Mohon tunggu...
Thorik Mubarok
Thorik Mubarok Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang mengaji dan berdai'

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aksi Demo yang Dilakukan Ribuan Santri terhadap Kasus Penganiayaan dan Penusukan Santri Krapyak di Yogyakarta

3 November 2024   08:00 Diperbarui: 3 November 2024   08:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Demonstrasi yang dilakukan ribuan santri di Yogyakarta, bertajuk "Santri Menggugat," menjadi sorotan utama dalam menanggapi kasus penusukan santri di Krapyak. Demo ini merupakan manifestasi dari respons kolektif terhadap ketidakadilan yang dialami oleh korban dan menunjukkan solidaritas antar komunitas pesantren. Para santri menyuarakan tuntutan agar pihak berwenang mengambil tindakan tegas dan cepat dalam menangani kasus ini, serta mendorong perlunya perhatian terhadap isu keamanan dan toleransi di masyarakat. Para santri menuntut pihak kepolisian atas terjadinya insiden penganiayaan dan penusukan terhadap dua santri Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak di Prawirotaman.

Situasi bermula dari segerombolan remaja yang meminum-minuman keras di sebuah cafe di daerah Brontukusuman. mereka perkiraan berjumlah 25 orang, dan di antaranya ada yang menghampiri tempat jualan sate. Korban berjumlah dua orang, salah satu korban menyampaikan bahwa korban datang dalam keadaan mabuk, penganiayaan dan penusukan terjadi ketika korban sedang bersantai setelah makan sate di Prawirotaman.

Tersangka dengan jumlah lebih dari lima orang langsung menyerang korban, berawal dari lempar-lempar botol di jalan yang menyebabkan kedua santri kaget, dan para tersangka menuduh kedua santri dengan tuduhan ''ini pelakunya'' dalam keadaan yang tidak siap kedua santri hanya berdiam diri, kemudian mereka mendapakan bebargai serangan baik itu balok, kursi sampai senjata tajam.Salah satu korban terkena tusukan di bagian badan sebelah kiri, lalu di bawa kerumah sakit untuk menjalani operasi hingga mendapatkan sepuluh jahitan.

Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) selaku ketua umum PKB meminta kepada kaporli untuk mempercepat tindakan dalam kasus penganiayaan dan penusukan ini. Menurutnya, berbagai penganiayaan apapun tidak bisa dibenarkan.

Adapun dari pihak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla atau bisa di sebut dengan sebutan Gus Ulil selaku Ketua PBNU, mendukung langkah yang dilakukan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengusut tuntas penganiyaan dan penusukan terhadap dua santri Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak.

Gus Ulil menyampaikan bahwa PBNU berharap pihak pemerintahan dan aparat hukum dapat mengambil langkah dengan bijak dan adil dari gugatan para santri yang menggelar aksi '' Santri Menggugat'' di lapangan Mapolda DIY.

Pada tanggal 29 Oktober 2024 Polresta Yogyakarta telah berhasil menangkap tujuh pelaku penganiayaan dan penusukan terhadap dua orang santri Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak di Prawirotaman. Kombes Pol Aditya Surya Darma menjelaskan bahwa tujuh pelaku diringkus di beberapa lokasi yang berbeda.

"Berdasarkan keterangan saksi dan penyelidikan di lapangan, kami bisa mendapatkan nama-nama pelaku penganiayaan dan penusukan, kemudian kami bisa mengamankan tujuh orang pelaku. Tentunya meraka sempat bersembunyi," ujar Aditya dalam konfrensi pers ungkap kasus di Mapolresta Yogyakarta pada selasa (29/10/2024).

Kejadian ini tidak hanya menimbulkan dampak emosional bagi korban dan keluarga, tetapi juga mengangkat isu kritis mengenai keamanan dan toleransi dalam masyarakat multikultural Indonesia. Aksi demo yang dilakukan ribuan santri, bertajuk "Santri Menggugat," mencerminkan respons kolektif terhadap ketidakadilan dan tuntutan akan penegakan hukum. Dukungan dari tokoh-tokoh seperti Abdul Muhaimin Iskandar dan KH Ulil Abshar Abdalla menunjukkan bahwa pengawasan dan tindakan tegas dari pihak berwenang sangat diperlukan untuk mencegah kekerasan serupa di masa depan. Insiden ini menggugah kesadaran akan pentingnya kerukunan antar umat beragama dan perlunya langkah-langkah preventif untuk menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi semua.

artikel ini dapat dihubungkan dengan teori populisme. Beberapa elemen yang mendukung analisis ini meliputi:

Mobilisasi Massa: Aksi demo "Santri Menggugat" menggambarkan mobilisasi kolektif dari santri yang merasa terpinggirkan dan tidak dihiraukan. Ini sejalan dengan karakteristik populisme yang melibatkan penyatuan suara rakyat untuk menuntut keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun