Dilain sisi, kelompok LGBT apakah selalu berperilaku negatif? Rasanya juga tidak, diranah akademis, diranah pemerintahan, diranah ilmuwan mereka juga ada yang memiliki kecenderungan seksual yang menurut sebagian orang tidak normal. Tapi apakah kita pernah mempermasalahkan karya-karya mereka? Apakah produk yang ditampilkan media massa terbebas dari campur tangan kelompok LGBT? Kita mentoleransinya bukan?
Diranah pendidikan, dari tingkat sekolah dasar kita belajar tentang pendidikan moral pancasila sampai perguruan tinggi kita diajarkan dengan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Semboyan Bhineka Tunggal Ika selalu kita dengar, dan bahkan disadari atau tidak kita turut mengamalkan semboyan tersebut. Namun, ketika isu LGBT muncul dipermukaan, semboyan tersebut rasanya luruh, tidak lagi digunakan sebagai alrm pengingat bahwa kita dan kelompok LGBT adalah bagian dari warga Negara. Semua berkomentar dan berpendapat seolah dirinya paling benar, dan pada akhirnya menyudutkan kelompok LGBT.
Mentoleransi, bukan berarti mendukung atau membenarkan tindakan kelompok LGBT. Mentoleransi bisa jadi dimaknai bahwa kita sebagai makhluk sosial yang sudah seharusnya memanusiakan manusia (Humanis). Sebagai makhluk berketuhanan, kita memiliki prinsip dan memiliki pandangan bahwa tidak ada pembenaran atas perilaku kelompok LGBT ini. Kelompok LGBT hanya menginginkan dirinya dihargai, tidak diperlakukan secara diskriminasi, tidak pula menjadi bahan olok-olok bullying disemua lini kehidupan. Mari mentoleransi, dengan tidak menganalogikan bahwa kelompok LGBT adalah kelompok manusia yang lebih rendah daripada binatang. Kelompok LGBT adalah manusia yang diciptakan oleh Allah SWT yang tidak lain tidak bukan memiliki derajat yang sama seperti manusia lain pada umumnya. Mereka butuh didampingi, mereka butuh untuk dirangkul, dan mereka pasti menginginkan keluar dari kondisi perbedaan. Mengutip dari twitter Angga Dwi Sasongko bahwa makin lama orang yang mendekriminasikan LGBT bukan Cuma hilang rasa kemanusiaanya, tapi juga sense sebagai manusia yang berfikir. Sebagai penutup tulisan ini saya mengutip pendapat Gusdur bahwa semakin tinggi ilmu seseorang semakin tinggi toleransinya. Mari coba kita jadikan sebagai bahan perenungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H