Hanya menjadi hujan saat musim penghujan...
Hanya menjadi angin saat kemarau datang...
harumnya sari dari bunga kalah dengan harumnya air yang menetes bumi...
Manisnya bak madu seakan-akan kalah dengan manisnya ucapan...
Selayaknya musim kemarau, banyak angin yang bertiup mengisi seluruh dunia...
Dengan suara amat ramai, seperti menjanjikan suatu ketenteraman jiwa...
Menebar bunga tanpa manisnya madu...
Menyebabkan cahaya terang di mata, kemudian menebar abu...
Gelap...
Sangat gelap...
Tiada terlihat oeh mata...
Tetapi menimbulkan sakit...
Itulah bahaya kabar angin...
Menjanjikan berganti pakaian tapi mendapatkan bau pesing...
Bak membukakan gerbang besar yang nyata...
Yang nyatanya hanyalah angan belaka...
Mungkin lebih baik...
Mempersiapkan diri...
Berganti pakaian...
Untuk menghadap Sang Maha Abadi...
Berjalan menerima semua dengan mengingat dan waspada...
Tengah malam senantiasa mengingat Tuhan...
Walaupun mudah maka terlampau mudah, walaupun susah ya memang susah...
Tapi jika sudah saatnya, siapa yang bisa menyangka turunnya rahmat dan anugerah dari sang Pencipta...
Walaupun lambat dan senantiasa tercukupi...
Tidak lebih juga tidak kekurangan...
Yang penting dapat melanjutkan luasnya hidup (Nguyahi samudera)...
Karena yang dicari orang hidup adalah ketenteraman dalam hidup...
Dhamar Bayu, 1591'H
Translate Kabar Angin (Javanese from Indonesian)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI