Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sangat digemari oleh sebagian besar orang Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Berbagai macam olahan lele tersedia di warung hingga pedagang kaki lima. Bukan tanpa alasan lele menjadi santapan kegemaran orang Indonesia, melainkan karena lele memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan tersebut antara lain protein tinggi (15,6 gram per 1 ekor), vitamin B-12, asam lemak sehat, dan vitamin D.
Tingginya minat masyarakat terhadap makanan olahan lele membuat bisnis budidaya lele menjadi sangat menjanjikan. Selain itu, mudahnya ikan lele beradaptasi dengan lingkungan serta daya tahan tubuh yang kuat juga menjadi pendukung menjanjikannya bisnis ini. Hal utama yang harus dipersiapkan dalam memulai usaha ini adalah tentu kolam lele. Kolam lele yang luas dan terbuat dari tanah akan mendukung sirkulasi udara dan kualitas air yang baik karena air tidak cepat keruh akibat bakteri kotoran lele. Namun, tidak semua pelaku bisnis ini memiliki lahan yang luas dengan sumber daya air yang memadai.
Dr. Sunaryono, M.Si selaku dosen Fisika Universitas Negeri Malang jurusan Fisika menggagas penerapan kolam lele dengan teknologi Biofloc menggunakan terpal. Tujuannya untuk menekan modal yang dibutuhkan. Beliau merealisasikan gagasan tersebut dalam program pengabdian masyarakat yang didanai oleh PNBP UM 2020. Dalam melaksanakan pengabdian, Dr. Sunaryono, M.Si (kiri) didampingi oleh timnya yaitu Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si (Dosen Fisika Universitas Negeri Malang), Dr. Ahmad Taufiq, M.Si (Dosen Fisika Universitas Negeri Malang) dan Nandang Mufti, M.T., Ph.D (Dosen Fisika Universitas Negeri Malang). Tim tersebut dibantu oleh beberapa mahasiswa Fisika antara lain Yunan Amza, Kormil Saputra, dan Leny Rahmawati.
Kegiatan pengabdian dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah Tahfizul Qur'an Al-Furqon, Dau, Malang yang sedang mengembangkan usaha budidaya lele. Teknologi Biofloc mengurai limbah dalam air kolam untuk menjaga kualitas air sekaligus memanfaatkan bakteri (membentuk floc) yang tidak berguna dalam air menjadi makanan untuk lele. Teknologi ini membutuhkan pompa pengisian air dan pompa udara (aerator) untuk menjaga kualitas air. Tentu saja akan memberatkan tagihan listrik pengusaha lele. Namun, ketua tim menekan biaya listrik melalui penerapan teknologi panel surya sebagai pembangkit listrik dalam sistem Biofloc. Instalasi panel surya dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat pada tanggal 27 September 2020 dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Kegiatan pemasangan panel surya dilakukan dari pukul 10.00 - 12.00 WIB. Instalasi panel surya yang dilakukan oleh tim pengabdian juga dibantu oleh santri pondok pesantren.
biofloc dengan baik. Penyampaian materi dilakukan oleh Dr. Sunaryono M.Si, di lokasi pengabdian. Tak hanya menjelaskan materi, Dr. Sunaryono juga mempraktikkan cara perawatan sistem biofloc. Pada akhir kegiatan pengabdian dilakukan serah terima secara simbolis perangkat panel surya kepada pengelola pondok pesantren.
Tim pengabdian juga mengadakan pelatihan kepada pengelola pondok pesantren agar dapat merawat sistemBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H