Mohon tunggu...
Sosbud

Era Komunikasi Drama Queen

28 April 2015   13:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14302027132035528466

oleh: Abin Adika Ranggala

Jaman memang sudah berubah...
Di masa lalu, komunikasi jarak jauh masih begitu sulit (tidak berarti komunikasi jarak dekat tidak sulit yeee), kita diajari untuk berhemat dalam kebutuhan berkomunikasi. Contohnya, pihak telkom selalu mengingatkan bicara seperlunya, semisal himbauan dalam box telepon umum, bicara di telepon cukup 3 menit.

Namun di masa kini, segala hal tekait komunikasi telah dijungkirbalikkan. Kita dihimbau, dianjurkan, dicekoki agar berkomunikasi secara mubazir. Jika berkomunikasi, bicaralah selama mungkin di telpon. Semakin lama mengudara di telpon, semakin banyak hadiah ditawarkan. Bicara 5 menit dapat bonus sekian, bicara setengah jam dapat bonus berlipat.

Setiap kali mengirimkan 1 SMS akan datang sebuah SMS iming-iming dari operator untuk mengirimkan 9 SMS lagi untuk mendapatkan berbagai bonus.

Perilaku manusia dalam berkomunikasi pun berubah tajam. Jika dulu komunikasi dilakukan secara lugas tegas to the point karena himbauan "bicara seperlunya" namun kini komunikasi dilakukan dengan secara tidak lugas, tidak tegas dan tidak to the point.

Bagi yang dulu pernah berkirim telegram tentu paham benar bagaimana upaya menghemat dengan menyingkat semua kata layaknya para alay jaman sekarang berkirim SMS (walau jaman dulu tidak dalam kebutuhan mengekspresikan jiwa alay dalam dirinya).

Perilaku manusia dalam berkomunikasi yang terlihat sangat nyata adalah sebuah komunikasi yang ditujukan pada seseorang, saat ini lebih banyak dibuat "go publik" via status. Entah itu status FB, status BB, atau kicauan di twitter.

Ketika sedang sebel dengan seseorang, maka yang dilakukan bukan berbicara dengan orang tersebut, tetapi dengan mengupdate ke status... "SEBEEEEEEEEEEEEEEEEEL", lengkap dengan smiley untuk mempertegas rasa sebel yang sedang melandanya. Dan berharap yang bersangkutan akan membaca statusnya dan lalu mengomentari statusnya.

Ketika sedang curiga pada pacarnya, diupdatelah status "MENCURIGAKAN", lalu berharap akan ada respon pada statusnya. Jika tidak ada respon, maka sejam kemudian status pun berubah "HMM... TIDAK ADA RESPON. ADA ADA?" Smiley curiganya tidak pula ketinggalan.

Perilaku komunikasi lain yang juga berubah pada manusia adalah berpura-pura tangguh dalam statusnya. Ketika tidak suka pada seseorang karena sesuatu, lalu dibuatlah status yang berbunyi sebaliknya "GAK NGEFEK", padahal kalau gak ngefek, kenapa pula muncul status "gak ngefek" tersebut. Status gak ngefek tersebut justru adalah bukti bahwa sudah ngefek.

Coba simak status-status orang-orang di medsos... ada banyak status-status yang terkesan seperti "ungkapan bijak", tapi sejatinya adalah keluh kesah atas sesuatu yang sedang melanda dirinya, namun dibungkus dalam bahasa yang "dibalik".

Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu, demikian statusnya... ya kalau berlalu, ga usah repot repot update status lah... justru karena gak bisa sepenuhnya berlalu, maka perlu mengekspesikan dalam sebuah status.

Sama ketika "aku ra popo" justru berarti sebaliknya.

Disadari atau tidak, diakui atau tidak, banyak dari kita sudah dalam memasuki dunia komunikasi alay seperti itu. Tidak lugas, tidak tegas, tidak to the point, tidak efisien dan tidak efektif. Cenderung seperti drama queen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun