Mohon tunggu...
Adi Inggit Handoko
Adi Inggit Handoko Mohon Tunggu... Dosen - Seseorang penghamba media sosial, Hobi denger Radio tertarik dengan isu gender

"Kau Terpelajar, Cobalah Bersetia Pada Kata Hati" (Pram, Dalam Bumi Manusia)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

LGBT dan Sikap Toleransi

1 Maret 2016   11:35 Diperbarui: 1 Maret 2016   11:56 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

LGBT Vs Agama

Memperbincangkan LGBT diranah umum, pada saat ini rasanya tidak lagi menjadi sesuatu yang tabu. Ini bisa jadi karena permasalahan LGBT bukan lagi masuk dalam ranah privat tapi sudah menyangkut hajat hidup orang banyak. Masalah LGBT seolah-olah adalah masalah dan tanggung jawab kita bersama. Ketika topik LGBT dibenturkan dalam ranah agama, maka akan jauh lebih tepat ketika seseorang yang memperbincangkan adalah tokoh agama. Karena tokoh agama diyakini sebagai orang yang kredibel untuk memperbincangkan masalah LGBT. Sebagai catatan, bahwa agama yang ada di Indonesia tidak membenarkan adanya kelompok LGBT, LGBT dianggap sebagai melanggar norma dan syariat agama. Dan dalam cerita Islam bahwa kaum LGBT diazab oleh Allah SWT.

Agama sebagai pondasi manusia dalam bersikap dan berperilaku sejatinya terkadang digunakan oleh orang-orang untuk menghakimi kelompok LGBT. Perlu diketahui juga terkadang seseorang mengutip ayat dalam kitab suci sebagai pendukung ucapannya bahwa LGBT patut untuk disingkirkan. Ayat-ayat yang dikutip sepotong potong dan terkesan serampangan terkesan menjadi kebanggan bagi sebagian orang ketika memperbincangkan LGBT di forum-forum. Penulis tidak sedang meragukan tentang potongan ayat-ayat suci, penulis hanya mencoba memberi pemahaman bahwa ada baiknya dalam mengutip ayat untuk mendukung suatu “perdebatan” jangan mengambil ayat secara sepotong, karena bisa jadi bermakna lain, harusnya ayat-ayat suci disampaikan secara utuh dan koherensi. Kondisi debat agama inilah yang terkadang membuat jalan buntu antara kaum LGBT dan kelompok yang memperdebatkan. Alhasil “agama” ikut mendorong kebencian diantara kelompok LGBT dan kelompok yang merasa benar dengan di dukung ayat-ayat suci. Sekali lagi, agama manapun tidak mengajarkan tentang kebencian, agama manapun tidak mengajarkan golongannya untuk menghakimi sesama umat manusia.

 

LGBT Vs Kesehatan

LGBT bagi sebagian orang masih dianggap sebagai gangguan kejiwaan yang butuh penanganan khusus, meskipun secara global bahwa WHO menyatakan bahwa LGBT bukanlah termasuk gangguan kejiwaan. LGBT adalah aktivitas normal, LGBT terkait dengan masalah genetik, tapi sebagian orang mengganggap bahwa LGBT adalah sesuatu yang menular. Menular karena menurut fakta bahwa jumlah LGBT dalam setiap tahun populasinya selalu bertambah. Yang menyatakan bahwa LGBT adalah termasuk Abnormal mungkin seseorang tersebut belum merasakan menjadi posisi LGBT. Menurut pengamatan penulis dan beberapa dialog dengan orang-orang yang memang LGBT mereka merasakan bahwa ketertarikan dengan orang lain layaknya aktivitas normal. Sekali lagi saya tidak sedang membenarkan pendapat demikian.

Dalam kacamata kesehatan, kelompok LGBT merupakan penyebar penyakit HIV / AIDS ini dibuktikan dari temuan penelitian bahwa penyebaran virus HIV / AIDS lebih banyak dari kelompok LGBT. Apakah demikian kebenarannya? Tidak menutup kemungkinan bahwa kelompok Straigh juga menyumbang penyebaran virus ini. Percepatan penyebaran virus mematikan ini bisa karena disebabkan LGBT melakukan seks bebas, seks yang bergonta ganti pasangan atau bisa jadi melakukan aktivitas seks ditempat seharusnya. Aplikasi chating dan forum-forum LGBT tidak menutup kemungkinan bahwa ikut berpartisipasi menyumbang terjangkitnya virus HIV / AIDS cepat menyebar. Disadari atau tidak bahwa komunikasi yang dibangun antara kelompok LGBT di dalam aplikasi chating mengarah hanya aktivitas seks. Padahal kita tidak mengetahui latar belakang lawan seks yang baru ditemui melalui aplikasi chating. Apakah melakukan seks “aman” dengan menggunakan alat kontrasepsi menjamin bahwa tidak tertular penyakit kelamin? Jawabannya belum tentu.

 

LGBT Vs Toleransi

Reaksi massa kelompok LGBT di beberapa Negara bisa saja karena dipicu bahwa kelompok minoritas ini merasa bahwa mereka tertindas. Semakin masyarakat berupaya memerangi keberadaan kelompok  LGBT maka semakin kuat pula mereka menunjukkan perlawanan (resistensi) terhadap kelompok yang menentang. Berlindung pada hak asasi manusia, menjadikan kelompok LGBT menunjukkan eksistensinya ditengah masyarakat. Namun kembali lagi pada dasar hukum dan aturan Negara mendukung keberadaan kelompok ini atau tidak. Secara hukum bahwa Indonesia tidak mungkin melegalkan pada saat ini, namun tidak tahu sepuluh atau seratus tahun lagi. Kebijakan legal non legal mau tidak mau bahwa pemangku kepentingan yang memiliki kekuatan.

Ancaman, siakap tidak diterima oleh masyarakat atas keberadaan LGBT yang merupakan pondasi dasar kelompok LGBT “menggugat”. Tuntutannya hanya sederhana, penerimaan dan tidak didiskriminasikan. Bahwa LGBT itu ada, bahwa LGBT itu dekat dengan kehidupan keseharian kita. Masalahnya adalah mindset masyarakat sudah terlanjur menganggap bahwa LGBT adalah perilaku yang menjijikkan. Banyak yang kemudian menganalogikan bahwa “anjing saja tidak mungkin melakukan hubungan badan dengan anjing berkelamin sama”. Pola pikir demikian yang menjadikan seseorang mendeskreditkan atas perilaku kelompok LGBT. Analogi binatang juga merendahkan harkat dan marbat sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun