Mohon tunggu...
Adimas Agung Mulyana
Adimas Agung Mulyana Mohon Tunggu... Penulis - Content writing

Hi, I am a content writer and digital marketer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hegemonic Masculinity: Konstruksi Masyarakat Terhadap Bentuk Ideal Laki-Laki

25 Desember 2024   17:38 Diperbarui: 25 Desember 2024   17:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/jakarta.keras

Ketidakmampuan ini memiliki dampak signifikan, baik pada individu maupun masyarakat. Pada tingkat individu, laki-laki sering kali merasa kesepian, terisolasi, dan mengalami tekanan mental yang tidak terungkap. Pada tingkat masyarakat, hal ini memperkuat siklus toksisitas dalam hubungan interpersonal dan memperburuk stigma seputar kesehatan mental laki-laki.

Analisis Fenomena Kontemporer

  1. Media Sosial sebagai Reproduksi Nilai Hegemonik Tren "laki-laki tidak bercerita, tapi..." menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi alat reproduksi nilai-nilai hegemonik. Narasi ini, meskipun terlihat sederhana, tapi cukup untuk memperkuat stereotip maskulinitas sebagai sesuatu yang pendiam, tangguh, dan tidak emosional.

  2. Kritik terhadap Tren Meskipun tren ini tampaknya hanya sebuat thens hiburan, ia juga dapat memperkuat ekspektasi yang tidak sehat. Laki-laki yang tidak memenuhi standar ini mungkin merasa tidak cukup "pria sejati," yang berujung pada krisis identitas.

  3. Upaya Dekonstruksi Maskulinitas Hegemonik Untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan sehat, perlu ada upaya untuk mendekonstruksi norma maskulinitas hegemonik. Ini termasuk memberikan ruang bagi laki-laki untuk mengekspresikan emosi mereka secara bebas tanpa takut dihakimi.

Tren "laki-laki tidak bercerita, tapi..." mencerminkan bagaimana konstruksi sosial terus membentuk cara laki-laki dipersepsikan dan diharapkan bertindak. Konsep hegemonic masculinity dan dampaknya, seperti Normative Male Alexithymia, menyoroti pentingnya mendobrak ekspektasi gender tradisional yang membatasi ekspresi emosional laki-laki.

Untuk menciptakan perubahan, masyarakat perlu merangkul narasi yang lebih inklusif dan mendukung komunikasi emosional sebagai bagian dari maskulinitas yang sehat. Dengan begitu, laki-laki tidak hanya akan dihargai karena tindakan mereka, tetapi juga keberanian mereka untuk bercerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun