Komunikasi adalah bagian dari aktivitas manusia, yang paling esensial. Tanpa adanya komunikasi manusia tidak dapat mencari dan mendapatkan apa yang diinginkan. Komunikasi adalah interaksi, hubungan tukar informasi antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai dengan cara yang kompleks, artinya komunikasi berproses dari mana saja, kapan saja, dan menggunakan media mana saja (Harahap, 2021). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan agar terjadinya pengertian bersama.
Proses komunikasi tidak akan berjalan apabila tidak didukung oleh berbagai elemen atau komponen komunikasi yaitu pengirim (sender), pesan (message), encoding, saluran (channel), penerima (receiver), decoding, umpan balik (feedback), gangguan atau hambatan (noise), dan konteks (context). Komunikasi tidak hanya terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan, sikap tubuh, ungkapan minat, sikap, dan perasaan yang sama. Kemunculan internet bukan saja memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi, tetapi juga mengharuskan media yang terbit secara tradisional berpindah ke sistem digital.
Menurut Rumanti (dalam Khairina, 2021) media online juga menggunakan kaidah jurnalistik dalam proses penyebaran informasi dengan karakteristik media yang berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif, berfungsi secara privat dan publik, memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Karakter media online memudahkan para pencari infromasi dalam mengakses berita yang diinginkan dan dibutuhkannya. Peran media massa dalam menciptakan budaya di masyarakat kini tidak dapat dihindari lagi.
Kemajuan media komunikasi saat ini sangat memberikan pengaruh terhadap masyarakat baik terhadap pemikiran maupun pola hidup yang dijalani. Keberadaan media online saat ini dijadikan sebagai pola baru dalam berinteraksi dengan sesama. Jika dahulu masih banyak masyarakat yang masih menganggap penting untuk melakukan kegiatan silaturahim secara langsung, saat ini kegiatan tersebut dalam digantikan dengan adanya media (Fitriansyah, 2018). Fenomena media online seperti media sosial telah memberikan dukungan terhadap interaksai sosial secara masal dan lebih terorganisir. Peran sosial media yang telah menggunakan teknologi berbasis web kini telah mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Beberapa media sosial yang tengah populer dan banyak digunakan oleh masyarakat seperti Instagram, Facebook, X, YouTube, TikTok, dan lainnya.
Hambatan komunikasi dapat terjadi pada semua konteks komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal, komunikasi massa, komunikasi organisasi atau komunikasi kelompok. Hambatan komunikasi yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi dapat menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, salah satunya hambatan psikologis. Hambatan psikologis merupakan unsur-unsur dari hambatan kegiatan psikis manusia. Di dalam hambatan psikologis ini terdapat kepentingan, prasangka, stereotip, dan motivasi.
1. Perbedaan Kepentingan
Dimana kepentingan menjadikan manusia hanya terpusatkan kepada satu perhatian sehingga terstimulus untuk melakukan yang menjadi kepentingannya. Jika tidak terdapat kepentingan, maka itu akan dilewati begitu saja. Dari sisi kepentingan (interest), komunikan akan selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Kepentingan komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya.
2. Prasangka
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lainnya, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan suatu pesan. Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan dalam komunikasi. Prasangka melibatkan emosi yang memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
3. Stereotip
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau suatu golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip merupakan hal yang harus terus diwaspadai komunikator media massa. Hal ini dilakukan mengingat apabila dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu pada komunikannya, maka dapat dipastikan pesan apa pun tidak akan dapat diterima oleh komunikan.
4. Motivasi
Motivasi juga memiliki pengaruh terhadap efektivitas dalam berkomunikasi. Motivasi lebih dianggap sebagai penghambat dalam proses komunikasi massa. Setiap manusia pada hakikatnya memiliki motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, dan dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Melihat dari berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka identitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi juga berbeda sesuai dengan jenis motifnya. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya akan terjadi, komunikan akan mengabaikan suatu pesan dalam komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khairina (2021) salah satu berita yang berjudul "Berkaca Dari Konten Atta-Aurel Soal Keguguran, Sikap Kritis Netizen Dibutuhkan" dijelaskan terkait hambatan psikologis. Dari segi judul berita, artikel ini jelas memuat kepentingan (interest) komunikan dalam memanfaatkan berita. Dalam hal ini, netizen memiliki kemampuan dalam mengontrol dalam menyeleksi berita yang diterima. Adanya pro dan kontra dari netizen akan terjadi proses ilmiah yang mengedukasi masyarakat. Kehadiran Sosiolog dalam berita tersebut merupakan cara yang dilakukan Kompas untuk mengklarifikasi pro kontra netizen yang memiliki prasangka. Prasangka merupakan salah satu bagian dari hambatan psikologi yang terlahir dari persepsi. Persepsi komunikan yang dimunculkan di media berkaitan erat dengan faktor personal dan situasional. Pemberitaan keguguran Aurel yang disorot media sempat menjadi simpati kemudian terlahir sebagai kritik.
Prasangka melahirkan stereotip di kalangan komunikan terhadap komunikator. Stereotip terjadi karena adanya gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi atau golongan lain yang bersifat negatif. Dalam proses komunikasi yang dilakukan Kompas tentang Aurel Hermansyah, Kompas tidak menciptakan stereotip terhadap pesan yang disampaikan melalui media berita. Kemunculan kepentingan, prasangka, dan stereotip tidak dapat dipisahkan dari adanya motivasi. Setiap komunikan yang mengikuti pemberitaan Aurel Hermansyah keguguran di media online didasarkan pada motif tertentu. Akan tetapi masih ada kesamaan motif yang sama antara satu komunikan dengan komunikan yang lainnya, yaitu kebutuhan informasi tentang tokoh publik yang disukai.