Mohon tunggu...
Adimas Agung Mulyana
Adimas Agung Mulyana Mohon Tunggu... Penulis - Content writing

Hi, I am a content writer and digital marketer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Kesadaran ke Komoditi: Menelisik Tren Kesehatan Mental di Era Digital

31 Agustus 2024   22:34 Diperbarui: 31 Agustus 2024   22:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intro

Dalam beberapa tahun terakhir, topik kesehatan mental telah menjadi pusat perhatian di seluruh dunia. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, industri yang terkait dengan kesehatan mental pun berkembang pesat. Menurut laporan dari Grand View Research, pasar global untuk layanan kesehatan mental diperkirakan mencapai USD 383,31 miliar pada tahun 2021 dan diproyeksikan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 3,7% hingga 2030. Di tengah pertumbuhan ini, ada kekhawatiran bahwa isu kesehatan mental sedang dikomodifikasi atau dieksploitasi oleh berbagai pihak, mulai dari influencer di media sosial hingga perusahaan besar yang menggunakan isu ini sebagai strategi pemasaran.

Fenomena ini terlihat jelas di berbagai platform media sosial di mana para influencer sering berbagi konten tentang kesehatan mental, memberikan tips untuk self-care, dan bahkan menjual produk terkait seperti jurnal, aplikasi meditasi, atau kursus online. Sebuah survei yang dilakukan oleh American Psychological Association pada tahun 2023 menemukan bahwa 74% generasi Z merasa bahwa kesehatan mental adalah isu penting yang perlu dibahas, tetapi 53% dari mereka juga merasa bahwa topik ini sering dieksploitasi untuk keuntungan komersial.

Selain itu, industri musik dan hiburan juga telah memanfaatkan isu kesehatan mental. Lagu-lagu populer seperti yang dibawakan oleh Hindia dan penyanyi-penyanyi lain sering kali mengangkat tema kesehatan mental, menarik perhatian pendengar muda yang merasa terhubung dengan lirik yang jujur dan emosional. Namun, pertanyaannya tetap: apakah ini membantu meningkatkan kesadaran dan empati, ataukah ini hanyalah alat untuk mendapatkan lebih banyak pendengar dan penjualan?

Mengkomoditi Platform Digital

Seiring berkembangnya media sosial dan platform digital, kesehatan mental telah menjadi topik yang banyak dibicarakan oleh banyak orang terutama influencer, selebritas, dan bahkan merek. Di satu sisi, ini memberikan manfaat yang signifikan dengan membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma yang terkait. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa banyak dari konten ini lebih berfokus pada eksploitasi demi popularitas dan keuntungan finansial.

Misalnya, banyak influencer yang berbagi pengalaman pribadi mereka tentang kecemasan, depresi, atau burnout. Meskipun beberapa cerita ini tulus dan memberikan wawasan yang berharga, ada juga yang diduga mengangkat isu ini hanya untuk meningkatkan jumlah pengikut atau untuk menjual produk-produk tertentu. Sebuah studi oleh McLean Hospital pada tahun 2022 menemukan bahwa 40% konten yang terkait dengan kesehatan mental di media sosial dianggap sebagai "clickbait" atau konten yang sengaja dibuat untuk menarik perhatian tanpa memberikan informasi yang bermanfaat.

Industri dan Monetisasi

Selain itu, industri self-help juga tidak ketinggalan dalam mengkomoditi kesehatan mental. Buku-buku self-help, kursus online, dan webinar sering kali dipromosikan dengan janji-janji besar untuk memperbaiki kesehatan mental dan kehidupan secara keseluruhan. Namun, banyak dari produk ini tidak didasarkan pada penelitian ilmiah yang valid, dan efektivitasnya sering kali dipertanyakan. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Psychological Science pada tahun 2023, hanya sekitar 25% dari buku self-help yang didasarkan pada penelitian empiris yang kuat.

Kondisi ini diperburuk dengan adanya aplikasi kesehatan mental yang menjamur, seperti aplikasi meditasi dan pelacakan suasana hati. Meskipun beberapa di antaranya memberikan manfaat nyata, sebagian besar aplikasi ini memonetisasi kondisi kesehatan mental penggunanya melalui model bisnis berbasis langganan. Data dari Sensor Tower menunjukkan bahwa aplikasi meditasi terkemuka seperti Calm dan Headspace menghasilkan pendapatan gabungan lebih dari USD 200 juta pada tahun 2023. Ini menunjukkan betapa menguntungkannya pasar kesehatan mental digital, tetapi juga menimbulkan pertanyaan apakah semua aplikasi tersebut benar-benar membantu pengguna atau lebih fokus pada keuntungan finansial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun