Mohon tunggu...
Adi marianto
Adi marianto Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Musik 2016 (sendratasik), FBS, UNP

Selanjutnya

Tutup

Music

White Shoes and The Couples Company - Kisah dari Selatan Jakarta

27 April 2019   21:35 Diperbarui: 28 April 2019   01:23 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deskripsi
Grup musik yang berasal dari Indonesia ini. Musiknya banyak dipengaruhi lagu-lagu dalam sountrack film classic, jazz classic, yang digabungkan dengan irama retro disco. White Shoes & The Couples Company terbentuk pada tahun 2002 disebuah kampus kesenian Jakarta pusat. 

Dua mahasiswa Seni Rupa, Aprilia Apsari (Sari) dan Yusmario Fabari (Rio), yang sedang menjalin hubungan asmara, mereka memutuskan untuk membuat sebuah grup musik, dengan mengajak teman satu fakultas mereka yang bernama saleh. Terbentuklah formasi pertama grup musik White Shoes & The Couples Company. 

Sari pada posisi vocal, Rio pada posisi gitar rhythm serta saleh pada posisi gitar melodi. Atas dasar kebutuhan, kemudian Sari dan Rio mengajak temannya dari fkultas musik, Ricky pada posisi Bass dan Mela pada posisi Keyboard,. Terakhir Ricky mengusulkan untuk merekrut kenalannya, John Navid yang juga dari fakultas musik sebagai pemain drum.

Pada tahun 2005 White Shooes And The Couple Company merilis album pertama lewat label Aksara Records dan didistribusikan oleh Universal Musik Indonesia. Selain itu grup band ini juga mengisi album sountrack film "Janji Joni" dan "Berbagi Suami" produksi Kalyana Shira Film.
Setelah sukses dengan album pertamanya, White Shoes And The Couples Company memproduksi mini album yang berjudul "Skenario Masa Muda" yang dirilis oleh Aksara Records pada bulan September 2007. Mini album ini berkesinambungan dengan tujuan melestarikan film Indonesia masa lalu  dan bekerja sama dengan Kineforum (Komite Film Dewan Kesenian Jakarta) dan Pusat Arsip Film Sinematek Indonesia.

Analisis formal

Analisis lagu White Shoes and the Couples Company pada album ke 3 yang berjudul "Kisan Dari Selatan Jakarta", Birama dari lagu ini 2/4.  Tempo yang digunakan adalah largo, lagu ini tergolong ke dalam lagu 2 bagian, artinya di dalam satu lagu termuat 2 kalimat / periode yang berkontras yang satu dengan yang lain, oleh karena itu diperlukan variasi di antara kalimat-kalimat. Kontrasnya dapat dilihat dalam irama, dalam arah melodi, dalam jenis tangga nada,dalam modulasi ke dominan / minor.

AA BB' : Lagu kalimat A diulang tanpa / menggunakan variasi, kalimat B di ulang dengan variasi lagu dan kata.

Irama
1.
 

not balok
not balok
Inilah sebabnya dalam kebanyakan lagu yang berbentuk dua bagian ternyata kalimat pertama (A) diulang kembali tanpa variasi sesudah kalimat kedua (B).
AA B: Lagu kalimat A d ulang dengan persis sama ( biasanya dengan kata syair lain, lalu baru masuk kalimat B.

1.

not balok
not balok
 2.

not balok
not balok
 Analisis Teks jinkan hamba menutur sebuah cerita yang terpenggal di selatan Jakarta 

Izinkan hamba menutur sebuah cerita

Yang terpenggal di selatan Jakarta

Bukan gegap gempita, serta baik buruk sarana

Tiada angan hampa penuh peluh ataupun nestapa

Ini kisah yang tak akan mungkin terlupa
Tanpa nuansa asmara dan cinta
Tak perlu ada rahasia, dusta bahkan tipu daya
Semua terasa hambar rasanya
(jika gunda yang tuan rasa)

Jika gundah tuan rasa
Gulana harap sebuah makna
Ancam hambakan disiksa, tak mengapa
(pun hamba tak kuasa menuttur paksa makna cerita hamba tak ingin ada kecewa)

Hapus air mata, titisan duka lara
Jua hamba tak memelas dipuja

Derita dan buruk sangka,suka cita penuh tawa
Entah apapun hendak dikata
(jika gundah yang tuan rasa)
Gulana harap sebuah makna
Ancam hamba'kan disiksa tak mengapa

(jika ada yang bertanya, oh ini kisah tentang apa)
Maafkanlah hamba oh sungguh pun hamba tak kuasa
(baiknya duduk manis saja, simak hamba bercerita)
Dan tak perlu tuan tanya
Hamba tak akan pernah mampu untuk menjawabnya

Masa remaja tentu penuh dengan kisah-kisah yang kita hubungkan dengan perasaan seperti senang, sedih, marah, dan perasaan lainnya. Dari lagu "Kisah Dari Selatan Jakarta"  disini kita melihat seseorang yang ingin bercerita mengenai kisah yang telah berlalu, tetapi tidak bisa mengungkapkan makna dari ceritanya, sehingga seseorang tersebut  jatuh dalam kepasrahan. Dengan perasaan pasrah yang disampaikan melalui lirik lagu ini, bisa kita kategorikan dalam puisi elegi. Mengapa demikian ?

Puisi ini menyampaikan perasaan kepasrahan berdasarkan perasaan si penutur cerita mengenai ketidak mampuannya untuk mencurahkan inti atau makna ceritanya. Jika kita lihat definisi dari karya "elegi yaitu sajak duka nestapa yang mengungkapkan rasa duka, keluh kesah atas rindu ataupun kehilangan seseorang", karya ini dapat menganut definisi ini. Sebab, disini kita melihat bahwa si penutur cerita ingin mengungkapkan  makna dari ceritanya namun tak mampu karena berbagai perasaan yang berhubungan dengan cerita tersebut membuatnya pasrah.

Ciri-ciri dari puisi elegi adalah puisinya bercerita tentang curahan akan kesedihan yang mendalam juga menunjukan perasaan kehilangan atau sebuah kerinduan. Dengan berbagai contoh , kota bisa berkata dengan bahwa karya ini memenuhi kedua syarat tersebut. Kita lihat saja kesedihan dan kepasrahan yang dikemukakan pada bait terakhir, dengan baris penutup, "Hamba tak akan pernah mampu menjawabnya".

Dengan melihat pola dari lirik lagu ini, pada dua bait pertama terdapat empat baris, pada bait ketiga terdapat lima baris, namun pada bait keempat hanya terdapat dua baris, dan pada dua bait terakhir kembali menjadi lima baris. Ini menunjukkan bahwa struktur lirik lagu tersebut menganut campuran jenis puisi distikon,quatrain, dan quint, namun iya menganut pola rima jenis puisi quint.

Interpretasi
Pembuatan karya ini cenderung menggunakan kata-kata yang rumit. Diksi yang digunakan adalah kata-kata seperti cerita, Jakarta, nestapa, dan berbagai kata yang berakhir dengan a sehingga pola rimanya menjadi a-a-a-a. 

Namun diksi lain yang digunakan seperti gundah, gulana, gegap, yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan kesan bahwa karya ini serasa nostalgia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun