Mohon tunggu...
R Adin Fadzkurrahman S.IP
R Adin Fadzkurrahman S.IP Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kendal, Jawa Tengah

Seyogyanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rey, Malam Itu

11 Juli 2018   19:25 Diperbarui: 11 Juli 2018   19:32 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"ya itu terserah kamu sih harus bagaimana, toh semua pilihan kan ada ditanganmu dan kamu pun tau konsekuensinya bagaimana"

"Kok gitu jawaban kamu? Aku butuh jawaban pasti"

"ya itu kembali lagi ke kamunya dan konsekuensinya"

Siang itu semakin terik, hembusan angin laut semakin kencang, menyapu segala sisi. Menjadi penyela diantara obrolan mereka berdua. Memang sebenarnya Rey masih menaruh hati pada Fatma, terlihat dari bagaimanakah ia memandangnya, tatapannya terlihat sangat berbeda dari tatapan biasa.

Waktu itu semakin berjalan menuju sore, tak terasa Fatma meneteskan air mata setelah bercerita tentang kekasihnya dan juga tentang kenapa Rey berubah. Ia juga menceritakan bagaimana keadaan dia saat dirinya menunggu kabar dari Rey hingga tengah malam, yang Rey tak sadari dan baru tau saar dirinya menceritakan itu semua.

Dan pada akhirnya Rey pun meminta maaf, karena mungkin ia yang salah menilai Fatma dan bersikap masa bodoh dengan semua yang dilakukannya.

Hari semakin sore, tak terasa, senja menjadi penanda sebuah perpisahan mereka berdua sekaligus menjadi penanda bahwa semua sikap tanpa penjelasan adalah menimbulkan kesalah pahaman dan semua keputusan adalah mengandung konsekuensi. Dan itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Fatma di tahun 2018, sedang setelahnya semua mulai disibukkan dengan kesibukannya masing-masing Rey mengerjakan skripsi sedangkan Fatma disibukkan dengan pekerjaannya.

Rey, kembali sibuk melukis huruf demi huruf diatas kertas putih sembari menyeruput kopi di depannya. Matanya terus berkaca memandang sang langit yang bertahta bintang, di lantai dua rumahnya yang berada di kota Batu malang. Angin dingin tak membuatnya kalah ataupun mengalah, ia menikmati kesendirian malam ini, menikmati kenangan untuk ia goreskan diatas kertas putih.

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Rey masih menikmati malam ini, menikmatinya dengan menyairkan puisi meskipun bukan dengan kata untuk menutup malam ini.

Malang,.....

Malam memekik, mencekik leher.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun