Mohon tunggu...
Adi Irawan
Adi Irawan Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang baru belajar jurnalistik, yang sangat butuh informasi dan arahan dari para jurnalistik senior.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Stasiun Sepi, Kami Sepi!

20 September 2015   11:21 Diperbarui: 20 September 2015   12:25 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta, Stasiun Tugu Yogyakarta akhir pekan tampak kurang ramai. Ini terlihat dari suana stasiun dan lahan parkir yang masing kosong sangat luas, berbeda dengan sebelumnya yang tampak ramai. Setiap lahan parkir dipenuhi dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Keadaan seperti ini tentunya tidak diharapkan oleh pihak stasiun tugu.

Tidak hanya stasiun, warga sekitar stasiun juga terkena imbasnya. Para tukang ojek dan tukang becak juga terkena efek sepi, terlihat dari mereka yan hanya duduk disekitar stasiun. Para pedagang kaki lima juga demikian, mereka tidak disibukkan dengan ramainya pelanggan yang datang. Bahkan diantaranya ada yang hanya main smartphone dan mendengarkan musik. Pelanggan yang sepi sudah mereka rasakan sejak sebelumnya.

“ bulan ini sepi mas, bulan kemarin itu masih rame mas ”, keluh pedagang kaki lima.

Hal ini terjadi kemungkinan adalah efek dari menjelang idul adha. Para pedagang kaki lima, tukang becak, tukang ojek dan tentunya pihak stasiun berharap setelah idul adha stasiun sudah ramai kembali.

“ biasanya gak sepi amat mas, karena ini mau idul adha jadi ya sepi mas. Mungkin nanti kalau sudah idul adha ramai lagi mas ”, ujar pedagang kaki lima.

Dilihat dari pelanggan yang sepi, yang berujung penjualan berkurang dan pendapatan yang turun. Pendapatan mereka turun sangat drastis, diperkirakan melebihi dari separuh yang biasanya.

“ sepi banget ini mas dibanding sebelumnya. Selisih jauh banget mas, lebih lah mas kalau cuman setengahnya. Soalnya ini sepi banget ” keluh pedagang kaki lima.

Tukang ojek juga merasa demikian, terlihat dari mereka yang hanya duduk santai

“ iya mas, sepi ini mas. Itu lihat, semuanya cuman nongkrong. Soalnya didalam juga sepi mas ”, kata tukang ojek sekitar stasiun.

Keadaan sepi yang berakibat pada pendapatan mereka. Membuat mereka tertekan, karena tidak hanya pendapatan yang turun. Namun juga, barang-barang kebutuhan yang banyak, diiringi dengan kenaikan harga barang kebutuhan yang disebabkan mata uang dolar naik.

Kejadian sepi seperti ini sudah mereka prediksi. Karena pada dasarnya titik-titik ramai dan sepi sudah biasa terjadi disetiap tahunnya.

“ bulan-bulan ini memang sepi mas, sudah bisa diprediksi lah mas. Titik ramai nya juga bisa diprediksi. Biasanya itu ramai pas menjelang natal atau pas natalnya, bulan desember sampai januari itu ramai, liburan sekolah juga ramai. Soalnya mereka anak-anak sekolah kan mau jalan-jalan buat liburan, kalo nggak, mereka anak sekolah yang kost mau mudik kerumahnya biar bisa ketemu keluarga mas. Kalau puncak ramai itu beberapa minggu sebelum puasa ramadhan sudah mulai ramai, terus menjelang idul fitri itu ramai nya gak karuan mas. Nggak hanya sebelumnya aja mas, sesudah leberan pun masih ramai sekali mas, arus balik mas. Mungkin mulai berkurangnya kalau sudah mau masuk kerja lagi mas ”, kata pedagang kaki lima.

Menurut keterangan diatas, bahwasanya stasiun ramai juga terjadi pada bulan desember sampai januari. Itu artinya mereka harus menunggu beberapa bulan lagi untuk menunggu stasiun ramai kembali.

Lalu, kaitannya dengan kendaraan. Apakah ada kaitannya dengan jumlah penumpang kereta dengan jumlah kendaraan pribadi milik masyarakat?. Yang mana, saat ini setiap keluarga pasti memiliki kendaraan pribadi, baik itu roda dua maupun roda empat. Bahkan tidak lagi keluarga, banyak juga perindividu yang memiliki kendaraan sendiri. Berdasarkan hal ini, kemungkinan masyarakat memilih bepergian denga kendaraan pribadi. Lalu apakah ada kaitannya pula dengan kemacetan yang sering terjadi?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun