Menurut psikolog Jovita Maria Ferliana dari Royal Hospital of Tarma yang mengulas dari perspektif neurofisiologis, otak anak balita masih berada pada tingkat perkembangan. Memberikan rangsangan sensorik secara langsung. Misalnya, kita menyentuh benda, mendengar suara, dan berinteraksi dengan orang. Anak-anak di bawah usia 5 tahun yang menggunakan gadget setiap saat, bahkan tanpa pengawasan orang tua, menyebabkan anak-anak hanya fokus pada gadget dan tidak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
Pada tahun pertama, anak harus mengembangkan kepercayaan dasar (basic trust). Lalu kemudian mempelajari berbagai jenis keterampilan koordinasi dan visiomotorik sekitar usia 2-3 tahun. Aktivitas sensorimotorik diintegrasikan ke dalam aktivitas terkoordinasi. Hal ini amat penting saat meniru gambar atau objek. Misalnya, apa yang dilihat mata harus digerakkan dalam pola tertentu oleh motorik. Dari usia sekitar 3 tahun, anak sudah bisa menguasai semua pola gerakan. Kegiatan tersebut tidak lepas dari peran media dan teknologi informasi seiring dengan pertumbuhan anak.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang membutuhkan perhatian khusus karena masa kanak-kanak merupakan waktu yang cepat dan mudah dilihat dan diukur. Jika adanya hambatan pada perkembangan anak, maka akan mudah diatasi.
Sekitar 50% kecerdasan orang dewasa muncul ketika anak-anak berusia antara sampai 4 tahun, meningkat menjadi 80% pada usia 8 tahun, dan memuncak pada ketika anak-anak berusia 18 tahun. Artinya perkembangan yang terjadi dalam 4 tahun akan sama dengan perkembangan yang terjadi dalam 14 tahun berikutnya, dan perkembangan otak berikutnya akan stagnan. Fakta ini menanamkan keyakinan besar dalam diri kita akan pentingnya optimalisasi pendidikan anak usia dini. Karena kita harus menerima faktor-faktor yang dimiliki sejak lahir, faktor lingkungan harus dirancang sedekat mungkin untuk memperbaiki cacat yang disebabkan oleh faktor genetik.
Fungsi pendidikan bagi anak (golden age) tidak hanya hanya sekedar memberikan aneka macam pengalaman belajar misalnya pendidikan dalam orang dewasa, namun juga berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya. Pendidikan disini hendaknya diartikan secara luas, meliputi semua proses stimulasi psikososial yg tidak terbatas dalam proses pembelajaran yg dilakukan secara klasikal. Artinya pendidikan bisa berlangsung dimana saja & kapan saja, baik yg dilakukan sendiri di lingkungan keluarga juga dari lembaga pendidikan pada luar lingkungan keluarga.
 Pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan anak itu memiliki dampak positif dan negatif, yaitu sebagai berikut:
Dampak positif
Â
1) Menambah Pengetahuan.
Menurut Dhani Rizki Syaputra bahwa melalui penggunaan perangkat berteknologi canggih, anak-anak
mendapatkan informasi tentang tugas sekolah mereka dengan cepat dan mudah. Misalnya kita ingin menjelajah internet dimanapun dan kapanpun kita ingin tahu. Ini adalah bagaimana kita dapat meningkatkan informasi di Internet