"Lalu.. mau apa lagi yang kau katakan? Aku masih 'BENCONG'? Aku masih 'BODOH'? Aku masih manusia biasa yang masih terus belajar.. belajar dan belajar... tuk menjadi lebih baik... "
Kau... Terserah kau berpikir apa yang kau ingin pikirkan.. Terserah kau mau berbuat apa... dengan segala kebebasan kehendak yang kau miliki. Sedikit permintaan untuk menghilangkanku dari daftar bejatmu adalah ibadah untukmu. Aku bukan orang yang akan lemah karena pikiranmu. Kaulah yang terjebak dan kau pula yang harus berani keluar dari jebakan yang kau lestarikan itu. Aku hanyalah objek semata bagimu. Dan kau hanyalah bencong yang pengecut. Liar dalam diri....terpenjara olah pikir tanpa kendali... olah pikir yang benar benar membuatmu takut hadapi kenyataan dunia yang terhampar dihadapanmu. Itulah kau selama ini...bencong sejati... tak berani beranjak pergi, meski dari pikiran sendiri.. dimana kaulah yang punya kendali.
"Biar waktu yang menjawab.. karna kamu tak pernah tau.. apa yang pernah terjadi dalam hidupku! Walau kau tak ijinkanku miliki mimpi tentangmu... meski kau merasa terzalimi oleh mataku yang liar ini... kendati kau menolak masuk dalam peran di khayalanku... satu hal yang aku rela untuk satu kata bencong itu... adalah KAU. Biarlah senyum ini menutupi tangisanku... Biarkan saja tawa ini menutupi kesedihaku..."
Sudahlah... aku hanya ingin terhormat dalam pandang mata itu... Aku juga hanya mencoba menjaga yang dititipkan padaku. Tubuhku... wajahku dan jiwaku. Kasihan sungguh dikau yang tak mau ada orang yang tau.. pergilah membawa derita dan sakit yang kau rintis itu... sebab kau benar satu hal.. kau berhak kendalikan pikirmu itu dan kau boleh sediakan pintu sebanyak yang kau mau untuk sesiapa kau berkenan. Baik itu demi nafsu atau mengadu... nafsu padaku atau mengadu hasrat liarmu... semua kembali padamu. Hanya itu.
=Sachsâ„¢=