Terlepas dari tema International Women's Day banyak pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan-perempuan di luar sana. Let's check this out !
Untuk perempuan, kita itu tangguh. Hal ini sudah dicontohkan pada zaman Nabi, ketika Nabi Ibrahim harus meninggalkan istri dan anaknya yakni Siti Hajar dan Ismail di gurun pasir yang sangat tandus.Â
Tidak lama setelah ditinggal oleh Nabi Ibrahim anaknya yakni Ismail menangis karena kehausan. Siti Hajar sebagai seorang ibu berusaha mencari sumber mata air hingga naik turun bukit agar anaknya bisa minum.Â
Siti Hajar menunjukkan bahwa perempan bukanlah sosok yang lemah, namun sosok yang tangguh yang mau melakukan apapun untuk anaknya sendiri.Â
Sebenarnya kita tangguh karena banyak pengalaman pahit yang harus kita lalui. Seringkali kita dianggap sebagai manusia yang emosional, baperan dan lemah.Â
Kita tentu akan menangis namun dengan tangisan itulah kita menjadi tangguh dan berusaha tidak jatuh ke lubang yang sama, yakni lubang yang membuat kita menangis.Â
Dengan sikap tangguh inilah segala tantangan yang ada bisa dilalui dengan mudah. Segala stereotype tentang perempuan terutama berhubungan dengan hal yang buruk pun bukan menjadi masalah lagi, karena kita tangguh.
"I am grateful to be a woman. I must have done something great in another life"
Maya Angelou
Untuk perempuan, kita itu istimewa. Kita berhak menjadi apa yang kita inginkan. Segala hambatan yang pernah dilalui bukan karena kita seorang perempuan.Â
Apa sih istimewanya menjadi seorang perempuan? Kita istimewa karena kita perempuan. Kitalah manusia ter-istimewa di dunia, karena kita akan menjadi seorang ibu. Itulah titik awal dan cikal bakal dari suatu kehidupan serta perubahan yang ada di dunia.Â
Lahirnya tokoh hebat di dunia tidak lepas dari peran ibu dihidup mereka. Contohnya pengusaha terkenal Bill Gates terdapat sosok ibu di balik kesuksesan Microsoft. Beliau senantiasa membantu anaknya menemukan relasi bisnis hingga membuat Microsoft menjadi perusahan software terbesar di dunia.Â
Selain itu ada juga sosok Chairul Tanjung, dimana sosok ibu beliau walaupun hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP) namun selalu mengusahakan dan mengorbankan apa saja agar anaknya mampu mengenyam pendidikan yang memadai. Hingga saat ini anaknya lah yang memutus rantai kemiskinan dikeluarganya.Â