Mohon tunggu...
ADI MUKTI
ADI MUKTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Banyak menulis berarti banyak membaca. Support aku di https://sociabuzz.com/justukiyoo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Suhu Punya Pengaruh Signifikan terhadap Perkembangan Otak, Studi: Iklim Ekstrem Memperburuk Pertumbuhan

17 Juli 2024   22:00 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi otak manusia(sumber:unsplash.com/budhi-kumar-shrestha)

Walaupun ukurannya hanya 2% dari berat tubuh kita, ternyata otak mengonsumsi  20% dari energi tubuh.

Untuk mengembangkan otak kita agar berfungsi secara maksimal, perlu lingkungan yang mendukung.

Lingkungan tersebut bisa termasuk kondisi sosial seperti keluarga dan pertemanan. Selain itu, kondisi iklim juga berpengaruh terhadap perkembangan otak.

suhu dan iklim ekstrem di sejumlah wilayah tertentu dapat mengganggu perkembangan otak terutama pada anak-anak.

Di asia, peningkatan cuaca ekstrem selama dua dekade terakhir hampir menyentuh angka 50% serta rata-rata dihuni oleh negara perkembang.

Sebagai contoh benua Afrika mengalami peningkatan suhu 1,5 kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

kondisi iklim yang buruk mengakibatkan kesehatan anak menjadi menurun sehingga berpengaruh juga ke perkembangan otak anak.

Menurut Lancet, terdapat 250 juta anak di negara menengah dan rendah berpotensi gagal berkembang akibat kemiskinan dan kekurangan gizi.

Melansir psypost.org, selain itu, baru-baru ini penelitian mengenai adanya hubungan antara suhu dan kondisi perkembangan otak anak menjadi bahan diskusi.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change melaporkan anak-anak yang terpapar suhu tinggi atau rendah pada wilayah miskin menunjukkan perubahan signifikan pada  struktur mikro materi putih pada otak mereka.

Penelitian tersebut merekrut 9.896 wanita hamil pada rentang waktu April 2002 hingga Januari 2006 yang dipantau hingga anak mereka lahir.

Selain itu, terdapat 2.861 anak yang observasi mulai dari umur 9 sampai dengan 12 tahun. Mereka menjalani sesi pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mengevaluasi mikrostruktur materi putih mereka.

Penelitian ini merupakan proyek jangka panjang yang berada dalam kerangka Generation R Study yang berlokasi di Rotterdam, Belanda.

Mereka menghitung suhu rata-rata selama periode empat minggu sejak pembuahan hingga penilaian MRI anak-anak. Suhu rata-rata empat minggu selama periode penelitian adalah 12,0 derajat Celsius (53,6 derajat Fahrenheit).

Studi tersebut menemukan paparan dingin dan panas selama masa awal kehidupan punya pengaruh signifikan pada struktur mikro materi putih otak mereka.

materi putih merupakan bagian dari sumsum tulang belakang. Mengutip Siloam Hospital, materi putih punya peran penting.

Materi putih atau disebut juga substansia alba bertanggung jawab dalam memastikan komunikasi antara bagian-bagian otak dengan materi abu yang mengirimkan rangsangan tubuh berjalan dengan baik.

Studi ini memperkuat alasan bahwa iklim punya peran penting dalam perkembangan anak terkhusus pada kondisi pertumbuhan otak mereka.

Ilustrasi otak manusia(sumber:unsplash.com/budhi-kumar-shrestha)
Ilustrasi otak manusia(sumber:unsplash.com/budhi-kumar-shrestha)

penulis studi Laura Grans, seorang dokter medis dan peneliti predoktoral di Bellvitge Biomedical Research Institute (IDIBELL) dan di Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) juga ikut berkomentar.

"Dampak suhu pada kesehatan manusia menjadi perhatian bagi komunitas ilmiah dan masyarakat, mengingat keadaan darurat perubahan iklim yang sedang berlangsung," ucapnya.

Lebih lanjut, penelitian tersebut menemukan kalau anak-anak yang tumbuh pada ekonomi rendah lebih rentan terkena suhu ekstrem dibandingkan dengan anak pada ekonomi tinggi.

"Menarik untuk melihat bahwa ada beberapa perbedaan dalam dampaknya ketika kami membandingkan anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan status sosial ekonomi rendah dengan mereka yang tinggal di lingkungan dengan status sosial ekonomi tinggi, karena kami dapat melihat lebih banyak dampak pada kelompok pertama," kata Grans.

Walaupun begitu, penelitian ini masih perlu pengkajian lebih dalam dikarenakan keterbatasan di dalamnya.

perlu dorongan yang lebih spesifik oleh para peneliti terhadap dampak terhadap suhu pada perkembangan otak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun