Pintamu,
"Beri aku waktu..."
Katamu,
"Kita segera bertemu..."
"Tunggu aku selayak tamu," pesanmu
"Kau memang jagoanku," pujimu
Inilah Desember kelabu
Ketika waktu berhenti memburu
Menunggumu bukanlah soal waktu, tetapi kau tetap berlalu
"Berikan aku waktu," pintamu
Oh... Bukanlah aku empunya itu.
Adzan Dzuhur berkumandang Senin siang
Disambut dentuman laksana meriam dikejauhan
Nyaring... terbawa hembusan angin
Kejutkan sekitar diiringi teriakan
Gaduh...
Bersahutan...
Pilu... menyayat hati kemudian
Baru saja kau melambai
Hibur hati pujaan hati
"Kita segera bertemu," katamu
Untuk siapakah lambaian itu?
Kereta itu beradu diperlintasan
Tragedi Bintaro kembali terulan
Senin hari
Gerbong satu jadi gerbong neraka
Asap hitam membubung hadirkan kengerian
Di perlintasan maut itu kau berlalu
Diantara besi besi tangguh
"Tunggu aku selayak tamu," pesan terakhirmu
Untuk siapa pesan itu?
Gaduh...
Pilu...
Gerbong wanita gerbong nomor satu
Asap hitam..
Gerbang neraka!
Masinis itu terjepit tiada daya
Bersama rekannya... pergi selamanya
Tinggalkan putranya yang masih menyusu
"Kau memang jagoanku," pujimu saat terakhir bertemu
Pilu...
Kisah Bintaro pada Senin siang
Lengkingan peluit keretapun berseru
Tak sanggup singkirkan truk penghalang
Kereta terus melaju, hadirkan gerbong neraka yang menderu
Kami semua berdo'a untuk para korban...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H