorang tokoh bernama Edward De Bono yang menciptakan metode berpikir kreatif. Metode nya ini sering dinamakan "Six Thingking Hat" atau 6 Topi Cara Berfikir. Keenam topi ini untuk memfasilitasi cara berpikir yang lebih baik, sebuah metode yang akan membantu manusia untuk meningkatkan kualitas percakapan dan menghasilkan sebuah pikiran yang menarik.
Keenam topi tersebut berwarna putih, merah, hitam, kuning, hijau dan biru. Pertanyaannya "kenapa topi?" Karena topi dapat dilepas dan dipakai dengan mudah. Layaknya topi, pikiran pun bisa dilepas dan dipakai dengan mudah jika sudah dikelola dengan baik.
Keeenam topi dan penjelasannya
1. Topi Putih
Topi putih bearti informasi. Berfokus pada pemikiran pada data fakta informasi apa saja yang dibutuhkan. Ketika seseorang menggunakan topi berwarna putih, semua orang sedang berfokus terhadap informasi secara melingkar saat itu.
Biasanya pertanyaan pemikiran di topi putih ini seputar "Apa saja yang kita ketahui?", "Apa yang kita perlukan?", "Apa yang ketinggalan?", "Apa saja yang harus kita tanyakan?."
2. Topi Merah
Topi merah berfokus pada kesan, rasa, tanggapan, emosi yang terlibat dalam suatu pemikiran. Topi merah ini mengizinkan pengaruh emosi dan perasaan.
3. Topi kuning
Topi kuning berfokus pasa manfaat, maslahat, harapan dari suatu pemikiran. Oleh karena itu, topi kuning mengundang semua orang untuk berusaha mencari nilai dari suatu hal. Karena dengan adanya nilai topi kuning berfikir bahwa hal tersebut dapat menghasilkan kemanfaatannya. Â Sehingga pertanyaan-pertanyan yang sering muncul seperti, "Kalau saya masuk organisasi ini apa ya yang akan saya dapatkan?," "Kalau saya ganti profesi nantu apa yang akan saya raih dan capai?."
4. Topi Hitam
Topi ini berasal dari pemikiran kritis. Fokus topi pemikiran ini ialah pada problem yang dihadapi. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul seperti "Apakah hal ini cocok dengan nilai-nilai kita? Apakah hal ini cocok dengan strategi dan tujuan kita? Apakah hal ini cocok dengan kemampuan kita?
Topi hitam adalah topi yang sangat hebat dan mungkin merupakan topi yang paling berguna dibandingkan dengan topi yang lain. Topi hitam ini menghentikan kita dari melakukan hal-hal yang salah, ilegal, atau berbahaya. Â
5. Topi Hijau
Topi hijau adalah topi produktif. Berfokus pada alternatif, ide-ide, solusi, dan kemungkinan baru.
Topi hitam dan kuning adalah topi penilai. Topi putih mencari informasi. Topi merah memberikan perasaan, emosi dan intusisi. Sedangkan topi hijau mencari kebaruan. Topi hijau ini merupakan sebuah undangan untuk kreativitas. Ketika kreativitas sudah menjadi sebuah kebiasan karena topi hijau, seseorang akan terkejut terhafap dampak hal tersebut terhadap produktivitasnya.
Pertanyaan dalam pemikiran ini seputar "Apa yang bisa kita lakukan? Apakah dari infromasi ini bisa memuat hal-hal yang baru? Apakah penyelesaian masalah ini memiliki alternatif lain?
6. Topi Biru
Topi biru ini berperan mengatur topi-topi lainnya agar cara pemikirannya tertata. Topi biru ini berhubungan dengan pengendalian sebuah proses. Topi biru ini juga memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama untuk menetapkan fokus dan tujuan. Sedangkan fungsi kedua  untuk memberikan urutan penggunaan topi-topi yang lainnya.
Topi biru ini akan mengumpulkan semua hasil, membuat ringkasan, menarik kesimpulan dan desain yang didapatkan.
Topi biru pada awal dan akhir diskusi ibarat dua penahan buku yang mengumpulkan semua hasil pemikiran. Mengapa kita nerada di sini? Apa yang sudah kita capai?
Penggunaan Topi
Topi-topi ini menjadi simbol yang kuat dan netral terhadap berbagai cara berpikir yang spesifik.
Jadi singkatnya seperti ini, topi putih mencari informasi sebanyak-banyaknya, topi kuning berpikir bahwa nilai dari informasi tersebut pada kemanfaatan atau kegunaannya, topi hijau berpikir apakah informasi tersebut bisa memunculkan sesuatu yang baru, topi merah berpikir apakah dari informasi tersebut mengaitkan kesan, rasa dan emosi, dan topi biru berpikir apakah informasi ini bisa dimulai, dijalankan, dan dievaluasi dengan baik.
"Tadi adalah pemikiran topi hitam yang baik. Sekarang mari kita coba berpikir dengan topi kuning."
"Berikan topi merah Anda."
"Apakah informasi topi putih Anda di sini?"
"Tolong berikan saya beberapa topi hijau,"
"Apa isi topi merah Anda,"
Topi-topi ini bisa digunakan secara individu sebagai sebuah kode untuk meminta cara berpikir tertentu.
Dalam pendapatnya Dr.Fahrudin Faiz pola ideal untuk menggunakan topi ini ialah ada dalam urutan B-P-H-K-H-M-B yaitu  biru (Rencana apa yang akan dibuat)-putih (informasi, data fakta yang cukup)-hijau (kemungkinan, solusi dan ide baru)-kuning (manfaat, maslahan dan keuntungannya)-hitam (problem muncul)-merah (apa yang dirasakan jika terlibat-biru(evaluasi rencana lagi).
Akan tetapi, pola ideal ini bisa saja berubah jika dihadapkan suatu masalah tertentu. Sehingga pola ideal ini pun bisa disesuaikan kembali pada permasalahan pemikiran yang akan dihadapi, namun terlepas dari itu semua, topi biru harus selalu di tempatkan di awal dan di akhir. Dengan sebab tugasnya yang berfungsi mengendalikan kelima topi tadi. Topi birulah yang mengatur fokus dan tujuan permasalahan. Topi birulah yang megatur suatu rencana dan evaluasi dari pelaksanaan rencana tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H