Tidak jarang penyakit atau kecelakaan yang dapat merusak fungsi organ tubuh, mungkin juga dapat membawa pada kematian. Solusi medis kadang tidak memberikan banyak tawaran, atau salah satu solusi dari masalah organ ialah transplantasi, tetapi cara tersebut tidak semudah yang dibayangkan.
Pada zaman dulu orang-orang berpikir bagaimana mencetak tubuh atau organ manusia seperti percetakan biasa yang sering kita gunakan untuk mencetak dokumen. Berkat perkembangan teknologi dan inovasi yang senantiasa berkembang, hal itu nampaknya bisa terwujud saat ini.
melansir freethink, 3D bioprinting ini menggunakan mesin file komputer untuk menciptakan objek 3D yang sedikit rumit dengan pengerjaan struktur. Namun, ada yang unik, 3D printing ini alih-alih menggunakan plastik atau logam sebagai bahan utama, mesin tersebut bekerja dengan bioink yang mengandung sel hidup.
Melansir Cellink.com, Bioink merupakan polimer alami atau sintetik yang digunakan karena komponen biokompatibelnya dan sifat reologinya yang sangat dibutuhkan.
gebrakan baru di dunia medis, kini kita dapat melihat bioprinter 3D yang mencetak organ, jaringan, dan tulang pengganti personal sesuai kebutuhan pasien. Mengubah desain atau prototipe cukup mudah, semudah merubah sebuah file.
Mengambil contoh kerusakan otak akibat cedera. banyak hal yang dapat merusak fungsi otak seperti stroke, kecelakaan, atau penyakit lainnya yang dapat mengancam nyawa.
Walaupun seseorang selamat dari penyakit atau kecelakaan fatal tersebut, kemungkinan besa ia tidak akan berpikir dan bergerak seperti biasa.
untuk mengantisipasi hal itu, para ilmuwan telah melakukan eksperimen bahwa penanaman sel induk pada area yang mengalami kerusakan otak dapat memperbaiki fungsi motorik seseorang, tetapi untuk menciptakan sel induk tersebut nampaknya mustahil.
kini peneliti Universitas Oxford menepis kemustahilan tersebut dengan proyek 3D printing mereka. Mereka berhasil menciptakan sel induk melalui bioprint 3D yang diintegrasikan ke dalam jaringan tikus, mereka mendapatkan hasil positif baik secara struktural maupun fungsional.
Para peneliti sampai saat ini belum dapat menstimulus sel induk supaya berkembang menjadi prekursor (senyawa yang menjadi pembentuk senyawa lain) dari keenam jenis neuron berbeda di korteks serebral manusia.
Proyek ini merupakan inovasi yang sangat penting di bidang medis, bio printing akan senantiasa dikembangkan agar dapat digunakan secara maksimal. Proyek lain saat ini sedang dilakukan penelitian seperti bio printing untuk tulang dan pembuluh darah. Selain itu juga peneliti berusaha menciptakan bioprinter 3D yang dapat mencetak langsung pada tubuh manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H