Mohon tunggu...
R Adin Fadzkurrahman S.IP
R Adin Fadzkurrahman S.IP Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kendal, Jawa Tengah

Seyogyanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rey, Malam Itu

11 Juli 2018   19:25 Diperbarui: 11 Juli 2018   19:32 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mungkin kamu akan bertanya kenapa seorang laki-laki pergi dan menghilang tanpa kabar, menilainya bagaikan orang yang terlalu sombong untuk sekedar mengenal bahkan berdekatan setelah ia tak lagi merasa di perhatikan. Karena itulah bentuk ketegarannya" begitulah ucap rey dalam hati, kala ia menatap ribuan bintang dilangit ditemani oleh secangkir kopi diatas meja serta sebuah buku dan pena.

Ia terlihat sibuk menggoreskan penanya diatas buku, sembari menerawang waktu yang telah lampau ia lewati bersama seorang sahabat perempuannya. Sahabat yang entah sekarang sudah menghilang tanpa kabar, setelah Rey memutuskan untuk menjaga jarak hanya untuk menjaga perasaan sahabat perempuannya itu.

Namanya adalah Padma, tapi Rey lebih suka memanggilnya dengan Fatma. Wanita yang anggun dengan tinggi 167cm, dengan rambut diikat belakang dan menyukai warna putih serta sangat cerewet.

Rey memilih untuk diam, tapi diamnya bukan berarti tidak peduli akan tetapi lebih kepada keinginan dirinya untuk menghargai perasaan Fatma yang sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang berada di seberang negara, singapura lah tepatnya. Semenjak saat itu  kedekatan mereka berdua pun semakin renggang bahkan hal-hal kecil yang biasa diceritakan berdua pun mulai jarang diceritakan kembali. Adakalanya juga Rey bertanya kepadanya "kenapa/ ada apa sama kamu?" tapi ia selalu mendapatkan jawaban "gak apa-apa?", pertanyaan itupun terus terulang dengan jawaban yang sama dan selalu sama, hingga Rey memutuskan menjaga jarak sampai suatu saat Fatma menanyakan kabar pada Rey dan meminta bertemu, namun Rey tak merespon ajakannya dan hanya membalas "Maaf aku sedang sibuk mengerjakan tugas penelitian kuliah" untuk sekedar menolaknya secara halus. Memang Rey tidaklah berbohong padanya, karena Rey benar-benar sedang melakukan penelitian meskipun terkadang ada waktu luang untuk bertemu dengannya.

Malam semakin larut, ia terus sibuk menulis dalam bukunya. Sampai ia menemukan memori ingatannya pada 1 Desember 2014 disebuah kawasan pelabuhan ia bertemu dengan Fatma secara tak sengaja, Rey pun sebenarnya tak menyadari akan kehadirannya. Namun ia sudah terlanjur menghampirinya dan menepuk pundaknya,

"Hey.... lagi nyantai ya...."' ucap Fatma sambil menepuk pundak Rey yang terlihat kaget.

"tidak juga, aku sedang penelitian disini,"

"Penelitian apa? Kok gak bawa buku? Gak bawa laptop? Gak bawa apa-apa?" ucap Fatma mendesak Rey untuk jujur,

"kan penelitian Kuantitatif jadi tidak perlu bawa yang disebutin tadi, hanya perlu diingat saja, dah ayo duduk sini" Fatma pun menuruti kata Rey,

"Kesini sama siapa Rey?"

"Sendiri, lagi nyantai" Rey keceplosan

"Katanya lagi penelitian? Kok nyantai?"

"Penelitian tentang bagaimana rasanya orang nyantai, ini juga termasuk penelitian"

"nah tuh kelihatan kalau kamu lagi bohong"

"Iya deh aku  jujur lagi nyantai, oh ya kamu sama siapa kesini?"

"Tadi sih sama temanku banyak, tapi gak tau kemana" jelas Fatma,

"Oh ya pacarmu mana? Kok gak diajak,? Apa masih disingapura?"

"tidak, kami sedang ada masalah, kali ini aku mau curhat sama kamu boleh?" Fatma memandang kearah wajah Rey,

"Boleh, memangnya masalah apa?"

"Dia sibuk main game online dibanding merhatiin aku, dia juga anak mama. Jadi aku marahan sama dia"

"itu saja?"

"Iya, menurut kamu aku harus bagaimana?"

"ya itu terserah kamu sih harus bagaimana, toh semua pilihan kan ada ditanganmu dan kamu pun tau konsekuensinya bagaimana"

"Kok gitu jawaban kamu? Aku butuh jawaban pasti"

"ya itu kembali lagi ke kamunya dan konsekuensinya"

Siang itu semakin terik, hembusan angin laut semakin kencang, menyapu segala sisi. Menjadi penyela diantara obrolan mereka berdua. Memang sebenarnya Rey masih menaruh hati pada Fatma, terlihat dari bagaimanakah ia memandangnya, tatapannya terlihat sangat berbeda dari tatapan biasa.

Waktu itu semakin berjalan menuju sore, tak terasa Fatma meneteskan air mata setelah bercerita tentang kekasihnya dan juga tentang kenapa Rey berubah. Ia juga menceritakan bagaimana keadaan dia saat dirinya menunggu kabar dari Rey hingga tengah malam, yang Rey tak sadari dan baru tau saar dirinya menceritakan itu semua.

Dan pada akhirnya Rey pun meminta maaf, karena mungkin ia yang salah menilai Fatma dan bersikap masa bodoh dengan semua yang dilakukannya.

Hari semakin sore, tak terasa, senja menjadi penanda sebuah perpisahan mereka berdua sekaligus menjadi penanda bahwa semua sikap tanpa penjelasan adalah menimbulkan kesalah pahaman dan semua keputusan adalah mengandung konsekuensi. Dan itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Fatma di tahun 2018, sedang setelahnya semua mulai disibukkan dengan kesibukannya masing-masing Rey mengerjakan skripsi sedangkan Fatma disibukkan dengan pekerjaannya.

Rey, kembali sibuk melukis huruf demi huruf diatas kertas putih sembari menyeruput kopi di depannya. Matanya terus berkaca memandang sang langit yang bertahta bintang, di lantai dua rumahnya yang berada di kota Batu malang. Angin dingin tak membuatnya kalah ataupun mengalah, ia menikmati kesendirian malam ini, menikmati kenangan untuk ia goreskan diatas kertas putih.

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Rey masih menikmati malam ini, menikmatinya dengan menyairkan puisi meskipun bukan dengan kata untuk menutup malam ini.

Malang,.....

Malam memekik, mencekik leher.....

Menelusur dan mencari dalam hamparan waktu yang terlampau jauh....

Sedang kita adalah dua insan yang terpisah.....

 

Dua insan yang terpisah.....

Yang setidaknya pernah menikmati hidup bersama.....

Menikmati indahnya persahabatan......

Dan kekosongan perpisahan.......

 

 

 

Dhamar Bayu, 11-07-2018

Kota Kendal Permata Pantura

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun