Tanah subur nan ,mardika..
Batang kayu menjadi tanaman..
Samudera membentang luas..
Air dan susu cukuplah untuk menghidupi..
Sebenarnya itu adalah milik rakyat..
Adalah milik semesta, yang siapa saja boleh memakannya, mengambilnya..
Orang hina pun boleh mengambilnya..
Tapi kami punya kepercayaan pada orang yang belum kami jua kenal..
Ada pepatah anak singa tak akan memakan ibunya, lalu begitulah sebaliknya..
Tak juga begitu..
Hukum istilah para pepatah telah sirna..
Ternyata anak singa pun doyan memakan induknya..
Tak ada saudara membunuh saudaranya..
Tak juga begitu..
Karena memang mungkin kata itu hanya ada di jaman rasul..
Jaman sebelum perang Bharata bahkan..
Tanah kering kerontang..
Bencana melanda dimana-mana..
Aib bah merajalela..
Menghempas mimpi indah sang penyerah..
Sedang, pengemban mandat duduk layaknya manusia tuli,buta dan bisu..
Kepercayaan dari induk berbalik memakan induk..
Anak memakan induk..
Induk dimakan anak..
Bagai sebuah penjara yang hilang kesejatian..
Bagai aturan hilang keteruntukkan..
Pemilik diarahkan untuk dipenjarakan..
Sedang pengemban mandat duduk dengan beratus juta tali jerat..
Ini bukan kataku...
Atau kata tetangga...
Aku dengar semesta menangis...
Ingin aku menyampaikannya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H