Tsun Zu Jendral ahli perang terkenal China mengatakan “Untuk selalu menang jangan lagi ulangi cara-cara meraih kemenangan”. Seperti juga dipahami oleh para ahli marketing politik bahwa “Tidak pernah ada satu cara yang sama menuju kemenangan”.
Gandeng tangan tujuh partai. Akankah berkoalisi? Bisakah mengalahkan Ahok?
Ketika revolusi kotak-kotak dan blusukan Jokowi menjungkalkan Foke yang semula dianggap sangat kuat dan akan menang satu putaran. Banyak calon lain terutama dari PDIP meniru cara ini dengan baju kotak-kotak dan blusukan, hasilnya mengecewakan! Karena mereka kehilangan ruhnya dan tidak paham bagaimana sebuah ide menjadi viral di medsos atau Buzz di masyarakat.
Tidak pernah ada satu cara yang sama menuju kemenangan. Variablenya sangat banyak dan terus berubah bahkan sampai di injury time. Itulah indahnya dan tegangnya pertarungan di dunia politik. Meski melalui survey pemenangnya bisa diprediksi tapi kejutan sering kali terjadi. Apalagi kalau tim lawan bisa mengolah issue untuk mendeskreditkan petahana sekaligus menaikkan reputasi calonnya. Ibarat buku! meskipun seorang petahana karyanya mudah dibaca, kelemahannya juga mudah diungkap. Jika berhasil meyakinkan masyarakat, hasilnya bisa mengejutkan.
Lalu bagaimana cara menuju kemenangan, mengalahkan Ahok?
Dalam artikel “Ahok, Preketek !” Saya membahas salah satu elemen dasar teori MarkBen yaitu Niat Bener. Dalam artikel ini dibahas mengapa Ahok berkibar. Kali ini akan dibahas elemen yang paling penting dalam teori MarkBen yaitu Novelty dan Public Satisfaction.
Berdasarkan konsep MarkBen, Novelty inilah yang membuat sosok Ahok selalu menjadi pusat perhatian ditambah gaya kepeminpinannya yang unik dan cara kerjanya membuat Ahok benar-benar menjadi magnet bagi media. Itulah mengapa elektabilitasnya tetap teratas. Sehingga menjadi lawan yang sangat sulit dikalahkan oleh siapapun. Diperlukan usaha ekstra keras dan cerdik serta sedikit keberuntungan untuk bisa mengalahkannya.
Dengan konsep dan teori MarkBen para lawan Ahok paling tidak punya sudut pandang yang berbeda dan tahu kenapa Ahok selalu jadi pusat perhatian dan disukai banyak orang. sehingga punya cara untuk bisa menyainginya. Daripada menuduh media sudah dibeli, banyak konglomerat dibelakang Ahok dan lain-lain.
Definisi Novelty menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat baru (modern), perihal baru atau sesuatu yang baru. Dalam teori komunikasi Novelty didefinisikan sebagai sesuatu yang berbeda, pertama, unik, luar biasa. Sedangkan Novelty dalam konsep MarkBen adalah kebaruan.
Produk, Iklan, strategi, cara atau apa saja yang ada unsur kebaruannya adalah Novelty. Novelty inilah yang selalu menyedot lebih perhatian kita. Dan kita ingin mencobanya. Jika ada jalan baru, rumah makan baru, toko baru dengan model dan konsep baru akan membuat kita penasaran dan mau mencoba. Apa saja yang baru selalu menarik perhatian termasuk rumah, mobil baru, pacar atau istri baru, ha…ha…ha, mengapa ?
Karena manusia adalah mahluk pembosan. Tanpa kebaruan, stimuli akan monoton, membosankan dan akan luput dari perhatian kita. Jika sesuatu “apa saja “ gagal menarik perhatian, maka gagallah ia. Dari beberapa eksperimen membuktikan bahwa stimuli yang mengandung unsur kebaruan (Novelty) menarik perhatian yang luar biasa, gampang dipelajari dan mudah diingat.
Dasarnya, Novelty adalah penarik utama perhatian, perhatian adalah pintu masuk ke kepala konsumen atau khalayak sehingga tercipta persepsi. Persepsilah yang menentukan sikap dan tindakan seseorang untuk memilih atau membeli sesuatu.
“Marketing is battle of perception“, kata Al Ries. Saya setuju dengannya bahwa pertarungan sebenarnya berada di otak konsumen atau persepsi khalayak dan mengapa Saya menyodorkan Novelty sebagai strategi unggul. Secara sederhana bisa dijelaskan sebagai berikut.
Persepsi merupakan konsep yang sangat penting, kalau bukan dikatakan yang paling penting. Karena melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Menurut Kotler persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganAisasikan yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan menentukan respon yaitu bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak atau bagaimana seseorang memaknai sesuatu dan tindakan yang akan diberikan. Jadi persepsi merupakan pintu dari sikap dan perilaku seseorang.
Jadi untuk memenangkan pertempuran di kepala konsumen (persepsi) Jika Al Ries mengemukakan “Jadilah yang pertama (being first) ”, Michael Porter dengan “Differentiation” Saya Slamet Riyadi mengajukan “Novelty” (kebaruan). (Dalam Buku Marketing Beneran /MarkBen hal ini dibahas lebih mendalam).
Dalam konsep MarkBen untuk menjadi pemenang berkelanjutan seseorang atau produk harus selalu memberikan Novelty berkesinambungan berdasarkan kepada Hot Button sasaran sehingga terjadi Public Satisfacation terus menerus (kalau produk timbul Customer Satisfaction). Hasilnya akan tercipta customer loyalty atau pendukung fanatic dalam politik.
Bagaimana caranya? Secara sederhana MarkBen menyodorkan strategi lebih….lebih dan lebih lagi.
Lebih manusiawi, lebih merakyat, lebih responsive, lebih bersih, lebih melayani, lebih cepat kerjanya, lebih efektif, lebih efisien, lebih bersahabat dan lebih lebih lainnya berdasarkan kepada Hot Button yang dirasakan masyarakat saat itu. Jika lawan Ahok bisa menjanjikan bahwa dia punya reputasi untuk bisa memberikan lebih apa yang bisa diberikan Ahok dan masyarakat mempercayainya hasilnya akan dahsyat.
Pertanyaannya Novelty apa yang dibawa Ahok sehingga namanya selalu menjadi magnet bagi media dan menarik perhatian besar khalayak.
1. Ahok seorang Tionghoa
Kebanyakan orang Tionghoa terjun didunia bisnis. Jika ada sedikit yang terjun di dunia politik biasanya “low profile”. Ahok adalah sedikit orang Tionghoa yang terjun didunia politik dengan keberaniannya yang luar biasa. Untuk mendukung keyakinanya, siapapun dia lawan. Kasus dengan DPRD DKI, Ketua BPK kemudian dengan Menko Maritim. Bahkan dia tidak takut berhadapan langsung dengan Habib Riziq dan FPI nya. Ini adalah Novelty, ditengah politisi lain yang menghindari konflik Ahok justru berlaku sebaliknya. Sikap seperti inilah yang menarik perhatian masyarakat. Apalagi Ahok secara cerdik selalu memijit tepat Hot Button yang selama ini menjadi kegalauan publik.
2. Ahok adalah tipe politisi
Kkata teman saya dengan “mulut rombeng”. Bicaranya meledak-ledak bahkan bahasa kebun binatang sering keluar dari mulutnya. Jika politisi lain akan tampil dengan sopan dengan nada bicara yang terjaga. Ahok justru tidak perduli dengan “sopan santun”. Ini adalah Novelty. Jadi tidak heran meskipun banyak yang mengkritiknya tetapi media dan masyarakat banyak yang senang, mendukung dan menunggu penuh antusias, apalagi yang akan Ahok katakan atau perbuat selanjutnya. Banyak ungkapan dan tindakan Ahok menjadi viral di sosmed. Terbaru Ahok menjadi pusat berita karena “tidak mau cuti” selama kampanye. Tapi harus diakui disinilah “kecerdikan Ahok” apapun yang diucapkan dengan “mulut rombengnya” selalu yang punya “nilai” untuk diperjuangkan, sesuatu yang mulya (pembenahan biroksasi yang bobrok, pemberantasan korupsi, penataan pemukiman dan lain-lain). Sehingga masyarakat umum tetap mendukung dan mengaguminya. Dalam konsep MarkBen “Hanya hati yang menggerakkan hati”
3. Ahok adalah pejabat yang lantang berteriak tentang pemerintahan yang melayani, bersih dan anti korupsi.
Jika politisi lain jika duduk di jabatan tertentu cenderung diam dan manipulatif. Ahok justru berlaku sebaliknya. Semua system yang dibangun, reqruitmen untuk menciptakan pemerintahan yang melayani, bersih dan transparans sehingga peluang korupsi diminimalisir.
4. Hanya Ahok Gubernur yang paling sering mengangkat dan memberhentikan pejabat dibawahnya.
Jika dilihat kinerjanya mengecewakan. Meski dikritik banyak pihak Ahok bergeming. Dia tidak segan apalagi takut untuk melaksanakan kebijaksanaannya. Untuk mencapai kinerja unggul Ahok menetapkan target tinggi. Tapi dia juga memberikan insentif yang sangat besar bagi pejabatnya. Pejabat di DKI penghasilannya jauh lebih besar dengan pejabat swasta pada umumnya.
5. Politisi lain ketika menjabat akan merapatkan barisan dengan partainya maupun partai pendukung.
Ahok justru keluar dari partai dan menantang partai lain di DPRD. Ditengah kemuakan masyarakat terhadap perilaku elit partai. Tindakan Ahok justru dipandang positif oleh sebagian besar masyarakat. Teman Ahok dan pengumpulan 1 juta KTP adalah bukti bagaimana “magnet” Ahok menarik simpati public. Ini Novelty.
Tapi Ahok menurut saya telah melakukan “blunder” dengan hanya memilih jalur parpol dibanding jalur independen yang telah susah payah diperjuangkan Teman Ahok dan masyarakat pendukungnya. Pengumpulan 1 juta KTP bukan pekerjaan ringan, dibutuhkan militansi dan organisasi yang rapi. Juga yang tak kalah pentingnya adalah “nilai bersama” yang diperjuangkan yaitu menghentikan politik kotor ketika partai memilih pemimpin. Tanpa “nilai bersama” mustahil timbul militansi, timbul antusiasme yang menular secara cepat.
Tetapi sayang! Sebelum Ahok membuat keputusan, saya telah memprediksi dalam tulisan “Ahok, Head to Head! “. Jika Ahok “realistis” akhirnya memilih jalur parpol maka Ahok akan dianggap sama dengan politisi lain, tidak jauh berbeda apapun akan dilakukan demi kekuasaan. Meskipun Teman Ahok bilang tidak apa-apa, tapi saya yakin suara mayoritas yang diam, kecewa. Karena “nilai bersama” yang ingin diperjuangkan layu sebelum berkembang.
Dengan pilihan ini Ahok yang semula dianggap banyak orang termasuk saya politisi yang punya nilai dan visi ternyata tidak jauh berbeda. Tulisan saya “Ahok, Preketek !” yang menyamakan Ahok dengan munculnya Obama dalam perpolitikan USA, ternyata tidak benar. Ahok adalah politisi biasa. Lalu kenapa sekarang dia nampak begitu “menonjol dan hebat”, karena republlik ini kekurangan tokoh yang mumpuni, mau bekerja keras dan berpihak pada rakyat. Partai gagal melahirkan tokoh-tokoh semacam ini. Seperti kata pepatah “ditengah orang buta, orang bermata satu menjadi raja”.
Menurut saya, Pilkada DKI 2017 yang semula akan berjalan penuh gairah dimana masyarakat luas akan mendukung Ahok dengan penuh heroisme akan menjadi dingin. Yang ada adalah mobilisasi antar parpol dimana masyarakat luas lebih sebagai penonton. Fenomena Jokowi ketika melawan Foke dan ketika Jokowi melawan Prabowo tidak akan terulang lagi. Dimana masyarakat luas ikut berpartisipasi dengan segala bentuknya. Pagelaran music rakyat, sumbangan sukarela dari rakyat, sulit diharapkan terjadi.
Menurut saya Teman Ahok juga sudah “kehilangan muka”, kehilangan ruh terhadap “nilai-nilai bersama” yang diperjuangkannya. Teman Ahok telah kehilangan tongkat dan tidak akan mendapat sambutan antusias lagi dari masyarakat luas seperti dulu ketika mereka dibentuk dan bekerja.
Ini khabar gembira bagi lawan-lawan Ahok. Ahok bisa terjerembab oleh perilakunya sendiri. Karena dia tidak akan didukung penuh oleh “Teman Ahok”. Praktis dia hanya mengandalkan mesin partai pendukung plus Teman Ahok yang sudah kehilangan gairah.
Pertanyaannya apakah dia akan mudah dikalahkan ?, tidak juga. Meskipun Ahok sudah melakukan “blunder” dia tetap Gubernur petahana yang dianggap “berhasil” oleh masyarakat DKI (hampir 74 %).
Apakah Ahok akan menang, inilah pertarungannya !. Yang harus diingat bahwa pertarungan sebenarnya tetap ada di persepsi masyarakat. Siapa yang dalam detik terakhir ketika pemilih ada dibilik pencoblosan lebih dipercaya sesuai masalah dan kebutuhan mendesak pemilih (Hot Button), dialah yang akan dipilih. Jadi siapapun masih punya kesempatan, peluit panjang bahkan belum dimulai.
Lawan Ahok dan Tim harus bisa menemukan pembawaan dan karakter genuine dari kandidat. Seperti Jokowi yang tak berjarak dengan masyarakat, SBY yang tenang berwibawa, Ahok yang meledak-ledak tapi bersih. Anies Baswedan cerdas dan santun. Buwas yang punya karakter dan berani. Sandiaga bisnisman sukses yang handal, misalnya !. Jika Timses bisa menggali pembawaan dan karakter kandidat yang genuine kemudian menyuarakan sesuatu yang menjadi Hot Button publik hasilnya bisa mengejutkan.
Karakter itu harus genuine tidak bisa dibuat-buat karena kalau dibuat-buat masyarakat tidak akan percaya bagaimanapun gencar dan massifnya iklan ditayangkan. Pilpres 2014, Anda lihat hasilnya ketika seorang petinggi partai ingin mencalonkan menjadi presiden kemudian secara massif dan gencar mengiklankan dirinya, hasillnya mengecewakan !. Kenapa rakyat tidak mempercayainya.
Contoh aktual adalah adalah Rodrigo Duterte presiden terpilih Philipina sosok kontroversial yang sangat keras terhadap pelaku kejahatan sehingga dijuluki The Punisher. Ribuan penjahat hilang ketika dia 22 tahun menjabat walikota Davao.
Dalam kampanyenya menjadi presiden dia akan memberlakukan kembali hukuman mati. Memberikan izin kepolisian dan tentara untuk memburu dan menembak mati pelaku kejahatan. Menawarkan imbalan untuk setiap mayat pengedar narkoba. Duterte bahkan mendorong rakyat Filipina untuk membunuh para pelaku kriminal. Semuanya dikemukakan dengan pembawaan dan karakternya yang keras. Duterte dan Tim sangat cerdik karena inilah yang menjadi Hot Button masyarakat Phlipina saat ini yaitu faktor keamanan dan narkoba.
Ketika pegiat HAM memprotes Duterte, dia dengan sinis menyebutnya sebagai “bodoh”. Ketika gereja Katolik, ikut bersuara, Duterte dengan lantang menantang “Saya akan menyampaikan ceramah mengenai dosa-dosa gereja Katolik, apakah lembaga ini masih relevan. Hampir semua lembaga bermuka dua itu adalah gereja Katolik.” Bahkan baru-baru ini setelah menjabat sebagai presiden dan PBB mengkritik habis Duterte, dengan marah dia menyebut Philipina bisa keluar dari PBB dan dia mengejek apa yang PBB lakukan terhadap pembantaian di Timur Tengah atau ketika polisi Amerika menembaki warga kulit hitam.
Gayanya yang arogan mendapat banyak celaan dari aktivis, lawan politik, gereja dan PBB. Padahal gereja merupakan institusi yang punya pengaruh sangat penting dalam kehidupan social politik masyarakat Philipina. Tapi semua pencela dilawan dengan serangan yang lebih pedas. Karakternya yang keras apa adanya, justru menarik simpati masyarakat Philipina.
Tetapi apakah hanya berdasarkan itu Duterte menang, tidak! Dia juga menjanjikan reformasi bagi rakyat miskin Filipina. memperbaiki infrastruktur, menciptakan lapangan kerja dan mengangkat lebih dari seperempat dari total 100 juta warga Filipina dari kemiskinan. Duterte ingin memperluas kesejahteraan secara merata. Untuk mencapai itu Duterte bertekat merevisi konsitusi Phlipina, dengan mengubah sistem pemerintahan yang terpusat menjadi sistem federal, Daerah akan memiliki otonomi ekonomi yang besar dan bisa merasakan hasil produksinya sendiri.
“Apa yang bisa saya janjikan adalah bahwa saya akan melakukan yang terbaik, bukan hanya di jam-jam saya terjaga, bahkan juga di dalam tidur saya,” kata Duterte, mantap!
Pertanyaannya apakah lawan2 politiknya tidak menjanjikan hal yang sama, pasti !. Tapi Duterte dengan gaya kontroversnya ternyata lebih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Philipina, kenapa ?. Karena Hot Button masyarakat Philipina adalah masalah kriminal dan narkoba dan Duterte tepat memijit tombol itu. Dia punya reputasi tentang hal ini, Itulah mengapa masyarakat Philipina mempercayainya.
Donald Trump sosok flamboyant, arogan, sinis, penuh kontroversi. Dalam kampanyenya untuk menjadi calon dari partai Republik, apa janjinya “ Jika terpilih jadi presiden Amerika Serikat saya akan membuat tembok perbatasan tinggi dengan Meksiko. Karena mereka mengirimkan masalah. Orang-orang Meksiko bawa obat-obatan, mereka bawa kriminal. Mereka pemerkosa, meski saya berasumsi, ada orang baik juga,”. Hal ini membuat warga keturunan Meksiko marah, Negara Meksiko geram bahkan perusahaan-perusahaan yang ada hubungannya dengan orang-orang keturunan Meksiko dan Negara Meksiko memutuskan kontraknya dengan Donald Trump.
Donal Trump juga akan melarang seluruh Muslim, baik itu pencari suaka, turis bahkan Amerika-Muslim yang sedang di luar negeri untuk masuk ke AS. Dunia gempar, banyak pemimpin-pemimpin negara didunia yang mengecamnya. Menyamakannya dengan Hitler , melarangnya untuk pergi ke suatu Negara. Dengan gayanya yang sinis Donald Trump bergeming.
Pernah pembawa acara Fox Megyn Kelly meminta pertanggungjawaban Trump yang menghina tentang wanita. “Anda sudah memanggil wanita yang Anda tidak sukai dengan julukan babi gemuk, anjing, dan hewan menjijikkan. Apakah perilaku semacam itu mencerminkan temperamen seorang pria yang harus dipilih sebagai presiden”. Dengan gaya cueknya dia seolah tidak mendengar pertanyaan itu. Tetapi besoknya kepada Don Lemon wartawan CNN Trump bilang “Dia mulai menanyakan segala macam pertanyaan konyol, Anda bisa melihat ada darah yang keluar dari matanya, darah yang keluar dari dia … dari mana pun.” dia ingin mengatakan bahwa Kelly sedang mensturasi sehingga ngaco, …he he !.
Atas perilakunya ini Jeb Bush Walikota St. Petersburg, Florida, AS, saingan Trump dalam pemilihan calon presiden dari partai republik, menyebut Trump tidak waras “Trump dilarang masuk St Petersburg, sampai kita semua mengerti bahaya yang ditimbulkan semua “. Partai Republik ketar ketir terhadap sepak terjang Trump. Bahkan petinggi Grand Old Party (GOP), nama lain Partai Republik membuat memo rahasia kepada seluruh staf senior serta calon kandidat lain untuk berhati-hati, bahkan jangan sampai terprovokasi olehnya.
Dengan tagline kampanyenya “Make America Great Again”. Donald Trump terus menebar kontroversi dengan gaya bicaranya yang ceplas ceplos, angkuh tanpa mengindahkan orang lain. Yang kadang tidak masuk nalar, Dia menyebut Hilarry sebagai Iblis, pendiri ISIS. Mengejek ibu prajurit yang gugur di medan perang, padal dia warga GS (Gold Star) yang sangat dihormati di USA.
Tetapi hasilnya Trump terpilih menjadi kandidat Presiden AS dari partai Republik, Mengapa ?
Pertanyaannya apakah dia nanti akan terpilih menjadi presiden USA mengalahkan Hillari Partai Demokrat. Sejarah nanti yang akan membuktikannya (November 2016). Apakah Trump dengan issue keamanan, terror dan mimpi untuk “Makes America Great Again” lebih dipercaya dibanding Hillary yang ingin meneruskan cerita sukses Obama dengan tagline “Stronger Together”.
Trump cuek dan angkuh “ya”. Tapi mengapa sekarang dia begitu rasialis, padahal puluhan tahun dia bergaul dengan imigran dari meksiko atau dengan orang muslim. Mungkin teman, karyawan, tetangga bahkan banyak perusahaan Trump tumbuh di Meksiko atau di Negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Duterte sangat keras kepada pelaku kejahatan ketika menjabat walikota Davao “Ya”, tetapi sekarang dia mencalonkan diri menjadi presiden Philipina. Dia tetap tidak perduli HAM bahkan menantang dan mengejek gereja dengan sinis, mengapa ?
Betul! karena itu kegalauan atau suara bathin masyarakat yang sebenarnya. Itu Hot Button yang sekarang mengganggu pikiran sebagian besar masyarakat. Bahkan sudah menimbulkan ketakutan.
Jika dulu Amerika dan Barat leluasa menghadapi musuh “teroris” nya di tempat mereka berada. Rakyat Amerika tidak perduli berapa korban jiwa melayang sia-sia termasuk berapa nyawa anak-anak dan perempuan yang meninggal akibat perang di Palestina, Irak dan di daerah Timur Tengah lainnya. Sekarang teroris berhasil masuk melalui “terror” dihalaman rumah mereka sendiri. Puncaknya ketika serangan 9/11 dan setelah itu terror terus berlangsung di beberapa tempat di kehidupan keseharian mereka, membayangi terus dimana saja mereka berada. Masyarakat Amerika dan Barat sekarang benar-benar ketakutan terhadap teror dan keamanan mereka. Inilah Hot Button mereka dan Trump dengan cerdik memijit tombol ini dengan penuh emosional.
Itu juga yang Ahok praktekkan. Ahok dengan temperamennya secara cerdik membaca apa yang menjadi kegalauan dan kemuakan masyarakat yaitu bobroknya birokrasi dan merajalelanya korupsi.
Meskipun mereka terlihat arogan, picik, seakan tidak perduli HAM, tidak santun tetapi mereka menyuarakan kegelisahan bathin masyarakat. Berjuang untuk kepentingan masyarakat. Itulah mengapa masyarakat banyak tetap memilihnya.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terakhir laboratotium psikologi politik UI terhadap opinion leader dimana kapabilitas dan karakter moral yang menjadi tolok ukur, hasilnya secara keseluruhan Ahok, Risma dan Ridwan Kamil adalah tokoh yang paling diajurkan untuk dipilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pertanyaannya mengapa Ahok yang oleh sebagian masyarakat dinilai arogan, tidak santun, dihajar issue Sumber Waras dan Reklamasi tetap berada diatas. Betul Ahok masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat karena menyuarakan kegelisahan mereka, mewakili kegeraman mereka terhadap bobroknya biroksasi dan maraknya koropsi. Meski Jakarta tetap macet, masih banjir, tidak santun, tidak berpihak pada orang kecil dan lain-lain.
Ingat sekali lagi kepercayaan adalah paling utama dalam politik. Bagi saya ini pukulan telak terhadap tokoh-tokoh dari partai yang berbasis agama. Jika agama sudah dijadikan dasar tapi tidak dipercaya oleh masyarakat, apa yang tersisa ?
Lalu apakah calon pempimpin harus seperti Ahok, Duterte dan Trump …., tidak !. Obama yang lembut dan tenang, Jokowi yang “Njowo” juga gemilang. Inilah rahasianya, setiap calon dan Tim harus menemukan dan mengeluarkan “Inner Beauty” kandidatnya plus kapabilitas yang terbukti (reputasi) kemudian mempelototi Hot Button masyarakat dan menyuarakannya dengan pembawaan dan karakter masing-masing kandidat.
Selain itu Timses harus punya tagline yang bisa merangkum semua kegelisahan dan permasalahan yang yang ada di bathin masyarakat sekaligus apa yang ingin diperbuat atau bahkan bisa mengungkapkan kelemahan sehingga bisa menyerang lawan. Ini pekerjaan yang paling sulit.
Tapi bila ketemu kata ini bisa menjadi mantra yang sangat Ampuh. “Akan…akan…akan “ Itulah kalimat yang terus diulang Jokowi dalam setiap kesempatan ketika memenangkan pilgub 2012 melawan Foke. Kata itu langsung menggambarkan bahwa Foke selama ini kurang cakap bekerja. “Lanjutkan” adalah kata ampuh pemilihan SBY ke II, hal ini membuat semua lawannya kehilangan momentum. “It’s the economi stupid” kata yang sangat popular pada pemilihan pertama Bill Clinton. Adalah pukulan yang tepat ketika George Bush senior membanggakan politik luar negerinya ditengah depresi ekonomi yang mencekik masyarakat. “Change” adalah mantra pemilihan pertama Obama, yang menyihir masyarakat sehingga mengantarkannya ke gedung putih. Masyarakat USA saat itu terhimpit secara ekonomi dan terpukul dengan banyaknya korban perang sia-sia di Irak dan Afganistan.
Jadi kunci dari semua itu adalah apa yang menjadi Hot Button masyarakat DKI. Apa yang menjadi kegalauan, keinginan, masalah dan apapun yang ada di hati dan kepala masyarakat DKI berdasarkan karakteristik demografi dan psikografi mereka. Karena pesan yang akan disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini diperlukan keahlian dan kesabaran untuk menemukannya.
Jangan berteriak masih banjir dan macet kepada Ahok meskipun itu masih menjadi masalah bagi warga DKI Jakarta tetapi mungkin sudah tidak menjadi Hot Button mereka. Karena dari presiden ke presiden, dari gubernur ke gubernur tetap banjir dan macet. Jikapun Anda mau berteriak masalah ini Anda harus punya solusi jitu dan reputasi untuk bisa melaksanakannya kalau tidak masyarakat tidak akan mempercayai Anda.
Jangan terus menyerang Ahok sombong, tidak sopan, menggusur orang kecil, apalagi menyerang sara. Karena itu semua orang sudah paham dan memakluminya. Cari celah terutama sepak terjang dan program ahok yang lemah, tidak efektif dan lain-lainnya yang bisa bisa mendegradasi Ahok sebagai Gubernur tetapi ingat semua harus Anda tampilkan dengan unsur kebaruannya baik diri Anda, nilai-nilai, program dan lain-lainnya dan ini bisa dicari dan diciptakan. Jika dapat hasilnya akan mengejutkan.
Meninjam ungkapan Cruyff yang terkenal “Bermain sepakbola cukuplah sederhana, tetapi memainkan sepakbola sederhana tidaklah mudah”. “Bermain politik itu cukuplah sederhana, tetapi memainkan politik sederhana ternyata sangat sulit”. Karena yang menjadi juri sekaligus hakim adalah masyarakat yang beragam. Politik tingkat tinggi yang hanya dimengerti petinggi partai tanpa menyentuh kegelisahan (hot Button) yang menjadi masalah mereka, sudah berakhir.
Dalam demokrasi yang sebenarnya suara rakyat adalah suara Tuhan. Ketika pemilu terjadi di DKI dimana tingkat pendidikan, kesadaran dan melek informasi mereka yang tinggi maka hal ini benar akan terjadi. Jika lawan Ahok berhasil menemukan suara rakyat itu, dan bisa meyakinkan bahwa dia bisa dipercaya untuk bisa mengatasinya maka mengalahkan Ahok menjadi mungkin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H