Latar Belakang
Prinsip belajar berpikir dipraktikkan dalam bentuk kegiatan kelompok antar siswa
pada saat membuat kerangka cerita pendek. Siswa akan berbagi ide untuk membangun
kerangka cerita pendek mereka. Prinsip belajar berpikir adalah menggali sikap saling
menghormati dan menghargai perbedaan pendapat melalui keteladanan. Prinsip
pembelajaran terbuka memerlukan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan yang
dimaksud adalah siswa harus diberi kebebasan bereksperimen seiring berkembangnya
imajinasi, logika, danpemikirannya. Prinsip keterbukaan memerlukan sikap kerjasama,
demokrasi, dantoleransi. Siswa, sebagai individu dan makhluk sosial, pada umumnya
senang bekerja sama, membantu, bersaing, danberdebat. Oleh karena itupembelajaran
yang berlandaskan prinsip keterbukaan diharapkan dapat memberikan sarana
menyikapi secara hormat dan bertanggung jawab terhadap tindakan dan keinginan
setiap individu.
Model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai pendidikan karakter
dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil dari penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis masalah yang memuat nilai pendidikan karakter yang dapat
digunakan untuk pembelajaran menulis cerpen. Model ini dibuat dalam beberapa tahap
penelitian, yaitu: Analisis kebutuhan, Penyusunan desain model, Uji validasi oleh tim
ahli, Revisi desain model, Uji coba terbatas pada pengujian kelas pengguna model, dan
revisi akhir atau perbaikan model.
Diterimanya model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dibuktikan dengan observasi
proses pembelajaran danhasil belajar berupa nilai tesmenulis cerpen Peran guru dalam
pembelajaran menulis cerpen adalah sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.
guru menginspirasi danmemotivasi siswa untuk belajar. Belajar menulis cerita pendek
bukan hanya soal teori, tapi juga praktik. Dengan begitu, belajar menulis cerita pendek akan lebih bermakna.
Guru dituntut untuk mampu mengatur pembelajarannya dengan baik. Mempelajari
cara menulis cerita pendek dengan sukses memerlukan persiapan yang matang. Hasil
tes kemampuan menulis cerpen secara umum menunjukkan hasil yang baik. Hal ini
dibuktikan dengan rata-rata peningkatan perdimensi yang dicapai sebelum dansesudah
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai
pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, ditemukan beberapa rumusan masalah,
diantaranya adalah:
1.) Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?
2.) Bagaimanakah ciri-ciri dan Karakteristik dari Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL)?
3.) Apa Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.) Bagaimana langkah-langkah (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?
5.) Apa saja manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?
6.) Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?
7.) Apa Tujuan dari Model Pembelajaran berbasis masalah(PBL)?
8.) Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis
Masalah(PBL)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.) Untuk mengetahui tentang devinisi Pembelajaran Berbasis Masalah
2.) Untuk mengetahui tentang ciri-ciri dan Karakteristik dari PBL
3.) Untuk mengetahui tentang Teori yang mendasari model PBL
4.) Untuk mengetahui tentang langkah-langkah(implementasi/pelaksanaan)
PBL
5.) Untuk mengetahui tentang manfaat dari PBL
6.) Untuk mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan PBL
7.) U ntuk mengetahui Tujuan dari Model Pembelajaran berbasis
masalah(PBL)
8.) Untuk mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis
Masalah(PBL)
PEMBAHASANÂ
2.1 Devinisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah(PBL)
Problen based learning adalah suatu pembelajaran yang berbasis
dengan sebuah metode untuk memperkenalkan peserta didik terhadap
suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Peserta
didik diminta untuk mencari solusi mengenai bagaimana cara
menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi dalam proses pembelajaran.
Berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek atau project based
learning, dalam hal ini solusi yang ditawarkan tidak harus berupa produk.
Namun proses yang dihadapkan adalah suatu pencarian mengenai jawaban
dari masalah yang dihadapi. Hal ini menjadi fokus utama dan hasil
akhirnya bukan sebagai penentu salah satu benar karena sifatnya yang
terbuka.
Problen based learning adalah model pembelajaran yang
mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan
selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan.
Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari
seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.
Problem based learning diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969,
dari sebuah sekolah kedokteran bernama McMaster University, Hamilton,
Kanada. Setelahnya banyak sekolah hingga universitas di seluruh dunia
yang memakai metode pembelajaran dan masih dipakai sampai saat ini
terus dikembangkan.Â
Metode ini mengarahkan peserta didik dalam mendapatkan ilmu baru,
menggunakan analisis dari berbagai pengetahuan serta pengalaman belajar
yang dimiliki. Setelah itu menghubungkan apa yang dimiliki dengan
permasalahan belajar yang diberikan para guru. Pada intinya pembelajaran
berbasis masalah ini dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar
pada siswa.
Proses belajar yang mengutamakan kemampuan analisis terhadap
materi pembelajaran dari para siswa secara mandiri. Menggunakan
permasalahan yang nyata untuk dihadapinya, para peserta didik bisa
belajar berpikir secara kritis. Kemudian mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mendapat pengetahuan secara mandiri.
Poblem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pada proses belajar
dengan cara melibatkan suatu permasalahan. Metode ini mengharuskan
murid untuk berpikir kritis dan analitis, bekerjasama dalam kelompok, dan
belajar menyelesaikan problematika melalui fikiran yang kritis. PBL juga
memungkinkan siswa untuk menetapkan dan memanfaatkan segala sumber
untuk belajar yang sesuai. Metode pemecahan masalah atau PBL
mengajarkan murid untuk memecahkan atau mencari jalan keluar dari
sebuah permasalahan terbuka di dalam pembelajaran.
2.2 Pengertian Menurut Ahli
Duch menjelaskan bahwa problem based learning adalah sistem belajar
yang menantang peserta didik dalam belajar mengenai cara belajar.
Bekerja sama secara berkelompok, tujuan dilakukan proses in Ini adalah
untuk mencari solusi dari mana permasalahan di dunia secara nyata dan
terjadi adanya.
b. Arends
Merupakan suatu pendekatan dalam hal pembelajaran yang memaksa
siswa menghadapi suatu masalah secara nyata. Kemudian dalam hal ini
diharapkan siswa bisa menyusun pemahaman dan pengetahuannya sendiri,
menumbuhkan karakteristik dan keterampilan guna meningkatkan
kepercayaan diri.
c. Gd. Gunantara
Pendekatan mengenai bagaimana cara membuat konfrontasi kepada pelajar
dengan masalah-masalah praktis dan secara nyata yang dimulai dengan
pemberian masalah. Kemudian masalah ini harus sesuai dengan konteks
dunia nyata adalah contoh problem based learning.
d. Shoimin
Problem based learning menurut shoimin adalah cara mengenai bagaimana
menciptakan suatu suasana belajar yang mengarah pada permasalahan
sehari-hari. Tentunya dengan tujuan agar siswa yang belajar mendapat
pengalaman bermakna untuk menjalani kehidupan.
e. Glazer
Glazer berpendapat mengenai problem based learning merupakan salah
satu dari sekian banyak strategi belajar di mana seorang siswa yang secara
aktif dipaksa menghadapi permasalahan kompleks dan situasi yang
membutuhkan ketegasan dan keputusan secara nyata.
Keuntungan dari model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu anak-
anak memiliki efek positif disebabkan cara belajar dengan masalah yang
disajikan untuk mereka terkait dengan situasi dunia nyata. Ini dapat membuatÂ
mereka lebih merasa tertantang dan penasaran dengan yang
dipelajari.
Satu hal terpenting untuk diperhatikan ketika menggunakan jenis
metode belajar dari masalah yaitu mengorientasikan pelajar kepada
masalah. Tahap ini memberi penentuan berhasilnya implementasi model
tersebut sebab masalah yang dihadapkan tersebut diharuskan memiliki
kesinambungan kepada fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari,
yaitu masalah harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik. Sesuai
dengan prinsip pembelajaran berbasis maslah, guru harus bisa membuat
suasana belajar menggembirakan, sehingga pelajar merasa senang untuk
mengikuti proses belajar.
Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) juga mengutamakan
proses pembelajaran, dan pekerjaan guru harus fokus memberi bantuan
pada pelajar mempelajari keterampilan mengarahkan diri sendiri. Pada
model ini, sebagai guru perannya adalah sebagai pemberi pertanyaan,
pembicara, memberi bantuan untuk mencari masalah dan memberi fasilitas
pembelajaran. Guru juga mendorong pelajar untuk memberi semangat
yang dapat menambah kecerdasan dan kemampuan bereksplorasi siswa.
Model ini hanya akan terwujud jika pendidik dapat menciptakan suasana
kelas yang terbuka sehingga mampu mendorong pertukaran gagasan.
Menurut beberapa penjelasan tentang definisi pembelajaran
berbasis masalah (PBL), pembelajaran berbasis masalah adalah model cara
belajar yang memberikan pelajar dalam bentuk bahan permasalahan dunia
nyata untuk memulai pembelajarannya. Model ini juga merupakan model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar positif
kepada siswa. Dalam kurikulum, masalah dirancang untuk membekali
siswa dengan pengetahuan penting, keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan partisipasi kelompok, dan keterampilan belajar mandiri.
Proses pembelajaran berlangsung melalui pendekatan sistematis.
2.3 Ciri-ciri dan Karakteistik Model Pembelajaran BerbasisÂ
Masalah(PBL)
Menurut La Moma (2015) Berpikir kreatif dalam matematika dapat
dipandang sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis,
termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat
membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam
matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi
kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas
dalam pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dalam
merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan
baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan kelancaran
dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang
berkaitan dengan kreativitas secara umum.
Menurut Nurmasari dkk (2014) Berpikir kreatif dalam matematika dan
dalam bidang lainnya merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu
dikembangkan terutama dalam menghadapi era informasi dan suasana
bersaing semakin ketat. Individu yang diberi kesempatan berpikir kreatif
akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan. Sebaliknya,
individu yang tidak diperkenankan berpikir kreatif akan menjadi frustrasi
dan tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif tersebut adalah dengan
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Azhari (2013) antara
lain meliputi:
1. Keterampilan berpikir lancar
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban
b. Menghasilkan motivasi belajar yang relevan
c. Arus pemikiran lancar
2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan
c. Arah pemikiran yang berbeda
3. Keterampilan berpikir orisinil
a. Meberikan jawaban yang tidak lazim
b. Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain
c. Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
b. Memperinci detail-detail
c. Memperluas suatu gagasan Berdasarkan penjelasan di atas, maka
ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif dapat dijadikan indikator
dalam menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang.
Menurut Barrows, ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis
masalah yang ditonjolkan, khususnya:
a. Proses Pembelajaran Berpusat pada Siswa
b. Proses belajar dilakukan dengan membentuk kelompok kecil
c. Guru adalah sebagai fasilitator atau pembimbing
d. Bentuk masalah yang dibahas pada saat pembelajaran disusun menurut
bentuk dan tujuan tertentu serta merupakan rangsangan belajar
e. Informasi baru akan diperoleh jika pelajar telah melakukan belajar
secara mandiri (self-study)
f. Masalah adalah cara untuk meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan permasalahan klinik.
3
Salah satu ciri strategi pembelajaran berbasis masalah adalah:
a. Pembelajaran diawali dengan soal
b. Permasalahan harus relevan dengan dunia nyata siswa
c. Menyelenggarakan pembelajaran seputar masalah daripada mata
pelajaran sains
d. Membuat siswa memiliki tanggung jawab dalam hal merancang dan
melaksanakan pembelajarannya sendiri
e. Dalam kelompok kecil
f. Mintalah siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari
dalam bentuk produk dan pertunjukan.
Menurut Arends, berbagai perkembangan pengajaran berbasis masalah telah
melahirkan model pengajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
1. Otentik, yaitu permasalahan adalah yang berakar dari kehidupan nyata
dalam keseharian siswa, bukan dari kehidupan nyata siswa.
2. Jelas, artinya masalah harus disusun dengan jelas dan rinci, sehingga
pelajar tidak menemui kesulitan untuk menyelesaikannya.
3. Mudah dipahami, yaitu soal harus mudah dipahami siswa dan sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
4. Luas dan relevan dengan tujuan pembelajaran, artinya permasalahan
mencakup muatan yang dipelajari dalam rentang waktu, ruang, dan sumber
daya yang tersedia.
5. Berguna, yaitu soal bermanfaat bagi siswa sebagai pandangan untuk
mencari jalan keluar atas masalah dan bagi guru sebagai pencipta masalah.
Menekankan keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalahnya harus berkaitan
dengan banyak disiplin ilmu yang berbeda.
2.4 Teori yang Mendasari Model Pembelajaran BerbasisÂ
Masalah(PBL)
Pendekatan belajar dengan metode Model Problem-Based Learning (PBL)
didukung dengan teori pembelajaran dan pengembangan. Teori-teori yang
mendasari pengembangan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah
teori perkembangan Piaget, teori pembelajaran konstruktivis sosial Vygotsky,
teori pembelajaran dan penemuan Bruner serta teori John Dewey.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Piaget menekankan anak itu selalu
mempunyai rasa penasaran mengenai apa yang ada di sekelilingnya sehingga
mampu membentuk pemikiran kedepan tentang lingkungan tempat tinggalnya.
Mereka mengembangkan dan mendapatkan lebih banyak bahasa, memiliki
kemampuan mengingat, dan mempunyai gambaran mental yang kompleks
tentang dunia. Fase perkembangan tersebut memotivasi mereka agar meneliti
dan mengklarifikasi teori.
Perspektif konstruktivis kognitif merupakan sebuah dasar atas
pembelajaran berbasis masalah. Piaget mengemukakan siswa bisa
mengutarakan pendapat secara aktif mengumpulkan berbagai ilmu dan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.Pengetahuan memiliki sifat yang
dinamis, kemuadian hal ini menyebabkan peserta didik mengalami suatu
pengalaman yang belum mereka temui sebelumnya, diharuskan untuk
mengubah sedikit mengenai pengetahuan yang mereka peroleh. Piaget
berpendapat pedagogi yang baik menganjurkan melakukan sebuah percobaan
terhadap sesuatu, melakukan modifikasi, dan mempertanyakan suatu hal laluÂ
kemudian dapat menemukan jawabannya secara mandiri, melihat perbedaan
dan persamaan hjawaban mereka dengan pengalaman mereka sendiri, dan
menilai hasil mereka dengan hasil anak-anak lain.(Arends, 2012:400- 401).
Piaget berpendapat bahwa hubungan antara perkembangan otak, sistem
saraf, dan pengalaman yang membuat seseorang mampu melakukan adaptasi
dengan lingkungannya merupakan dasar dari perkembangan kognitif. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif anak berlangsung dan terjadi dalam empat
periode. Pertama, tahap sensorimotor,hal ini merupakan tahap pengembangan
kemampuan kognitif dan pemahaman; kedua, tahap pra operasi, merupakan
proses pengaruh mental terhadap subjek tertentu; ketiga, tahap operasi konkrit,
merupakan suatu bagian dari perkembangan sikiran yang rasional; dan
keempat, tahap operasional formal, adalah pengembangan pemikiran yang
memiliki sifat abstrak (tidak jelas), memberikan penalaran dengan logis dan
memunculkan sebuah kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam teori
embelajaran kontruktivisme social Vygotsky menghormati segala aspek dalam
kehidupan social maupun membuat munculnya suatu gagasan pemikiran baru
yang menambah kecerdasan murid. Kunci belajar dengan memperhatikan
aspek social adalah konsep zona pengembangan proksimal.
Vygotsky memiliki pandangan pelajar mempunyai dua macam
tingkatan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan diartikan sebagai fungsi
intelektual dan kemampuan belajar mandiri individu, dan tingkatan
perkembangan potensi ini dapat digapai dengan bantuan pihak lain, seperti
seorang guru, orang tua, dan seorang kawan yang memiliki kompetensi lebih.
Vygotsky menyebut mengenai tingkatan pengembangan aktual dan potensial
sebagai zona perkembangan proksimal. Pendidikan berdasarkan gagasan
Vygotsky berlangsung melalui komunikasi antara siswa, pendidik, dan teman sebayaÂ
berdasarkan suatu rintangan yang bersesuaian dengan usia dan
pengembangan terdekat di mana pembelajaran baru berlangsung. (Arends,
2012:401).
Vygotsky berpendapat mengenai persepsi perbuatan adalah pembuktian
yang nyata bagaimana pendidikan mempengaruhi perkembangan anak.
Menurut Vygotsky, anak dilahirkan dengan mental yang memiliki sifat paling
dasar. Misalnya, mereka mempunyai potensi untuk memahami tentang dunia
yang luas, dan kemampuan berkonsentrasi. Keterampilan komunikasi
membentuk kesehatan mental. Teori Vygotsky berfokus pada konsep
pembelajaran sosiokultural. Teori yang melandasi gagasan dari Vygotsky lebih
fokus pada hubungan pada faktor internal dan eksternal pembelajaran serta
pentingnya lingkungan belajar sosial.
Teori Bruner dan pembelajaran penemuan Jerome Bruner dan
temannya memberikan masukan teori penting terhadap apa yang disebut
pembelajaran penemuan, suatu model pembelajaran yang dapat membantu
siswa memahami struktur atau gagasan mengenai maksud dari suatu ilmu,
perlunya suatu proses dalam belajar yang mengikutsertakan para murid dengan
aktif dan keyakinannya. penemuan pribadi merupakan pembelajaran sejati.
Salah satu tujuan pembelajaran adalah memberikan hasil dari temuan siswa.
Discovery learning memberi penekanan terhadap penalaran induktif dan
penelitian yang bercirikan metode ilmiah dan pemecahan masalah. Bruner
memberikan gambaran tentang scaffolding (dukungan) yang dapat membantu
siswa memahami isu-isu yang berada di luar kemampuan yang mereka
kembangkan dan didukung oleh para pendidik atau individu yang memiliki
keahlian di bidang isu yang sedang diteliti.
Dialog sosial juga menjadi salah satu hal yang penting pada proses
belajar Bruner, karena Bruner berpendapat bahwa interaksi sosial,Â
yang ada di dalam maupun di luar sekolah, dapat membantu siswa memahami atau
menguasai bahasa dan perilaku untuk memecahkan masalah siswa. Intinya,
seorang pendidik yang menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah mungkin menekankan partisipasi aktif siswa, orientasi induktif
dibandingkan deduktif, dan penemuan atau konstruksi siswa dari pengetahuan
yang telah mereka temui. Disaat guru menggunakan presentasi atau instruksi
langsung, siswa bisa membentuk opini mereka tentang dunia, dan disaat
pendidik menggunakan pembelajaran berbasis masalah melalui cara
memberikan pertanyaan terhadap siswa, yang bisa membantu siswa berfikir
mengenai gagasan mereka secara mandiri..
 Menurut teori belajar Jerome Bruner, memungkinkan murid
mendapatkan kembali daripada menemukan sesuatu hal baru. Eksplorasi
pengetahuan yang dilakukan siswa secara aktif dapat mendatangkan hasil yang
sangat baik, sehingga sangat cocok untuk pembelajaran penemuan. Siswa
berusaha memecahkan masalah dengan menggunakan apa yang diketahuinya
dan mencapai hasil yang bermanfaat (Ilmiah, 2016: 21). Berdasarkan teori
Bruner, manusia bertindak, berpikir dan menciptakan informasi. Menurut
Bruner, pembelajaran didasarkan pada tiga proses kognitif, yang pertama
adalah proses pengumpulan informasi baru; kedua, proses penyampaian
informasi yang diterima (konversi); dan terakhir proses mengevaluasi relevansi
dan keakuratan pengetahuan.
Teori John Dewey, kelas adalah laboratorium pemecahan masalah John
Dewey percaya sekolah adalah cerminan pembentukan karakter yang amat
begitu luas dan ruang kelas merupakan suatu ruang untuk pemecahan masalah.
Menyelidiki dan memecahkan masalah di kehidupan. Teori pendidikan John
Dewey memberi pelajaran untuk para guru mengikutsertakan siswa pada
pendidikan berbasis masalah dan mendorong siswa melakukan penyelidikanÂ
isu-isu penting sosial dan intelektual. John Dewey dan siswa-siswanya
memiliki pandangan mengenai kegiatan pembelajaran diharuskan mempunyai
suatu visi yang tidak dapat digambarkan (abstrak), dan suatu visi proses belajar
mampu dicapai secara lebih baik jika para guru memerintahkan siswa dalam
kelompok belajar yang dibentuk untuk mengerjakan segala pekerjaan yang
mereka sukai. Visi proses belajar yang berorientasi pada visi atau memiliki
pusat terhadap permasalahan dengan kemauan siswa agar dapat mengerti
suasana pembelajaran yangmemiliki maksud terhadap diri sendiri, eksplisit,
dan relevan dengan proses belajar. kontemporer berbasis masalah modern yang
disertai filosofi pendidikan dan pengajaran Dewey .
Menurut teori belajar Dewey, struktur kognitif adalah pengalaman dan
wawasan pada diri seseorang, artinya setiap siswa mempunyai unsur kognitif
yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan seseorang.Pengalaman dan
minat siswa menjadi landasan pembelajaran, memungkinkan mereka memberi
makna dan mempunyai kemampuan untuk membentuk pengalamannya.
2.5 Langkah-Langkah (Implementasi/Pelaksanaan) Dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Penerapan pengajaran berbasis masalah meliputi 5 langkah proses, yaitu:
1. Tahap kesatu adalah proses pengenalan murid terhadap
permasalahan. Pada tahap ini, gurumemberi tau mengenai visi
proses belajar, menjelaskan kebutuhan logistik, dan memberi
dorongan kepada siswa agar melibatkan diri untuk menyelesaikan
masalah dan pengajuan masalah.
2. Tahap kedua, organisasi kemahasiswaan, yaotu guru
mengelompokkan murid menjadi beberapa kelompok, memberi
arahan kepada mereka mengidentifikasi dan mengelompokkan tugas-tugas
 pembelajaran yang berkaitanterhadap permasalahan.
3. Tahap ketiga, instruksi untuk proses menyelidiki pada tiap individu
dan kolektif. guru memberi motivasi siswa untuk mencari informasi
sesuai keperluan, melakukan percobaan dan penelitian untuk
memperoleh jawaban.
4. Tahap keempat, kembangkan dan presentasikan hasilnya. Guru
memberi arahan pada murid untuk penyususnan laporan, dokumen,
atau sampel, dan juga memberi perhatian kepada murid agar saling
berbagi untuk mengerjakan PR bersama teman.
5. Tahap kelima, proses analisa dan evaluasi terhadap segala kegiatan
mencari dan menyelesaikan masalah. Guru harus membantu para
murid untuk memberi refleksi mengenai hasil penyelidikan yang
sudah dilakukan.
PBLadalah suatu model dalam proses belajar yang memiliki pusat terhadap
para pelajar, artinya guru harus siap melaksanakannya. Artinya siswa harus
beradaptasi karena telah menjadi aktor utama di dalam proses belajar. Menurut
Arrends, "proses melibatkan siswa dalam pengelompokan siswa dalam
pembelajaran memaparkan mereka pada masalah-masalah sulit berakibat
timbulnya problematika yang makin serius apabila tidak ada penanganan.
Berikut adalah bentuk strategi yang bisa digunakan pendidik untuk menavigasi
transisi ini:
1. Menulis proses utama berkumpulnya kelompok di papan tulis.
menggunakan isyarat visual, siswa dapat lebih mudah berpindah ke
kelompoknya sendiri-sendiri.Â
2. Nyatakan instruksi secara jelas dan mulailah untuk minta kepada
siswa dua atau tiga untuk memparafrasekan instruksi tersebut.
Terdapat siswa menolong siswa lain menyusun ulang instruksi
untuk menarik perhatian mereka dan memberi tahu guru apakah
instruksi tersebut dipahami.
3. Identifikasi dan tandai dengan jelas lokasi masing-masing
kelompok belajar. Kadang-kadang terdapat yang tidak bisa diisi
oleh siswa maka menimbulkan tidak tersebar merata ke seluruh
ruangan.Siswa memiliki kecenderungan bersatu pada ruangan yang
mudah dijangkau. Untuk menciptakan suatu kelompok kecil yang
efektif , guru perlu memberi arahan yang jelas untuk menentukan
ruangan yang akan dihuni dari pembagian kelompok dan
mendorong mereka untuk menuju tempat tertentu.
2.6 Manfaat Dari Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah memberikan berbagai manfaat bagi
siswa, antara lain:
1. Keaktifan siswa meningkat
2. Memperoleh ilmu dari sumber mandiri yang diteliti siswa sendiri, sehingga
lebih mudah dipahami dan dipahami
3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa agar lebih luas.
4. Berani mengemukakan pendapat
5. Melatih keberanian siswa berbicara di depan orang banyak
6. Mampu mempertebal semangat solidaritas
7. Mampu menghargai pendapat orang lain
Menurut Joyoleksono dkk .(2022) berpendapat bahwa model pembelajaran
berbasis masalah memiliki kelebihan yaitu:
a. Pelajar diberi tantangan untuk memecahkan masalah yang memungkinkan
mereka menemukan informasi yang berbentuk penyelesaian dari masalah
tersebut.
b. Persatuan yang kuat dapat dibentuk melalui diskusi dengan kelompok
c. Siswa berani mengemukakan pendapatnya
d. Pelajar menjadi terbiasa untuk memecahkan masalah.
Tujuan yang ingin dicapai dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan berbagai alternatif pemecahan
masalah. Dan tujuan utama Pembelajaran Berbasis Masalah bukanlah hanya
menyampaikan banyak pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih pada
pengembangan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah. Selain itu, metode ini bertujuan untuk membantu siswa menjadi
pembelajar mandiri dan meningkatkan keterampilan sosial mereka melalui
kolaborasi dalam mengidentifikasi informasi, strategi dan sumber belajar yang
relevan yang dapat menyelesaikan masalah.
2.7 Kelebihan Serta Kekurangan Pembelajaran BerbasisÂ
Masalah (PBL)
A. Beberapa kelebihan dari PBL antara lain:
a. Memberi tantangan kepada pelajar serta memberi rasa puas ketika
mendapatkan pengetahuan baru..
b. Meningkatkan rasa semangat untuk belajar pada siswa.
c. Melatih siswa untuk memahami masalah kehidupan nyata.
d. Membuat siswa mendapatkan pembelajaran baru serta bertanggung jawab
atas pembelajarannya, selain itu PBM dapat memotivasi murid untuk
mengevaluasi sendiri dari proses dan kemajuan belajarnya.
e. Mengembangkan bakat siswa dalam berpikir kritis dan beradaptasi
terhadap pengetahuan baru.
f. Menciptakan peluang bagi pelajar agar mengimplementasikan ilmu yang
dimilikinya di kehidupan nyata.
g. Mengembangkan kemauan pelajar agar meneruskan studi meskipun
pendidikan formal telah berakhir.
h. Menciptakan kondisi bagi siswa untuk memahami berbagai konsep yang
sudah dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan.
Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai berbagai kelebihan
seperti meningkatkan kemampuan berpikir siswa, membantu siswa lebih
berinovasi, meningkatkan minat belajar, dan menambah rasa keberanian
berbicara. Siswa dapat dengan mudah memahami dan memahami berkat
pengalaman mereka sendiri, mereka juga akan belajar bagaimana bekerja
dalam kelompok dan meningkatkan keberanian berkomunikasi di depan
khalayak umum. Menurut Prayoga, model pembelajaran berbasis masalah ini
memiliki beberapa kelebihan:
a. Membuat siswa memiliki rasa penasaran yang tinggi dan menciptakan
motivasi belajar
b. Memberikan pengetahuan yang baru kepada pelajar
c. Kemampuan berpikir kritis siswa akan meningkat
d. Membantu siswa dengan mudah menguasai konsep yang diketahuinya
untuk menyelesaikan masalah.
Hamdani mengemukakan beberapa kelebihan model PBL sebagai berikut:
a. Para pelajar dilibatkan ketika proses belajar, agar dapat mencerna informasi
lebih baik.
b. Melatih siswa agar dapat berkoordinasi dengan temannya
c. Para pelajar mampu mengumpulkan sumber penyelesaian masalah.. Rerung
(2017) menambahkan kelebihan PBL sebagai berikut
d. Mendorong para pelajar menyelesaikan masalah secara nyata
e. Pelajar didorong untuk mengembangkan wawasannya dengan aktivitas
pembelajaran
f. Bentuk metode belajar difokuskan pada masalah, maka pembelajaran yang
tidak berfungsi menyelesaikan persoalan tidak perlu dipelajari. Tujuannya
untuk mengurangi rasa beban penghafalan atau enyimpanan pengetahuan.
g. Kegiatan kerja kelompok adalah kegiatan ilmiah yang sudah dilakukan para
pelajar.
h. Pelajar terbiasa mencari sumber pengetahuan melalui berbagai cara seperti
penelusuran pada bahan pustaka dan metode wawancara.
B. Selain kelebihan itu, Problem based learning ini juga terdapat
kelemahan, yaitu:
a. Apabila siswa tidak merasa yakin dan tidak ada minat memecahkan
masalah, maka mereka lebih malas mencari jalan keluar.
b. Ada beberapa siswa yang beranggapan mengenai ketidakperluan
penyelesaian masalah yang tidak berkaitan dengan materu, sehingga lebih
baik jika mereka hanya belajar materi yang ada.
Menurut Prayoga, kelemahannya yaitu:
1. Pada suatu kelas, terdapat kelompok dengan mayoritas keberagaman
siswanya akan menimbulkan kesulitan dalam pemberian tugas.
2. Terkadang sumber daya tidak cukup Sumber daya yang diperlukan atau
tidak memadai dicari membuat kesulitan agar siswa menggali sumber
informasi
3. Memerlukan tenaga guru dalam memberikan dorongan dan motivasi siswa
untuk bekerja ketika belajar berkelompok
4. Model pengajaran pembelajaran berbasis masalah menghabiskan waktu
yang lebih banyak
C. Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelemahan sebagai
berikut:
1. Metode ini tidak bisa diterapkan pada semua mata pelajaran.
2. Apabila terdapat beberapa kemampuan murid yang sama-sama tinggi
dalam suatu kelas, maka proses pemberian tugas sulit.
3. Dibutuhkan banyak waktu untuk belajar.
4. Mengharuskan guru mampu memberi motivasi siswa agar kerja kelompok
menjadi aktif dan efisien.
5. Menentukan tingkat kesulitan masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir,
pengetahuan, dan pengalaman siswa memerlukan keterampilan dan
kemampuan guru.
6. Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup lama.
7. Mengubah kebiasaan siswa dari pasif menjadi aktif dalam memecahkan
masalah bisa menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Hamdani memberi pendapat tentang beberapa kekurangan model PBLyaitu:
1. Tujuan metode itu tidak dapat terwujud bagi siswa yang malas
2. Memerlukan jumlah waktu dan dana besar
3. Penerapan tidak dapat pada semua mata pelajaran.
4. Akan terjadi kesulitan dalam membagi tugas pada kelompok yang memiliki
anggota beragam
5. PBL jika diterapkan pada SD kurang tepat karena memerlukan sistem kerja
kelompok
6. PBL membutuhkan waktu relatif lebih lama
7. Membutuhkanketerampilan guru untuk membentuk semangat para siswa
belajar dalam bentuk kelompok.19
Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelemahan yaitu bisa
membingungkan siswa karena kemampuan pemahamannya berbeda-beda, ada
yang memahami materi dengan cepat, ada pula yang memahaminya dengan
lambat. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan masalah tersebut dan setiap siswa harus mampu memotivasi
dirinya sendiri untuk menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah
ini mempunyai sisi baik dan buruk. Diantara kelebihan dan kekurangan model
ini, guru harus mengembangkan nilai-nilai penting untuk meramaikan suasana
pembelajaran. Dalam model ini, guru tidak hanya terbatas menjadi subjek yang
memiliki peran utama di sesi belajar, tetapi dalam pembelajaran itu siswa juga
harus aktif dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritisnya. Meskipun
tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif, siswa dapat
memahami duniadengan sisi yang lebih bermakna.
2.8 Tujuan Model Pemebelajaran Berbasis Masalah(PBL)
Banyak data yang memberi petunjuk mengenai pembelajaran berbasis
masalah (PBL) berhasil menambahkan kemampuan berpikir kritis. Ada faktor-
faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat perbaikan antar studi.ini adalah
faktor internal dan eksternal. Faktor intrinsik yaitu tentang tingkat keinginan
siswa agar berhasil, kemauan belajar, dan keinginan untuk mencapai tujuannya.
Faktor ekstrinsik meliputi penghargaan, suatu proses belajar yang bermanfaat,
dan kegiatan belajar lebih menyenangkan.Tujuan model pengajaran berbasis
masalah adalah melatih siswa mempunyai keterampilan berani
mengemukakan pendapat dan berani berbicara di depan banyak orang,
sehingga mampu mengembangkan pola berpikir siswa dan mampu
meningkatkan kemampuan bekerjasama.dengan orang lain. siswa serta
menghargai pendapat satu sama lain.Siswa akan belajar bekerja sama dalam
kelompok dan mengembangkan kemampuan berpikir hingga berani
mengemukakan pendapat dan berbicara di depan banyak orang.
Mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar siswa serta
mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, melatih siswa
mempunyai keberanian ketika tampil di hadapan banyak orang, dan yang
paling penting, melatih sikap toleransi dan saling menghargai antar teman.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Imas Kurniasih dan
Berlin Sani (Ruspiandi, 2016) tujuan model pembelajaran berbasis masalah
adalah memberi bantuan kepada pelajar agar memiliki peningkatan cara
berpikir untuk memecahkan masalah, sehingga dapat menambahkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif , membantu siswa untuk mandiri agar
semakin paham pada hal yang umum dan lebih luas, sekaligus memungkinkan
siswa bekerja dalam kelompok.
2.9 Bagaimanakah Penilaian Serta Evaluasi Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL)
Dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL), penilaian merupakan
suatu proses darurat yang menilai pemahaman, keterampilan, dan keberhasilan
siswa dalam memecahkan masalah atau situasi multi-masalah yang dijadikan
kekuatan dalam pembelajaran.
Evaluasi atau evaluasi hasil PBL dilakukan berdasarkan jenis evaluasi
berbasil hasil atau evaluasi berbasis proses. Penilaian berbasis hasil dapat
dilakukan melalui makalah akademis dan esai, memberikan siswa kesempatan
untuk mengkritik dan merefleksikan suatu masalah.
Hal ini dapat berupa pertanyaan esai yang dimodifikasi, pengalaman praktis
jalur penalaran klinis, dan analisis skenario kasus.Sementara itu, penilaian yang
berorientasi pada proses seperti latihan lompat tiga kali, penilaian diri,
penilaian teman sejawat, refleksi diri, dan penilaian portofolio dapat diterapkan
untuk melacak kemajuan siswa melalui proses PBL hingga selesai.
1. Identifikasi Masalah : Pada awal PBL, siswa diberikan suatu masalah dan
diberi tugas untuk menyelesaikannya. Tahap evaluasi menguji pemahaman
Anda terhadap permasalahan yang diajukan. Mengajukan pertanyaan menilai
seberapa baik siswa memahami konteks masalah yang diberikan danapakah
mereka dapat mengajukan pertanyaan tentang masalah yang mereka hadapi.
2. Belajar Mandiri : .Artinya siswa mengeksplorasi informasi, mengembangkan
hipotesis, danberkolaborasi dengan teman sekelas. Evaluasi tersebut untuk
mengetahui sejauh mana Anda memahami informasi yang diperoleh melalui
kajian proses integrasi materi.
3. Diskusi Kelompok Penilaian pada tahap ini menitikberatkan pada peran siswa
dalam menyumbangkan gagasannya kepada kelompok danapakah mampu mengenaliÂ
perbedaan pendapat dalam kelompok.
4. Pemecahan Masalah: Tahap penilaian ini berfokus pada kemampuan siswa
dalam memberikan solusi dansaran terhadap masalah yang diidentifikasi.
Evaluasi dapat mencakup seberapa tepat, masuk akal, masuk akal, dan
didukungnya solusi yang diusulkan dengan bukti yang kuat.
5. Mempresentasikan Hasil: Setelah siswa menemukan solusi, mereka sering
diminta untuk mempresentasikan karyanya. Penilaian pada tahap ini berfokus
pada kemampuan Anda berkomunikasi secara lebih efektif. Menyampaikan
argumen persuasif danberhasil menjelaskan solusi yang diusulkan.
6. Pembahasan : Penilaian melibatkan suatu proses kegiatan belajar yang
berkesinambungan. Anda dapat menugaskan siswa untuk merefleksikan
pengalaman mereka menerapkan PBL untuk menilai pembelajaran mereka,
tantangan yang mereka hadapi, danbagaimana mereka dapat lebih
mengembangkan pemikiran mereka untuk memecahkan masalah dimasa
depan.
7. Penilaian Formatif vs Sumatif: Penilaian PBL dapat bersifat formatif (berlanjut
sepanjang proses pembelajaran dengan memberikan umpan balik dan
bimbingan kepada siswa) atau sumatif (menilai keberhasilan akhir setelah
proses pembelajaran selesai).
Prinsip pengembangan model pembelajaran berbasis masalah yang
memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.
Hasil analisis data wawancara mengarah pada pengembangan prinsip model
pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam pembelajaran. Penulisan cerpen dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Menulis cerita pendek menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Kegiatan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dimulai pada pembelajaran tahap pertama menulis cerpen. Prinsip interaksi
dalam pembelajaran menulis cerpen meliputi bimbingan guru dalam
menentukan judul, mengedit kerangka cerpen, dan mengembangkan kerangka
cerpen menjadi sebuah cerpen.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah pada saat pembelajaran
menulis cerpen, guru memberikan bimbingan dan petunjuk kepada siswa untuk
memperkuat pemahamannya terhadap keterampilan tersebut. Pada
pembelajaran menulis cerpen, siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
Mengajukan pertanyaan merupakan sarana untuk memperdalam pengetahuan
dan membantu siswa memahami materi menulis cerpen dan mendapatkan hasil
yang tepat. Siswa merasa lebih percaya diri mengajukan pertanyaan dalam
kelompok kecil. Kegiatan bertanya
(1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu.
(2) memusatkan perhatian pada isu-isu kunci.
(3) mendiagnosis kesulitan belajar.
(4) meningkatkan kadar belajar aktif.
(5) dirancang untuk meningkatkan kemampuan belajar Anda. Kemampuan
memahami informasi.
(6) meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat.
(7) dapat mengukur hasil belajar.
Prinsip belajar berpikir dipraktikkan dalam bentuk kegiatan kelompok antar siswa pada
saat membuat kerangka cerita pendek. Siswa akan berbagi ide untuk membangun
kerangka cerita pendek mereka. Prinsip belajar berpikir adalah menggali sikap saling
menghormati dan menghargai perbedaan pendapat melalui keteladanan. Prinsip
pembelajaran terbuka memerlukan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan yang
dimaksud adalah siswa harus diberi kebebasan bereksperimen seiring berkembangnya
imajinasi, logika, danpemikirannya.Prinsip keterbukaan memerlukan sikap kerjasama,
demokrasi, dantoleransi. Siswa, sebagai individu dan makhluk sosial, pada umumnya
senang bekerja sama, membantu, bersaing, danberdebat.
Oleh karena itupembelajaran yang berlandaskan prinsip keterbukaan diharapkan dapat
memberikan sarana menyikapi secara hormat danbertanggung jawab terhadap tindakan
dan keinginan setiap individu. Model pembelajaran berbasis masalah yang
memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil dari
penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah yang memuat nilai
pendidikan karakter yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis cerpen.
Model ini dibuat dalam beberapa tahap penelitian, yaitu:
(1) Analisis kebutuhan.
(2) Penyusunan desain model.
(3) Uji validasi oleh timahli.
(4) Revisi desain model.
(5) Uji coba terbatas pada pengujian kelas pengguna model, dan revisi akhir atau
perbaikan model.
Diterimanya model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dibuktikan dengan observasi
proses pembelajaran danhasil belajar berupa nilai tesmenulis cerpen Peran guru dalam
pembelajaran menulis cerpen adalah sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.
guru menginspirasi danmemotivasi siswa untuk belajar. Belajar menulis cerita pendek
bukan hanya soal teori, tapi juga praktik. Dengan begitu, belajar menulis cerita pendek
akan lebih bermakna. Guru dituntut untuk mampu mengatur pembelajarannya dengan
baik. Mempelajari cara menulis cerita pendek dengan sukses memerlukan persiapan
yang matang. Hasil tes kemampuan menulis cerpen secara umum menunjukkan hasil
yang baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata peningkatan per dimensi yang dicapai
sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang
memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.
PENUTUPÂ
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah model pemebelajaran
yang membuat pelajar menghadapi masalah di dalam kehidupan nyata dengan
tujuan memulai belajar. Model ini juga merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan siswa kondisi belajar aktif.
Ciri-ciri PBL diantarnya: Pengajuan Masalah, Keterkaitan Dengan Berbagai
Macam Disiplin, Penyelidikan yang Autentik, Menghasilkan dan Memamerkan
Hasil / Karya Pada pembelajaran berbasis masalah, Kolaborasi Pada
pembelajaran masalah.
Karakteristik dari PBL diantaranya: Pembelajaran dimulai dengan suatu
masalah, Permasalahan harus terkait dengan dunia nyata siswa,
Mengorganisasikan pembelajaran disekitar masalah daripada disiplin ilmu.
Teori Perkembengan Kognitif Piaget Piaget memberi penjelasan bahwa
seorang anak memiliki rasa penasaran yang tinggi tentang apa yang terjadi di
kehidupan dunia, hal itu mendorong mereka untuk selalu mencari tau, sehingga
terbentuklah representasi mengenai lingkungan di benak mereka.
Teori Belajar Social-konstruktivisme Vygotsky Vygotsky lebih
condong kepada aspek sosial, menurutnya, melalui interaksi sosial dapat
membangkitkan gagasan baru di dalam fikiran. Kunci dari aspek sosial
pembelajaran adalah sebagai konsep dari zona perkembangan proksimal.
Teori Bruner dan Discovery Learning Jerome Bruner beserta teman-temannya
menciptakan teori pembelajaran penemuan, taitu dapat membantu pelajar
memahami konsep dari disiplin ilmu tertentu.
Teori John Dewey, Kelas Sebagai Kelas Laboratorium Penyelesaian
Masalah John Dewey memiliki pandangan bahwa sekolah merupakan
pendidikan cerminan dari masyarakat yang sangat besar dan ruang kelas adalah
laboratorium untuk melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah dalam
kehidupan dunia nyata. Pelaksanaan atau (Implementasi) Problem Based
Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu: proses orientasi peserta didik pada
masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis dan
mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Manfaat dari PBL salah satunya adalah pelajar lebih aktif selama proses
belajar, mengetahui cara mencari sumber materi yang akan dipelajari sehingga
membuatnya mudah dipahami dan mudah dipahami,Meningkatkan pola pikir
siswa untuk lebih luas lagi, Berani dalam mengeluarkan pendapat sendiri.
Kelebihan dari PBL adalah Mengukur kemampuan pelajar dalam berfikir dan
memberi tingkat kepuasan yang tinggi akan pengetahuan batu, dan untuk
kelemahannya apabila siswa tidak mempunyai bakat dan kepercayaan bahwa
permasalahan yang sedang didalami tidak dapat dipecahkan, hal itu membuat
pelajar merasa malas untuk mencobanya.
Tujuan model pembelajaran berbasis masalah adalah membantu pelajar
menambah pemikiran yang lebih kritis, serta meningkatkam keterampilan pada
pelajar. Tujuan evaluasi PBL yaitu untuk menilai kemampuan siswa dalam
mengkritisi sesuatu, dalam melakukan kerja sama, menyelesaikan
problematika, dan menyuarakan gagasan-gagasan yang ada di otak mereka
dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H