Sambil bersegera mengambil dompet dan mengeluarkan lima lembar pecahan dua ribuan.
“Ini ambil saja”.
“jangan Kak, saya mau pinjam uang. Ini jaminannya”. Sembari menyodorkan sebuah kantongan plastik putih berisikan sebuah jeans berwarna biru tua. tapi saya mohon, dicukupkan tiga puluh ribu ya kak.
Rasa kasihan muncul, akhirnya aku luluh untuk menolongnya padahal uangku sudah kubuladtekadkan untuk membeli sebuah mushaf baru.
“Celana itu ambil saja, aku percaya padamu”.
“Ah jangan Kak, ini sebagai bukti kalau saya bersungguh-sungguh meminjam uang, bukan mengahrapakan bantuan uang suka rela. Saya mengerti kakak juga mahasiswa kan. Seminggu ke depan saya akan kembali jika kiriman dari orang tua sudah datang”.
Aku terperangah. sepertinya orang ini memang jujur dan memiliki niat kuat untuk belajar. buktinya ia masih juga betah menjadi mahasiswa dengan kondisi ekonomi yang demikian terbatasnya.
Belum juga aku beranjak dari kamar, tetap saja ia kubiarkan berdiri di depan pintu.
“Eh, tunggu dulu. nama kamu siapa? Saya lupa”.
“Saya Randi, Kak,”
Mahasiswa Isipol, angkatan 2009”.