Kesamaan antara ucapan dan tindakan, Rasulullah senantiasa menyuruh para shahabatnya berbuat kebaikan, beliau orang yang pertama melakukan hal itu. Rasul juga melarang berbuat kejahatan, dan beliau pula orang yang pertama menjauhi larangan itu. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. As-Shaf/61: 2-3).
Adil dan Egaliter, Guru harus bersikap adil dan arif di depan anak muridnya, baik dalam membagikan tugas atau  kewajiban lainnya. Guru tidak boleh mengistimewakan seseorang dari yang lainnya, hanya karena hubungan kerabat. Jika itu terjadi berarti ia menzhalimi murid-muridnya yang lain.
Sikap seperti ini pernah dilakukan Rasulullah ketika Usamah bin Zaid berusaha meminta keringanan untuk Al-Makhzumiyah ketika ia melakukan pencurian. Maka Rasulullah bersabda, "Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." Betapa konsisten Nabi dengan prinsip keadilan sekalipun mengenai diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang paling beliau cintai. (Nawwal Ath-Thuwairaqi dalam Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah).
Berakhlak Mulia, Tidak diragukan lagi bahwa sikap dan tutur kata yang baik dapat berpengaruh pada jiwa, melunakkan hati serta menghilangkan kedengkian dalam dada. Begitu pula sikap yang ditampakkan oleh guru, bisa positif dan negatif. Positif karena memang sikap dan wajah cerianya dapat menyenangkan hati, dan negatif karena sikap dan wajah masamnya tidak menyenangkan.
Rasulullah adalah sebaik-baik manusia, baik fisik maupun jiwanya. Bahkan beliau adalah sebagus-bagusnya orang yang berbudi pekerti. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Q.S. Al-Qolam/68:4). Â Beliau bukanlah orang yang bersikap dan bertutur kata yang keras dan kasar, melainkan orang yang lemah lembut, toleran dan penyayang terhadap umatnya.
Maka sepantasnya, seorang guru mengikuti keteladanan guru terbaik Rasulullah Saw. dalam berperilaku serta berakhlak mulia, dimana berakhlak mulia itu merupakan media yang sangat berguna untuk memberikan suatu pelajaran terhadap anak murid. Sebab pada umumnya seorang murid berperilaku seperti perilaku gurunya.
Sabar dan Mengekang Hawa Nafsu, Rasulullah merupakan pendidik yang sangat penyabar dan lembut kepada para shahabatnya, bahkan kepada para musuhnya. Beliau tidak pernah marah, kecuali jika terjadi pengabaian dan pelecehan dalam hukum-hukum Allah atau tindakan buruk terhadap Islam.
Seorang guru pasti bergaul dengan anak muridnya yang memiliki watak dan pemikiran berbeda. Karena itulah seorang guru dituntut untuk bersabar dan bertanggung jawab. Tidak adanya kesabaran bagi guru akan berdampak negatif pada psikologinya. Perlu diketahui, bahwa kesanggupan bersabar dan menahan amarah merupakan tanda kekuatan seorang guru. Allah berfirman: "...dan orang-orang yang menahan amarahnya serta mema'afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Q.S. Al-Imran/3:134). Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.: "Kekuatan bukanlah ketika ia mampu mengusai manusia, akan tetapi kekuatan adalah ketika ia mampu menguasai dirinya ketika marah." (Muttafaqun Alaih)
Baik Dalam Tutur Kata, Perkataan yang tidak baik, kotor, penuh cacian serta memperolok-olok orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai, terlebih-lebih bagi seorang guru. Selain watak tersebut memalukan, juga berdampak buruk bagi orang lain, terutama muridnya. Diantara perkataan-perkataan yang harus dihindari adalah:
a. Memperolok-olok orang lain
Allah SWT berfirman: