Mohon tunggu...
Adimas Agung Mulyana
Adimas Agung Mulyana Mohon Tunggu... Penulis - Content writing

Hi, I am a content writer and digital marketer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Kandang Babi

17 Desember 2024   09:15 Diperbarui: 17 Desember 2024   15:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika idealisme komunisme dirusak oleh rezim Stalin pada era Revolusi Rusia, buku Animal Farm karya George Orwell hadir dalam bentuk alegori, menjadi kritik tajam atas situasi yang terjadi. Namun, pesan buku ini melampaui konteks sejarah tersebut. Ia relevan dalam berbagai sistem politik di mana kekuasaan digunakan untuk kepentingan segelintir orang dengan mengorbankan rakyat banyak. Di era modern, buku ini bisa menjadi cermin untuk memahami bahaya manipulasi politik, penyalahgunaan kekuasaan, dan pentingnya menjaga transparansi.

Buku Animal Farm karya George Orwell adalah salah satu novel satir paling terkenal yang mengupas tentang kekuasaan, korupsi, dan pengkhianatan terhadap idealisme. Meskipun disajikan sebagai kisah alegoris tentang binatang yang mengambil alih sebuah peternakan, Orwell dengan cerdas menggambarkan realitas politik yang relevan di berbagai era.

Cerita dimulai di Manor Farm, tempat para binatang yang dipimpin oleh babi-babi revolusioner bernama Napoleon dan Snowball memberontak melawan majikan manusia bernama Tuan Jones, karena perlakuan buruknya. Dengan slogan utama "All animals are equal" (Semua binatang setara), mereka bermimpi menciptakan sebuah komunitas utopis di mana semua binatang hidup setara dan bebas dari eksploitasi manusia.

Namun, seiring waktu, kepemimpinan babi berubah menjadi tirani baru. Napoleon, yang ambisius dan licik, memanipulasi binatang lainnya menggunakan propaganda dan ketakutan. Snowball, yang awalnya sebagai rekan, kini diusir sebagai musuh, dan prinsip-prinsip revolusi perlahan dilanggar. Akhirnya, mantra awal mereka berubah menjadi "All animals are equal, but some animals are more equal than others" (Semua binatang setara, tetapi beberapa binatang lebih setara daripada yang lain). Para babi menjadi lebih menyerupai manusia yang dulu mereka lawan, bahkan hidup nyaman sambil menindas binatang lainnya.

Adapun beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari buku tersebut di antaranya:

Kekuasaan Cenderung Korup

"Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely" (Kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut benar-benar korup) --- adagium terkenal dari Lord Acton, seorang guru besar sejarah modern di Universitas Cambridge, Inggris, pada abad ke-19.

Tulisan Orwell memvalidasi bagaimana kekuasaan absolut cenderung menghasilkan penyalahgunaan. Dalam cerita, seekor babi bernama Napoleon, yang awalnya tampil sebagai pemimpin pembebas, justru menjadi penguasa tiran yang bahkan lebih kejam daripada Tuan Jones yang dulu dia kutuk.

Manipulasi Ideologi

Slogan-slogan revolusioner seperti "All animals are equal" (Semua binatang setara) digunakan untuk membangkitkan semangat. Namun, setelah kekuasaan diraih, ideologi ini dimanipulasi untuk melayani kepentingan elite tertentu (dalam cerita ini adalah para babi). Ini menggambarkan bagaimana penguasa sering memutarbalikkan prinsip-prinsip demi mempertahankan kekuasaan dan kepentingan diri sendiri.

Propaganda Sebagai Alat Kendali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun