Aslin angela hardin gadis dengan bermata hazel, yang memiliki senyum manis, badan kurus namun tak terlalu tinggi, berambut panjang berombak. Aslin adalah gadis yang baik, pandai, peduli terhadap sesama, dapat diandalkan, murah senyum dan mudah membuat orang lain tertawa, namun di balik semua itu Aslin memiliki sejuta rahasia yang tak ia tunjukan kepada siapapun sekalipun orang tuanya sendiri bahkan ia memendam semua perasaan yang ia rasakan, yang ia tau adalah bagaimana cara membuat orang yang ada disekitarnya merasa bahagia dan nyaman saat bersamanya.
  Aslin memiliki dua saudara laki -- laki, kakak pertamanya sudah menikah dan kakak keduanya masih lajang dan bekerja di perusahan milik ayahnya, ayahnya adalah pengusaha ternama di kota Surabaya, ibunya seorang ibu rumah tangga, Aslin juga memiliki pacar yang bernama Revano putra adijaya, Revano kakak kelas Aslin di sekolah yang sekarang kelas 12, dan Aslin kelas 11. Rumah Aslin berada di kawasan yang cukup elit walau Aslin berkehidupan dengan finansial yang cukup, tetapi Aslin tak pernah merasa bahagia, senyum yang selalu ia tunjukan seakan adalah topeng untuk menutupi kegelisahan dalam hatinya.
 Pada suatu hari di pagi  yang cerah Aslin duduk di meja makan, ia sedang sarapan dan akan berangkat ke sekolah, namun atmosfer di tempat itu tak ia sukai, yang ia rasakan hanyalah kesepian, ia tak melihat siapapun di ruangan itu, ia sendirian, ayahnya yang ada perjalanan bisnis di luar negeri dan ibunya yang ikut dengan ayahnya, serta kakak keduanya yang memilih tinggal di apartment sendiri. Setiap pagi yang ia lihat hanya ia dan dirinya sendiri dan juga para maid serta supir pribadi keluarganya, bukannya Aslin tidak bersyukur atas pemberian Tuhan, namun yang ia mau bukanlah hal yang seperti ini. Jujur Aslin tak pernah suka makan di rumah, ia lebih suka makan di luar bersama temannya, bahkan ia tak peduli makanan itu sehat atau tidak. Setelah sarapan ia pergi ke sekolah, dan saat pelajaran dimulai tiba -- tiba kepalanya pusing dan hidungnya mengeluarkan darah, namun Aslin menahannya ia segera izin ke kamar mandi, sebenarnya hal ini sering terjadi namun Aslin tak ambil pusing mungkin ia hanya kelelahan pikirnya. Dan hal tersebut tak pernah ia ceritakan kepada siapapun.
  Saat pulang sekolah Aslin pulang bersama Revano, saat akan memasuki rumah tiba -- tiba Aslin pingsan dan itu membuat Revano terkejut dan membawa Aslin ke rumah sakit, saat tiba di rumah sakit Aslin di periksa dan dicek darahnya, dokter juga menyarankan Aslin untuk opname selama satu hari, Revano yang panik langsug menghubungi kakak Aslin, dan menceritakan semua yang dialami Aslin, dan itu membuat kakaknya khawatir,tidak lama kemudian Aslin siuman, kakak Aslin menghubungi orang tuanya bahwa Aslin sakit, namun saat akan mengataka Aslin dirawat Aslin melarang kakaknya, alasanya tak mau membuat oarang tuanya khawatir, mau tak mau kakaknya harus menurutinya. Dokter yang memeriksa Aslin belum bisa mengatakakan hasil tes yang di jalani Aslin, saat di malam hari kakak ipar dan juga kakak Aslin menemani Aslin, dan tiba -- tiba Aslin keluar kamar dan mencari dokter yang memeriksannya tadi, saat bertemu Aslin meminta kepada dokter itu untuk memberikan hasil tes itu kepadanya secara pribadi.
Keesokan harinya Aslin sudah diperbolehkaan pulang dan di hari itu juga hasil tes kesehatanya sudah keluar, dan dokter yang memeriksa menyuruh Aslin untuk datang ke rumah sakit karena ada yang harus di bicarakan, namun Aslin menolak, tetapi ia mengatakan bahwa besok ia akan datang ke rumah sakit.
Keesokan harinya Aslin datang ke rumah sakit sendiri, sebenarnya ia dilarang kakaknya untuk keluar rumah sendiri karena ia masih perlu istirahat namun Aslin memaksa dengan alasan tidak akan lama. Saat tiba di rumah sakit Aslin menemui dokter tersebut, dan dokter menjelaskan bahwa Aslin mengidap kanker otak stadium 2. Itu membuat Aslin terkejut, yang sekarang ia pikirkan adalah "apa aku akan mati sekarang juga?", dokter itu juga menyarankan Aslin untuk segera mengatakan kepada keluarganya, dan juga dokter menyarankan untuk Aslin melakukan kemoterapi, dokter juga menjelaskan efek samping dari pengobatan tersebut, namun Aslin tetap bersih keras untuk mengobatinya dengan obat jalan padahal hal tersebut tidaklah efektif, namun Aslin tetap keras kepala, mau tak mau dokter itu harus menurutinya, dokter itu memberikan syarat bahwa Aslin harus check up setiap bualan.
Sudah tiga bulan Aslin rutin mengkonsumsi obat dan check up, namun ada kala dia tidak bisa menahan rasa sakit itu, yang ia lakukan hanyalah menahan, dan tiga bulan itu juga keluarganya tidak mengetahui penyakitnya.
Pagi ini Aslin bersiap pergi ke sekolah, tiba -- tiba kepalanya terasa pusing, sedangkan ibu Aslin yang akan menghampirinya terkejut melihat Aslin terjatuh dengan memegangi kepalanya, dan tak lama kemudian Aslin pingsan, ibu Aslin panik dan memanggil suaminya, saat akan mengambil minyak kayu putih di laci, ibu Aslin menemukan surat dan terdapat nama rumah sakit dan juga nama Aslin, di surat itu dijelaskan bahwa Aslin mengidap kanker otak, seketika itu ibu Aslin terkejut dan menangis, tak lama kemudian Aslin sadar, ia melihat orang tuannya menangis.
Aslin bingung dan menanyakan kenapa mereka menangis, Aslin terkejut bahwa orang tuanya mengetahui penyakitnya, orang tua Aslin marah kenapa putrinya merahasiakan hal sebesar ini, Aslin hanya bisa menangis dan megatakan " aku tidak ingin membebani kalian, kalian terlalu sibuk untuk menyiapkan masa depanku" seketika orang tua Aslin tersadar bahwa ia tak pernah memperhatiakan putri mereka, Aslin juga mengatakan bahwa penyakit itu sudah tahap stadium akhir, orang tua Aslin tidak tau harus berbuat apa, aslin menolak untuk dirawat, dan Aslin mengatakan keinginan terakhirnya "di saat terakhir hidupku aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama kalian, sarapan bersama, berbincang bersama atau liburan keluarga, aku tak ingin membuat tubuhku semakin sakit dengan perawatan yang di sarankan dokter, aku hanya mau kita bersama sebagai keluarga utuh yang saling perhatian, aku tidak ingin yang lain", dan saat itu juga semua keluarga Aslin menemani Aslin di waktu terakhir Aslin, mereka sarapan bersama, berbincang bersama dan berlibur bersama.
Saat ini Aslin sedang berlibur bersama keluarganya di Bali, saat malam hari aslin dan keluarganya menikmati malam dan melihat bintang, tak lama Aslin tertidur di bahu ibunya dan saat itu menjadi waktu tidur terlama Aslin, keluarga Aslin berduka atas kepergian Aslin.
Dari cerita ini kita bisa memetik pesan bahwa waktu itu adalah kesempatan yang tidak boleh kita sia -- siakan, jangan sampai kehilangan kesempatan di saat waktu terakhir yang kita punya, saling peduli dan saling perhatian adalah kunci kebahagian bagi keluarga dan juga orang lain di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H