Bayangkan, kalau setiap remaja yang selesai menonton film tersebut menjadi kesengsem dengan cerita cinta Dilan dan Milea, lalu berkhayal mempunyai pacar seperti dua sejoli dalam film tersebut.
Tentu sebagian akan memprotes tulisan ini dengan dalih. Justru kan bagus kata-katanya kita ganti dengan kata-kata yang lebih baik sebagai sarana dakwah atau sebagai penyeimbang dari sesuatu yang kurang baik. Ya, disatu sisi mungkin benar. Tapi, efek yang tidak bisa kita hindari, salah satunya film Dilan semakin populer dan membuat penasaran.
Disadari atau tidak, saat ini fenomena Dilan ikut menjangkiti kita. Seperti tadi saya bilang, fenomena ini ibarat dua mata pedang yang sama tajam. Disatu sisi kita tidak ingin generasi kita terjangkit dengan yang namanya 'virus' pacaran dan cinta-cintaan yang belum halal. Tapi di sisi lain, dengan kita ikut menyebarkan meme ataupun kalimat dalam film tersebut menjadi lebih Islami, justru membuat film Dilan semaki populer, dan orang semakin penasaran dengan film tersebut. Jujur, saya pun jadi penasaran. Seperti yang pernah saya dengar dari ilmu pemasaran; Marketing atau promosi yang diulang-ulang akan menimbulkan ketertarikan.
Dijaman yang serba abu-abu ini saya hanya menyarankan, agar kita lebih bijak lagi dalam menerima informasi melalui broadcast-broadcast yang lalu lalang di handphone kita. Pilihan ada di tangan kita. Ikut share atau tahan cukup sampai pada kita broadcast tersebut. Apapun itu pastinya memiliki konsekuensi masing-masing. Tentunya, sebagai muslim kita diharapkan mengambil pilihan yang mudaratnya lebih kecil, dibandingkan kita sekedar ikut-ikutan tanpa tahu konsekuensi apa yang akan kita terima nantinya. Wallahua'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H