Mohon tunggu...
adif fauzan
adif fauzan Mohon Tunggu... Wiraswasta - mahasiswa

saya adalah orang yang suka membaca dan berbaur dengan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Model Berbasis Masalah (Problem Base Learning)

10 Juni 2024   13:31 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Latar Belakang

Prinsip belajar berpikir dipraktikkan dalam bentuk kegiatan kelompok antar siswa

pada saat membuat kerangka cerita pendek. Siswa akan berbagi ide untuk membangun

kerangka cerita pendek mereka. Prinsip belajar berpikir adalah menggali sikap saling

menghormati dan menghargai perbedaan pendapat melalui keteladanan. Prinsip

pembelajaran terbuka memerlukan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan yang

dimaksud adalah siswa harus diberi kebebasan bereksperimen seiring berkembangnya

imajinasi, logika, danpemikirannya. Prinsip keterbukaan memerlukan sikap kerjasama,

demokrasi, dantoleransi. Siswa, sebagai individu dan makhluk sosial, pada umumnya

senang bekerja sama, membantu, bersaing, danberdebat. Oleh karena itupembelajaran

yang berlandaskan prinsip keterbukaan diharapkan dapat memberikan sarana

menyikapi secara hormat dan bertanggung jawab terhadap tindakan dan keinginan

setiap individu.

Model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai pendidikan karakter

dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil dari penelitian ini adalah model

pembelajaran berbasis masalah yang memuat nilai pendidikan karakter yang dapat

digunakan untuk pembelajaran menulis cerpen. Model ini dibuat dalam beberapa tahap

penelitian, yaitu: Analisis kebutuhan, Penyusunan desain model, Uji validasi oleh tim

ahli, Revisi desain model, Uji coba terbatas pada pengujian kelas pengguna model, dan

revisi akhir atau perbaikan model.

Diterimanya model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dibuktikan dengan observasi

proses pembelajaran danhasil belajar berupa nilai tesmenulis cerpen Peran guru dalam

pembelajaran menulis cerpen adalah sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.

guru menginspirasi danmemotivasi siswa untuk belajar. Belajar menulis cerita pendek

bukan hanya soal teori, tapi juga praktik. Dengan begitu, belajar menulis cerita pendek akan lebih bermakna.

Guru dituntut untuk mampu mengatur pembelajarannya dengan baik. Mempelajari

cara menulis cerita pendek dengan sukses memerlukan persiapan yang matang. Hasil

tes kemampuan menulis cerpen secara umum menunjukkan hasil yang baik. Hal ini

dibuktikan dengan rata-rata peningkatan perdimensi yang dicapai sebelum dansesudah

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, ditemukan beberapa rumusan masalah,

diantaranya adalah:

1.) Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?

2.) Bagaimanakah ciri-ciri dan Karakteristik dari Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBL)?

3.) Apa Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Berbasis Masalah?

4.) Bagaimana langkah-langkah (implementasi/pelaksanaan) dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?

5.) Apa saja manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?

6.) Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)?

7.) Apa Tujuan dari Model Pembelajaran berbasis masalah(PBL)?

8.) Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis

Masalah(PBL)?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1.) Untuk mengetahui tentang devinisi Pembelajaran Berbasis Masalah

2.) Untuk mengetahui tentang ciri-ciri dan Karakteristik dari PBL

3.) Untuk mengetahui tentang Teori yang mendasari model PBL

4.) Untuk mengetahui tentang langkah-langkah(implementasi/pelaksanaan)

PBL

5.) Untuk mengetahui tentang manfaat dari PBL

6.) Untuk mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan PBL

7.) U ntuk mengetahui Tujuan dari Model Pembelajaran berbasis

masalah(PBL)

8.) Untuk mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis

Masalah(PBL)

PEMBAHASAN 

2.1 Devinisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah(PBL)

Problen based learning adalah suatu pembelajaran yang berbasis

dengan sebuah metode untuk memperkenalkan peserta didik terhadap

suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Peserta

didik diminta untuk mencari solusi mengenai bagaimana cara

menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi dalam proses pembelajaran.

Berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek atau project based

learning, dalam hal ini solusi yang ditawarkan tidak harus berupa produk.

Namun proses yang dihadapkan adalah suatu pencarian mengenai jawaban

dari masalah yang dihadapi. Hal ini menjadi fokus utama dan hasil

akhirnya bukan sebagai penentu salah satu benar karena sifatnya yang

terbuka.

Problen based learning adalah model pembelajaran yang

mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan

selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan.

Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari

seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.

Problem based learning diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969,

dari sebuah sekolah kedokteran bernama McMaster University, Hamilton,

Kanada. Setelahnya banyak sekolah hingga universitas di seluruh dunia

yang memakai metode pembelajaran dan masih dipakai sampai saat ini

terus dikembangkan. 

Metode ini mengarahkan peserta didik dalam mendapatkan ilmu baru,

menggunakan analisis dari berbagai pengetahuan serta pengalaman belajar

yang dimiliki. Setelah itu menghubungkan apa yang dimiliki dengan

permasalahan belajar yang diberikan para guru. Pada intinya pembelajaran

berbasis masalah ini dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar

pada siswa.

Proses belajar yang mengutamakan kemampuan analisis terhadap

materi pembelajaran dari para siswa secara mandiri. Menggunakan

permasalahan yang nyata untuk dihadapinya, para peserta didik bisa

belajar berpikir secara kritis. Kemudian mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah dan mendapat pengetahuan secara mandiri.

Poblem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pada proses belajar

dengan cara melibatkan suatu permasalahan. Metode ini mengharuskan

murid untuk berpikir kritis dan analitis, bekerjasama dalam kelompok, dan

belajar menyelesaikan problematika melalui fikiran yang kritis. PBL juga

memungkinkan siswa untuk menetapkan dan memanfaatkan segala sumber

untuk belajar yang sesuai. Metode pemecahan masalah atau PBL

mengajarkan murid untuk memecahkan atau mencari jalan keluar dari

sebuah permasalahan terbuka di dalam pembelajaran.

2.2 Pengertian Menurut Ahli

Duch menjelaskan bahwa problem based learning adalah sistem belajar

yang menantang peserta didik dalam belajar mengenai cara belajar.

Bekerja sama secara berkelompok, tujuan dilakukan proses in Ini adalah

untuk mencari solusi dari mana permasalahan di dunia secara nyata dan

terjadi adanya.

b. Arends

Merupakan suatu pendekatan dalam hal pembelajaran yang memaksa

siswa menghadapi suatu masalah secara nyata. Kemudian dalam hal ini

diharapkan siswa bisa menyusun pemahaman dan pengetahuannya sendiri,

menumbuhkan karakteristik dan keterampilan guna meningkatkan

kepercayaan diri.

c. Gd. Gunantara

Pendekatan mengenai bagaimana cara membuat konfrontasi kepada pelajar

dengan masalah-masalah praktis dan secara nyata yang dimulai dengan

pemberian masalah. Kemudian masalah ini harus sesuai dengan konteks

dunia nyata adalah contoh problem based learning.

d. Shoimin

Problem based learning menurut shoimin adalah cara mengenai bagaimana

menciptakan suatu suasana belajar yang mengarah pada permasalahan

sehari-hari. Tentunya dengan tujuan agar siswa yang belajar mendapat

pengalaman bermakna untuk menjalani kehidupan.

e. Glazer

Glazer berpendapat mengenai problem based learning merupakan salah

satu dari sekian banyak strategi belajar di mana seorang siswa yang secara

aktif dipaksa menghadapi permasalahan kompleks dan situasi yang

membutuhkan ketegasan dan keputusan secara nyata.

Keuntungan dari model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu anak-

anak memiliki efek positif disebabkan cara belajar dengan masalah yang

disajikan untuk mereka terkait dengan situasi dunia nyata. Ini dapat membuat 

mereka lebih merasa tertantang dan penasaran dengan yang

dipelajari.

Satu hal terpenting untuk diperhatikan ketika menggunakan jenis

metode belajar dari masalah yaitu mengorientasikan pelajar kepada

masalah. Tahap ini memberi penentuan berhasilnya implementasi model

tersebut sebab masalah yang dihadapkan tersebut diharuskan memiliki

kesinambungan kepada fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari,

yaitu masalah harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik. Sesuai

dengan prinsip pembelajaran berbasis maslah, guru harus bisa membuat

suasana belajar menggembirakan, sehingga pelajar merasa senang untuk

mengikuti proses belajar.

Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) juga mengutamakan

proses pembelajaran, dan pekerjaan guru harus fokus memberi bantuan

pada pelajar mempelajari keterampilan mengarahkan diri sendiri. Pada

model ini, sebagai guru perannya adalah sebagai pemberi pertanyaan,

pembicara, memberi bantuan untuk mencari masalah dan memberi fasilitas

pembelajaran. Guru juga mendorong pelajar untuk memberi semangat

yang dapat menambah kecerdasan dan kemampuan bereksplorasi siswa.

Model ini hanya akan terwujud jika pendidik dapat menciptakan suasana

kelas yang terbuka sehingga mampu mendorong pertukaran gagasan.

Menurut beberapa penjelasan tentang definisi pembelajaran

berbasis masalah (PBL), pembelajaran berbasis masalah adalah model cara

belajar yang memberikan pelajar dalam bentuk bahan permasalahan dunia

nyata untuk memulai pembelajarannya. Model ini juga merupakan model

pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar positif

kepada siswa. Dalam kurikulum, masalah dirancang untuk membekali

siswa dengan pengetahuan penting, keterampilan pemecahan masalah,

keterampilan partisipasi kelompok, dan keterampilan belajar mandiri.

Proses pembelajaran berlangsung melalui pendekatan sistematis.

2.3 Ciri-ciri dan Karakteistik Model Pembelajaran Berbasis 

Masalah(PBL)

Menurut La Moma (2015) Berpikir kreatif dalam matematika dapat
dipandang sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis,
termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat
membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam
matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi
kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas
dalam pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dalam
merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan
baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan kelancaran
dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang
berkaitan dengan kreativitas secara umum.
Menurut Nurmasari dkk (2014) Berpikir kreatif dalam matematika dan
dalam bidang lainnya merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu
dikembangkan terutama dalam menghadapi era informasi dan suasana
bersaing semakin ketat. Individu yang diberi kesempatan berpikir kreatif
akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan. Sebaliknya,
individu yang tidak diperkenankan berpikir kreatif akan menjadi frustrasi
dan tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif tersebut adalah dengan
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Azhari (2013) antara

lain meliputi:

1. Keterampilan berpikir lancar

a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban

b. Menghasilkan motivasi belajar yang relevan

c. Arus pemikiran lancar

2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan

c. Arah pemikiran yang berbeda

3. Keterampilan berpikir orisinil

a. Meberikan jawaban yang tidak lazim

b. Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain

c. Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang

4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan

b. Memperinci detail-detail

c. Memperluas suatu gagasan Berdasarkan penjelasan di atas, maka

ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif dapat dijadikan indikator

dalam menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang.

Menurut Barrows, ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis

masalah yang ditonjolkan, khususnya:

a. Proses Pembelajaran Berpusat pada Siswa

b. Proses belajar dilakukan dengan membentuk kelompok kecil

c. Guru adalah sebagai fasilitator atau pembimbing

d. Bentuk masalah yang dibahas pada saat pembelajaran disusun menurut

bentuk dan tujuan tertentu serta merupakan rangsangan belajar

e. Informasi baru akan diperoleh jika pelajar telah melakukan belajar

secara mandiri (self-study)

f. Masalah adalah cara untuk meningkatkan kemampuan dalam

memecahkan permasalahan klinik.

3

Salah satu ciri strategi pembelajaran berbasis masalah adalah:

a. Pembelajaran diawali dengan soal

b. Permasalahan harus relevan dengan dunia nyata siswa

c. Menyelenggarakan pembelajaran seputar masalah daripada mata

pelajaran sains

d. Membuat siswa memiliki tanggung jawab dalam hal merancang dan

melaksanakan pembelajarannya sendiri

e. Dalam kelompok kecil

f. Mintalah siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari

dalam bentuk produk dan pertunjukan.

Menurut Arends, berbagai perkembangan pengajaran berbasis masalah telah

melahirkan model pengajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

1. Otentik, yaitu permasalahan adalah yang berakar dari kehidupan nyata

dalam keseharian siswa, bukan dari kehidupan nyata siswa.

2. Jelas, artinya masalah harus disusun dengan jelas dan rinci, sehingga

pelajar tidak menemui kesulitan untuk menyelesaikannya.

3. Mudah dipahami, yaitu soal harus mudah dipahami siswa dan sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

4. Luas dan relevan dengan tujuan pembelajaran, artinya permasalahan

mencakup muatan yang dipelajari dalam rentang waktu, ruang, dan sumber

daya yang tersedia.

5. Berguna, yaitu soal bermanfaat bagi siswa sebagai pandangan untuk

mencari jalan keluar atas masalah dan bagi guru sebagai pencipta masalah.

Menekankan keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalahnya harus berkaitan

dengan banyak disiplin ilmu yang berbeda.

2.4 Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Berbasis 

Masalah(PBL)

Pendekatan belajar dengan metode Model Problem-Based Learning (PBL)

didukung dengan teori pembelajaran dan pengembangan. Teori-teori yang

mendasari pengembangan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah

teori perkembangan Piaget, teori pembelajaran konstruktivis sosial Vygotsky,

teori pembelajaran dan penemuan Bruner serta teori John Dewey.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Piaget menekankan anak itu selalu

mempunyai rasa penasaran mengenai apa yang ada di sekelilingnya sehingga

mampu membentuk pemikiran kedepan tentang lingkungan tempat tinggalnya.

Mereka mengembangkan dan mendapatkan lebih banyak bahasa, memiliki

kemampuan mengingat, dan mempunyai gambaran mental yang kompleks

tentang dunia. Fase perkembangan tersebut memotivasi mereka agar meneliti

dan mengklarifikasi teori.

Perspektif konstruktivis kognitif merupakan sebuah dasar atas

pembelajaran berbasis masalah. Piaget mengemukakan siswa bisa

mengutarakan pendapat secara aktif mengumpulkan berbagai ilmu dan

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.Pengetahuan memiliki sifat yang

dinamis, kemuadian hal ini menyebabkan peserta didik mengalami suatu

pengalaman yang belum mereka temui sebelumnya, diharuskan untuk

mengubah sedikit mengenai pengetahuan yang mereka peroleh. Piaget

berpendapat pedagogi yang baik menganjurkan melakukan sebuah percobaan

terhadap sesuatu, melakukan modifikasi, dan mempertanyakan suatu hal lalu 

kemudian dapat menemukan jawabannya secara mandiri, melihat perbedaan

dan persamaan hjawaban mereka dengan pengalaman mereka sendiri, dan

menilai hasil mereka dengan hasil anak-anak lain.(Arends, 2012:400- 401).

Piaget berpendapat bahwa hubungan antara perkembangan otak, sistem

saraf, dan pengalaman yang membuat seseorang mampu melakukan adaptasi

dengan lingkungannya merupakan dasar dari perkembangan kognitif. Menurut

Piaget, perkembangan kognitif anak berlangsung dan terjadi dalam empat

periode. Pertama, tahap sensorimotor,hal ini merupakan tahap pengembangan

kemampuan kognitif dan pemahaman; kedua, tahap pra operasi, merupakan

proses pengaruh mental terhadap subjek tertentu; ketiga, tahap operasi konkrit,

merupakan suatu bagian dari perkembangan sikiran yang rasional; dan

keempat, tahap operasional formal, adalah pengembangan pemikiran yang

memiliki sifat abstrak (tidak jelas), memberikan penalaran dengan logis dan

memunculkan sebuah kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam teori

embelajaran kontruktivisme social Vygotsky menghormati segala aspek dalam

kehidupan social maupun membuat munculnya suatu gagasan pemikiran baru

yang menambah kecerdasan murid. Kunci belajar dengan memperhatikan

aspek social adalah konsep zona pengembangan proksimal.

Vygotsky memiliki pandangan pelajar mempunyai dua macam

tingkatan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat

perkembangan potensial. Tingkat perkembangan diartikan sebagai fungsi

intelektual dan kemampuan belajar mandiri individu, dan tingkatan

perkembangan potensi ini dapat digapai dengan bantuan pihak lain, seperti

seorang guru, orang tua, dan seorang kawan yang memiliki kompetensi lebih.

Vygotsky menyebut mengenai tingkatan pengembangan aktual dan potensial

sebagai zona perkembangan proksimal. Pendidikan berdasarkan gagasan

Vygotsky berlangsung melalui komunikasi antara siswa, pendidik, dan teman sebaya 

berdasarkan suatu rintangan yang bersesuaian dengan usia dan

pengembangan terdekat di mana pembelajaran baru berlangsung. (Arends,

2012:401).

Vygotsky berpendapat mengenai persepsi perbuatan adalah pembuktian

yang nyata bagaimana pendidikan mempengaruhi perkembangan anak.

Menurut Vygotsky, anak dilahirkan dengan mental yang memiliki sifat paling

dasar. Misalnya, mereka mempunyai potensi untuk memahami tentang dunia

yang luas, dan kemampuan berkonsentrasi. Keterampilan komunikasi

membentuk kesehatan mental. Teori Vygotsky berfokus pada konsep

pembelajaran sosiokultural. Teori yang melandasi gagasan dari Vygotsky lebih

fokus pada hubungan pada faktor internal dan eksternal pembelajaran serta

pentingnya lingkungan belajar sosial.

Teori Bruner dan pembelajaran penemuan Jerome Bruner dan

temannya memberikan masukan teori penting terhadap apa yang disebut

pembelajaran penemuan, suatu model pembelajaran yang dapat membantu

siswa memahami struktur atau gagasan mengenai maksud dari suatu ilmu,

perlunya suatu proses dalam belajar yang mengikutsertakan para murid dengan

aktif dan keyakinannya. penemuan pribadi merupakan pembelajaran sejati.

Salah satu tujuan pembelajaran adalah memberikan hasil dari temuan siswa.

Discovery learning memberi penekanan terhadap penalaran induktif dan

penelitian yang bercirikan metode ilmiah dan pemecahan masalah. Bruner

memberikan gambaran tentang scaffolding (dukungan) yang dapat membantu

siswa memahami isu-isu yang berada di luar kemampuan yang mereka

kembangkan dan didukung oleh para pendidik atau individu yang memiliki

keahlian di bidang isu yang sedang diteliti.

Dialog sosial juga menjadi salah satu hal yang penting pada proses

belajar Bruner, karena Bruner berpendapat bahwa interaksi sosial, 

yang ada di dalam maupun di luar sekolah, dapat membantu siswa memahami atau

menguasai bahasa dan perilaku untuk memecahkan masalah siswa. Intinya,

seorang pendidik yang menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah mungkin menekankan partisipasi aktif siswa, orientasi induktif

dibandingkan deduktif, dan penemuan atau konstruksi siswa dari pengetahuan

yang telah mereka temui. Disaat guru menggunakan presentasi atau instruksi

langsung, siswa bisa membentuk opini mereka tentang dunia, dan disaat

pendidik menggunakan pembelajaran berbasis masalah melalui cara

memberikan pertanyaan terhadap siswa, yang bisa membantu siswa berfikir

mengenai gagasan mereka secara mandiri..

 Menurut teori belajar Jerome Bruner, memungkinkan murid

mendapatkan kembali daripada menemukan sesuatu hal baru. Eksplorasi

pengetahuan yang dilakukan siswa secara aktif dapat mendatangkan hasil yang

sangat baik, sehingga sangat cocok untuk pembelajaran penemuan. Siswa

berusaha memecahkan masalah dengan menggunakan apa yang diketahuinya

dan mencapai hasil yang bermanfaat (Ilmiah, 2016: 21). Berdasarkan teori

Bruner, manusia bertindak, berpikir dan menciptakan informasi. Menurut

Bruner, pembelajaran didasarkan pada tiga proses kognitif, yang pertama

adalah proses pengumpulan informasi baru; kedua, proses penyampaian

informasi yang diterima (konversi); dan terakhir proses mengevaluasi relevansi

dan keakuratan pengetahuan.

Teori John Dewey, kelas adalah laboratorium pemecahan masalah John

Dewey percaya sekolah adalah cerminan pembentukan karakter yang amat

begitu luas dan ruang kelas merupakan suatu ruang untuk pemecahan masalah.

Menyelidiki dan memecahkan masalah di kehidupan. Teori pendidikan John

Dewey memberi pelajaran untuk para guru mengikutsertakan siswa pada

pendidikan berbasis masalah dan mendorong siswa melakukan penyelidikan 

isu-isu penting sosial dan intelektual. John Dewey dan siswa-siswanya

memiliki pandangan mengenai kegiatan pembelajaran diharuskan mempunyai

suatu visi yang tidak dapat digambarkan (abstrak), dan suatu visi proses belajar

mampu dicapai secara lebih baik jika para guru memerintahkan siswa dalam

kelompok belajar yang dibentuk untuk mengerjakan segala pekerjaan yang

mereka sukai. Visi proses belajar yang berorientasi pada visi atau memiliki

pusat terhadap permasalahan dengan kemauan siswa agar dapat mengerti

suasana pembelajaran yangmemiliki maksud terhadap diri sendiri, eksplisit,

dan relevan dengan proses belajar. kontemporer berbasis masalah modern yang

disertai filosofi pendidikan dan pengajaran Dewey .

Menurut teori belajar Dewey, struktur kognitif adalah pengalaman dan

wawasan pada diri seseorang, artinya setiap siswa mempunyai unsur kognitif

yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan seseorang.Pengalaman dan

minat siswa menjadi landasan pembelajaran, memungkinkan mereka memberi

makna dan mempunyai kemampuan untuk membentuk pengalamannya.

2.5 Langkah-Langkah (Implementasi/Pelaksanaan) Dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Penerapan pengajaran berbasis masalah meliputi 5 langkah proses, yaitu:

1. Tahap kesatu adalah proses pengenalan murid terhadap

permasalahan. Pada tahap ini, gurumemberi tau mengenai visi

proses belajar, menjelaskan kebutuhan logistik, dan memberi

dorongan kepada siswa agar melibatkan diri untuk menyelesaikan

masalah dan pengajuan masalah.

2. Tahap kedua, organisasi kemahasiswaan, yaotu guru

mengelompokkan murid menjadi beberapa kelompok, memberi

arahan kepada mereka mengidentifikasi dan mengelompokkan tugas-tugas

 pembelajaran yang berkaitanterhadap permasalahan.
3. Tahap ketiga, instruksi untuk proses menyelidiki pada tiap individu
dan kolektif. guru memberi motivasi siswa untuk mencari informasi
sesuai keperluan, melakukan percobaan dan penelitian untuk
memperoleh jawaban.
4. Tahap keempat, kembangkan dan presentasikan hasilnya. Guru
memberi arahan pada murid untuk penyususnan laporan, dokumen,
atau sampel, dan juga memberi perhatian kepada murid agar saling
berbagi untuk mengerjakan PR bersama teman.
5. Tahap kelima, proses analisa dan evaluasi terhadap segala kegiatan
mencari dan menyelesaikan masalah. Guru harus membantu para
murid untuk memberi refleksi mengenai hasil penyelidikan yang
sudah dilakukan.
PBLadalah suatu model dalam proses belajar yang memiliki pusat terhadap
para pelajar, artinya guru harus siap melaksanakannya. Artinya siswa harus
beradaptasi karena telah menjadi aktor utama di dalam proses belajar. Menurut
Arrends, "proses melibatkan siswa dalam pengelompokan siswa dalam
pembelajaran memaparkan mereka pada masalah-masalah sulit berakibat
timbulnya problematika yang makin serius apabila tidak ada penanganan.
Berikut adalah bentuk strategi yang bisa digunakan pendidik untuk menavigasi
transisi ini:
1. Menulis proses utama berkumpulnya kelompok di papan tulis.
menggunakan isyarat visual, siswa dapat lebih mudah berpindah ke
kelompoknya sendiri-sendiri. 

2. Nyatakan instruksi secara jelas dan mulailah untuk minta kepada

siswa dua atau tiga untuk memparafrasekan instruksi tersebut.

Terdapat siswa menolong siswa lain menyusun ulang instruksi

untuk menarik perhatian mereka dan memberi tahu guru apakah

instruksi tersebut dipahami.

3. Identifikasi dan tandai dengan jelas lokasi masing-masing

kelompok belajar. Kadang-kadang terdapat yang tidak bisa diisi

oleh siswa maka menimbulkan tidak tersebar merata ke seluruh

ruangan.Siswa memiliki kecenderungan bersatu pada ruangan yang

mudah dijangkau. Untuk menciptakan suatu kelompok kecil yang

efektif , guru perlu memberi arahan yang jelas untuk menentukan

ruangan yang akan dihuni dari pembagian kelompok dan

mendorong mereka untuk menuju tempat tertentu.

2.6 Manfaat Dari Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Model pembelajaran berbasis masalah memberikan berbagai manfaat bagi

siswa, antara lain:

1. Keaktifan siswa meningkat

2. Memperoleh ilmu dari sumber mandiri yang diteliti siswa sendiri, sehingga

lebih mudah dipahami dan dipahami

3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa agar lebih luas.

4. Berani mengemukakan pendapat

5. Melatih keberanian siswa berbicara di depan orang banyak

6. Mampu mempertebal semangat solidaritas

7. Mampu menghargai pendapat orang lain

Menurut Joyoleksono dkk .(2022) berpendapat bahwa model pembelajaran

berbasis masalah memiliki kelebihan yaitu:

a. Pelajar diberi tantangan untuk memecahkan masalah yang memungkinkan

mereka menemukan informasi yang berbentuk penyelesaian dari masalah

tersebut.

b. Persatuan yang kuat dapat dibentuk melalui diskusi dengan kelompok

c. Siswa berani mengemukakan pendapatnya

d. Pelajar menjadi terbiasa untuk memecahkan masalah.

Tujuan yang ingin dicapai dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah

adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis,

analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan berbagai alternatif pemecahan

masalah. Dan tujuan utama Pembelajaran Berbasis Masalah bukanlah hanya

menyampaikan banyak pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih pada

pengembangan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah. Selain itu, metode ini bertujuan untuk membantu siswa menjadi

pembelajar mandiri dan meningkatkan keterampilan sosial mereka melalui

kolaborasi dalam mengidentifikasi informasi, strategi dan sumber belajar yang

relevan yang dapat menyelesaikan masalah.

2.7 Kelebihan Serta Kekurangan Pembelajaran Berbasis 

Masalah (PBL)

A. Beberapa kelebihan dari PBL antara lain:

a. Memberi tantangan kepada pelajar serta memberi rasa puas ketika

mendapatkan pengetahuan baru..

b. Meningkatkan rasa semangat untuk belajar pada siswa.

c. Melatih siswa untuk memahami masalah kehidupan nyata.

d. Membuat siswa mendapatkan pembelajaran baru serta bertanggung jawab

atas pembelajarannya, selain itu PBM dapat memotivasi murid untuk

mengevaluasi sendiri dari proses dan kemajuan belajarnya.

e. Mengembangkan bakat siswa dalam berpikir kritis dan beradaptasi

terhadap pengetahuan baru.

f. Menciptakan peluang bagi pelajar agar mengimplementasikan ilmu yang

dimilikinya di kehidupan nyata.

g. Mengembangkan kemauan pelajar agar meneruskan studi meskipun

pendidikan formal telah berakhir.

h. Menciptakan kondisi bagi siswa untuk memahami berbagai konsep yang

sudah dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan.

Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai berbagai kelebihan

seperti meningkatkan kemampuan berpikir siswa, membantu siswa lebih

berinovasi, meningkatkan minat belajar, dan menambah rasa keberanian

berbicara. Siswa dapat dengan mudah memahami dan memahami berkat

pengalaman mereka sendiri, mereka juga akan belajar bagaimana bekerja

dalam kelompok dan meningkatkan keberanian berkomunikasi di depan

khalayak umum. Menurut Prayoga, model pembelajaran berbasis masalah ini

memiliki beberapa kelebihan:

a. Membuat siswa memiliki rasa penasaran yang tinggi dan menciptakan

motivasi belajar

b. Memberikan pengetahuan yang baru kepada pelajar

c. Kemampuan berpikir kritis siswa akan meningkat

d. Membantu siswa dengan mudah menguasai konsep yang diketahuinya

untuk menyelesaikan masalah.

Hamdani mengemukakan beberapa kelebihan model PBL sebagai berikut:

a. Para pelajar dilibatkan ketika proses belajar, agar dapat mencerna informasi

lebih baik.

b. Melatih siswa agar dapat berkoordinasi dengan temannya

c. Para pelajar mampu mengumpulkan sumber penyelesaian masalah.. Rerung

(2017) menambahkan kelebihan PBL sebagai berikut

d. Mendorong para pelajar menyelesaikan masalah secara nyata

e. Pelajar didorong untuk mengembangkan wawasannya dengan aktivitas

pembelajaran

f. Bentuk metode belajar difokuskan pada masalah, maka pembelajaran yang

tidak berfungsi menyelesaikan persoalan tidak perlu dipelajari. Tujuannya

untuk mengurangi rasa beban penghafalan atau enyimpanan pengetahuan.

g. Kegiatan kerja kelompok adalah kegiatan ilmiah yang sudah dilakukan para

pelajar.

h. Pelajar terbiasa mencari sumber pengetahuan melalui berbagai cara seperti

penelusuran pada bahan pustaka dan metode wawancara.

B. Selain kelebihan itu, Problem based learning ini juga terdapat

kelemahan, yaitu:

a. Apabila siswa tidak merasa yakin dan tidak ada minat memecahkan

masalah, maka mereka lebih malas mencari jalan keluar.

b. Ada beberapa siswa yang beranggapan mengenai ketidakperluan

penyelesaian masalah yang tidak berkaitan dengan materu, sehingga lebih

baik jika mereka hanya belajar materi yang ada.

Menurut Prayoga, kelemahannya yaitu:

1. Pada suatu kelas, terdapat kelompok dengan mayoritas keberagaman

siswanya akan menimbulkan kesulitan dalam pemberian tugas.

2. Terkadang sumber daya tidak cukup Sumber daya yang diperlukan atau

tidak memadai dicari membuat kesulitan agar siswa menggali sumber

informasi

3. Memerlukan tenaga guru dalam memberikan dorongan dan motivasi siswa

untuk bekerja ketika belajar berkelompok

4. Model pengajaran pembelajaran berbasis masalah menghabiskan waktu

yang lebih banyak

C. Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelemahan sebagai

berikut:

1. Metode ini tidak bisa diterapkan pada semua mata pelajaran.

2. Apabila terdapat beberapa kemampuan murid yang sama-sama tinggi

dalam suatu kelas, maka proses pemberian tugas sulit.

3. Dibutuhkan banyak waktu untuk belajar.

4. Mengharuskan guru mampu memberi motivasi siswa agar kerja kelompok

menjadi aktif dan efisien.

5. Menentukan tingkat kesulitan masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir,

pengetahuan, dan pengalaman siswa memerlukan keterampilan dan

kemampuan guru.

6. Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup lama.

7. Mengubah kebiasaan siswa dari pasif menjadi aktif dalam memecahkan

masalah bisa menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Hamdani memberi pendapat tentang beberapa kekurangan model PBLyaitu:

1. Tujuan metode itu tidak dapat terwujud bagi siswa yang malas

2. Memerlukan jumlah waktu dan dana besar

3. Penerapan tidak dapat pada semua mata pelajaran.

4. Akan terjadi kesulitan dalam membagi tugas pada kelompok yang memiliki

anggota beragam

5. PBL jika diterapkan pada SD kurang tepat karena memerlukan sistem kerja

kelompok

6. PBL membutuhkan waktu relatif lebih lama

7. Membutuhkanketerampilan guru untuk membentuk semangat para siswa

belajar dalam bentuk kelompok.19

Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelemahan yaitu bisa

membingungkan siswa karena kemampuan pemahamannya berbeda-beda, ada

yang memahami materi dengan cepat, ada pula yang memahaminya dengan

lambat. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk

menyelesaikan masalah tersebut dan setiap siswa harus mampu memotivasi

dirinya sendiri untuk menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah

ini mempunyai sisi baik dan buruk. Diantara kelebihan dan kekurangan model

ini, guru harus mengembangkan nilai-nilai penting untuk meramaikan suasana

pembelajaran. Dalam model ini, guru tidak hanya terbatas menjadi subjek yang

memiliki peran utama di sesi belajar, tetapi dalam pembelajaran itu siswa juga

harus aktif dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritisnya. Meskipun

tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif, siswa dapat

memahami duniadengan sisi yang lebih bermakna.

2.8 Tujuan Model Pemebelajaran Berbasis Masalah(PBL)

Banyak data yang memberi petunjuk mengenai pembelajaran berbasis

masalah (PBL) berhasil menambahkan kemampuan berpikir kritis. Ada faktor-

faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat perbaikan antar studi.ini adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor intrinsik yaitu tentang tingkat keinginan

siswa agar berhasil, kemauan belajar, dan keinginan untuk mencapai tujuannya.

Faktor ekstrinsik meliputi penghargaan, suatu proses belajar yang bermanfaat,

dan kegiatan belajar lebih menyenangkan.Tujuan model pengajaran berbasis

masalah adalah melatih siswa mempunyai keterampilan berani

mengemukakan pendapat dan berani berbicara di depan banyak orang,

sehingga mampu mengembangkan pola berpikir siswa dan mampu

meningkatkan kemampuan bekerjasama.dengan orang lain. siswa serta

menghargai pendapat satu sama lain.Siswa akan belajar bekerja sama dalam

kelompok dan mengembangkan kemampuan berpikir hingga berani

mengemukakan pendapat dan berbicara di depan banyak orang.

Mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar siswa serta

mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, melatih siswa

mempunyai keberanian ketika tampil di hadapan banyak orang, dan yang

paling penting, melatih sikap toleransi dan saling menghargai antar teman.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Imas Kurniasih dan

Berlin Sani (Ruspiandi, 2016) tujuan model pembelajaran berbasis masalah

adalah memberi bantuan kepada pelajar agar memiliki peningkatan cara

berpikir untuk memecahkan masalah, sehingga dapat menambahkan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif , membantu siswa untuk mandiri agar

semakin paham pada hal yang umum dan lebih luas, sekaligus memungkinkan

siswa bekerja dalam kelompok.

2.9 Bagaimanakah Penilaian Serta Evaluasi Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBL)

Dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL), penilaian merupakan

suatu proses darurat yang menilai pemahaman, keterampilan, dan keberhasilan

siswa dalam memecahkan masalah atau situasi multi-masalah yang dijadikan

kekuatan dalam pembelajaran.

Evaluasi atau evaluasi hasil PBL dilakukan berdasarkan jenis evaluasi

berbasil hasil atau evaluasi berbasis proses. Penilaian berbasis hasil dapat

dilakukan melalui makalah akademis dan esai, memberikan siswa kesempatan

untuk mengkritik dan merefleksikan suatu masalah.

Hal ini dapat berupa pertanyaan esai yang dimodifikasi, pengalaman praktis

jalur penalaran klinis, dan analisis skenario kasus.Sementara itu, penilaian yang

berorientasi pada proses seperti latihan lompat tiga kali, penilaian diri,

penilaian teman sejawat, refleksi diri, dan penilaian portofolio dapat diterapkan

untuk melacak kemajuan siswa melalui proses PBL hingga selesai.

1. Identifikasi Masalah : Pada awal PBL, siswa diberikan suatu masalah dan

diberi tugas untuk menyelesaikannya. Tahap evaluasi menguji pemahaman

Anda terhadap permasalahan yang diajukan. Mengajukan pertanyaan menilai

seberapa baik siswa memahami konteks masalah yang diberikan danapakah

mereka dapat mengajukan pertanyaan tentang masalah yang mereka hadapi.

2. Belajar Mandiri : .Artinya siswa mengeksplorasi informasi, mengembangkan

hipotesis, danberkolaborasi dengan teman sekelas. Evaluasi tersebut untuk

mengetahui sejauh mana Anda memahami informasi yang diperoleh melalui

kajian proses integrasi materi.

3. Diskusi Kelompok Penilaian pada tahap ini menitikberatkan pada peran siswa

dalam menyumbangkan gagasannya kepada kelompok danapakah mampu mengenali 

perbedaan pendapat dalam kelompok.

4. Pemecahan Masalah: Tahap penilaian ini berfokus pada kemampuan siswa

dalam memberikan solusi dansaran terhadap masalah yang diidentifikasi.

Evaluasi dapat mencakup seberapa tepat, masuk akal, masuk akal, dan

didukungnya solusi yang diusulkan dengan bukti yang kuat.

5. Mempresentasikan Hasil: Setelah siswa menemukan solusi, mereka sering

diminta untuk mempresentasikan karyanya. Penilaian pada tahap ini berfokus

pada kemampuan Anda berkomunikasi secara lebih efektif. Menyampaikan

argumen persuasif danberhasil menjelaskan solusi yang diusulkan.

6. Pembahasan : Penilaian melibatkan suatu proses kegiatan belajar yang

berkesinambungan. Anda dapat menugaskan siswa untuk merefleksikan

pengalaman mereka menerapkan PBL untuk menilai pembelajaran mereka,

tantangan yang mereka hadapi, danbagaimana mereka dapat lebih

mengembangkan pemikiran mereka untuk memecahkan masalah dimasa

depan.

7. Penilaian Formatif vs Sumatif: Penilaian PBL dapat bersifat formatif (berlanjut

sepanjang proses pembelajaran dengan memberikan umpan balik dan

bimbingan kepada siswa) atau sumatif (menilai keberhasilan akhir setelah

proses pembelajaran selesai).

Prinsip pengembangan model pembelajaran berbasis masalah yang

memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.

Hasil analisis data wawancara mengarah pada pengembangan prinsip model

pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran. Penulisan cerpen dapat dirumuskan sebagai

berikut.

Menulis cerita pendek menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan

berpikirnya. Kegiatan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir

dimulai pada pembelajaran tahap pertama menulis cerpen. Prinsip interaksi

dalam pembelajaran menulis cerpen meliputi bimbingan guru dalam

menentukan judul, mengedit kerangka cerpen, dan mengembangkan kerangka

cerpen menjadi sebuah cerpen.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah pada saat pembelajaran

menulis cerpen, guru memberikan bimbingan dan petunjuk kepada siswa untuk

memperkuat pemahamannya terhadap keterampilan tersebut. Pada

pembelajaran menulis cerpen, siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

Mengajukan pertanyaan merupakan sarana untuk memperdalam pengetahuan

dan membantu siswa memahami materi menulis cerpen dan mendapatkan hasil

yang tepat. Siswa merasa lebih percaya diri mengajukan pertanyaan dalam

kelompok kecil. Kegiatan bertanya

(1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu.

(2) memusatkan perhatian pada isu-isu kunci.

(3) mendiagnosis kesulitan belajar.

(4) meningkatkan kadar belajar aktif.

(5) dirancang untuk meningkatkan kemampuan belajar Anda. Kemampuan

memahami informasi.

(6) meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat.

(7) dapat mengukur hasil belajar.

Prinsip belajar berpikir dipraktikkan dalam bentuk kegiatan kelompok antar siswa pada

saat membuat kerangka cerita pendek. Siswa akan berbagi ide untuk membangun

kerangka cerita pendek mereka. Prinsip belajar berpikir adalah menggali sikap saling

menghormati dan menghargai perbedaan pendapat melalui keteladanan. Prinsip

pembelajaran terbuka memerlukan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan yang

dimaksud adalah siswa harus diberi kebebasan bereksperimen seiring berkembangnya

imajinasi, logika, danpemikirannya.Prinsip keterbukaan memerlukan sikap kerjasama,

demokrasi, dantoleransi. Siswa, sebagai individu dan makhluk sosial, pada umumnya

senang bekerja sama, membantu, bersaing, danberdebat.

Oleh karena itupembelajaran yang berlandaskan prinsip keterbukaan diharapkan dapat

memberikan sarana menyikapi secara hormat danbertanggung jawab terhadap tindakan

dan keinginan setiap individu. Model pembelajaran berbasis masalah yang

memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil dari

penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah yang memuat nilai

pendidikan karakter yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis cerpen.

Model ini dibuat dalam beberapa tahap penelitian, yaitu:

(1) Analisis kebutuhan.

(2) Penyusunan desain model.

(3) Uji validasi oleh timahli.

(4) Revisi desain model.

(5) Uji coba terbatas pada pengujian kelas pengguna model, dan revisi akhir atau

perbaikan model.

Diterimanya model pembelajaran berbasis masalah yang memasukkan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dibuktikan dengan observasi

proses pembelajaran danhasil belajar berupa nilai tesmenulis cerpen Peran guru dalam

pembelajaran menulis cerpen adalah sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.

guru menginspirasi danmemotivasi siswa untuk belajar. Belajar menulis cerita pendek

bukan hanya soal teori, tapi juga praktik. Dengan begitu, belajar menulis cerita pendek

akan lebih bermakna. Guru dituntut untuk mampu mengatur pembelajarannya dengan

baik. Mempelajari cara menulis cerita pendek dengan sukses memerlukan persiapan

yang matang. Hasil tes kemampuan menulis cerpen secara umum menunjukkan hasil

yang baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata peningkatan per dimensi yang dicapai

sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang

memasukkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah model pemebelajaran

yang membuat pelajar menghadapi masalah di dalam kehidupan nyata dengan

tujuan memulai belajar. Model ini juga merupakan salah satu model

pembelajaran inovatif yang dapat memberikan siswa kondisi belajar aktif.

Ciri-ciri PBL diantarnya: Pengajuan Masalah, Keterkaitan Dengan Berbagai

Macam Disiplin, Penyelidikan yang Autentik, Menghasilkan dan Memamerkan

Hasil / Karya Pada pembelajaran berbasis masalah, Kolaborasi Pada

pembelajaran masalah.

Karakteristik dari PBL diantaranya: Pembelajaran dimulai dengan suatu

masalah, Permasalahan harus terkait dengan dunia nyata siswa,

Mengorganisasikan pembelajaran disekitar masalah daripada disiplin ilmu.

Teori Perkembengan Kognitif Piaget Piaget memberi penjelasan bahwa

seorang anak memiliki rasa penasaran yang tinggi tentang apa yang terjadi di

kehidupan dunia, hal itu mendorong mereka untuk selalu mencari tau, sehingga

terbentuklah representasi mengenai lingkungan di benak mereka.

Teori Belajar Social-konstruktivisme Vygotsky Vygotsky lebih

condong kepada aspek sosial, menurutnya, melalui interaksi sosial dapat

membangkitkan gagasan baru di dalam fikiran. Kunci dari aspek sosial

pembelajaran adalah sebagai konsep dari zona perkembangan proksimal.

Teori Bruner dan Discovery Learning Jerome Bruner beserta teman-temannya

menciptakan teori pembelajaran penemuan, taitu dapat membantu pelajar

memahami konsep dari disiplin ilmu tertentu.

Teori John Dewey, Kelas Sebagai Kelas Laboratorium Penyelesaian

Masalah John Dewey memiliki pandangan bahwa sekolah merupakan

pendidikan cerminan dari masyarakat yang sangat besar dan ruang kelas adalah

laboratorium untuk melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah dalam

kehidupan dunia nyata. Pelaksanaan atau (Implementasi) Problem Based

Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu: proses orientasi peserta didik pada

masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis dan

mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.

Manfaat dari PBL salah satunya adalah pelajar lebih aktif selama proses

belajar, mengetahui cara mencari sumber materi yang akan dipelajari sehingga

membuatnya mudah dipahami dan mudah dipahami,Meningkatkan pola pikir

siswa untuk lebih luas lagi, Berani dalam mengeluarkan pendapat sendiri.

Kelebihan dari PBL adalah Mengukur kemampuan pelajar dalam berfikir dan

memberi tingkat kepuasan yang tinggi akan pengetahuan batu, dan untuk

kelemahannya apabila siswa tidak mempunyai bakat dan kepercayaan bahwa

permasalahan yang sedang didalami tidak dapat dipecahkan, hal itu membuat

pelajar merasa malas untuk mencobanya.

Tujuan model pembelajaran berbasis masalah adalah membantu pelajar

menambah pemikiran yang lebih kritis, serta meningkatkam keterampilan pada

pelajar. Tujuan evaluasi PBL yaitu untuk menilai kemampuan siswa dalam

mengkritisi sesuatu, dalam melakukan kerja sama, menyelesaikan

problematika, dan menyuarakan gagasan-gagasan yang ada di otak mereka

dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun